Saya tidak mengenal dekat sosok Budi Gunadi Sadikin (BGS). Hanya sekali bertemu pada acara diskusi panel Kompas beberapa tahun lalu ketika ia masih menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri. Kesan pertama saya adalah pemaparannya sistematis, fokus, dan berbasis riset dan data.
Nyaris bertemu untuk kedua kalinya sewaktu BGS menjabat Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum. Ia mengutus Rendi Wilutar menemui saya untuk menjelaskan proses pembelian saham PT Freeport oleh pemerintah lewat Inalum. Saya menjelaskan kepada Rendi Witular penilaian saya terhadap aksi pembelian saham itu. Intinya saya mengritik langkah pemerintah itu. Bung Rendi menyampaikan BGS ingin berdiskusi lebih lanjut. Tiba pada hari yang disepakati, Bung Rendi menyampaikan permohonan maaf karena BGS berhalangan.
Pada 18 Desember lalu secara tak terduga saya bertemu BGS dalam acara Diskusi Pakar bertajuk “Health Outlook 2021” yang diselenggarakan secara virtual oleh CISDI (Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives). Mbak Diah sebagai pendiri CISDI yang mengundang saya.
Sebagai ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional, BGS sadar betul bahwa apa pun yang dilakukan Satgas PEN akhirnya berpulang pada kemampuan kita mengendalikan wabah COVID-19. Kesadaran tinggi betapa penanganan wabah menjadi prasyarat mutlak pemulihan ekonomi tercermin dari desakan BSG kepada Kementerian Kesehatan untuk mengajukan segala kebutuhan demi mempercepat pengendalian wabah. BGS berjanji akan memperjuangkan ketersediaan anggarannya.
BGS bercerita telah melakukan langkah-langkah terinci dengan segenap pengelola rumah sakit dan klinik untuk memastikan vaksinasi berjalan lancar. Menurut hitungannya, jika seluruh sumber daya dimobilisasikan, vaksinasi bisa tuntas dalam waktu enam bulan. BGS terlibat juga dalam diplomasi pengadaan vaksin dari berbagai sumber.
Tugas yang amat berat sekarang disandang oleh BGS. Ia tak bisa bekerja sendirian. Ia harus melibatkan dan merangkul para pakar untuk memastikan setiap langkahnya berdasarkan science. Sekarang BGS menjadi panglima perang melawan COVID-19. Jangan lagi para menteri yang lain menggerecoki, apalagi menyusupkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Komando harus efektif, menjamin satu suara hingga ke medan laga.
BGS niscaya akan beroleh kepercayaan dari masyarakat jika setiap keputusannya kredibel berdasarkan science dan data yang akurat. Dengan begitu setiap keputusan lebih terukur.
Langkah segera yang harus dilakukan adalah pembenahan data. Datalah yang membimbing pengambilan keputusan yang benar. Jangan ada yang ditutup-tutupi supaya keputusan yang diambil efektif menyelesaikan masalah. Jangan berandai-andai atau berasumsi subyektif.
Pergencar testing dan penelusuran kontak agar kecepatan penyebaran virus serendah mungkin. Siapkan segera segala kebutuhan yang harus dipenuhi agar kapasitas pelayanan kesehatan tidak kolaps akibat penggalakan testing dan penelusuran kontak. Kita berpacu dengan waktu. Kita tak memiliki kemewahan untuk lengah sekejap pun.
Tak perlu menunggu segalanya sampai vaksinasi tuntas 100 persen. Jika langkah awal sudah benar dan kemajuan terlihat nyata dari waktu ke waktu, keyakinan masyarakat dan dunia usaha segera merebak. Dan pemulihan ekonomi bisa lebih cepat.