Catatan: Tulisan ini adalah versi draft yang diserahkan kepada LP3ES yang menerbitkan kumpulan pemikiran berjudul Demokrasi Tanpa Demos yang baru saja terbit. *** DEMOKRASI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Faisal Basri “… I wish to assert a much more fundamental role for institutions in societies; they are the underlying determinant of the long-run performance of economies.” (Douglass C.
Kategori: Books
Pengantar Hari ini kita memperingati Hari Nusantara. Dari pagi tadi hingga siang saya menghadiri Kongres Sunda II yang digelar untuk mengingat kembali jasa luar biasa IR. Djuanda dalam memperkokoh NKRI lewat Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang meneguhkan Indonesia sebagai negara kepulauan, dan telah diakui oleh Dunia. Djuanda merupakan sosok luar biasa: pendekar dengan 1.000
SINOPSIS Seperempat abad lagi Indonesia akan merayakan 100 tahun kemerdekaan. Tiga perempat perjalanan berliku-liku telah kita lalui, diwarnai oleh beberapa kali kemunduran dan sempat pula terjerembab ke dalam jurang krisis kecil, medium maupun besar. Indonesia butuh waktu 58 tahun untuk keluar dari kelompok negara berpendapatan rendah (low income country). Baru pada tahun 2003 Indonesia naik
Catatan: Siang nanti (13/8), insya Allah buku kami berjudul Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa akan diperkenalkan kepada publik. Panitia meminta saya memberikan kata sambutan. Berat rasanya memenuhi permintaan itu. Dua puluh tiga tokoh yang dikisahkan dalam buku itu tak tergantikan oleh kata sambutan dari kami sendiri. Sebagai penggantinya, perkenankan saya untuk mempersiapkan sekedar
Di zaman yang kian sibuk dan kompetitif ini, nilai-nilai materialisme kian mengemuka. Uang tidak lagi sekedar menjadi alat untuk mempermudah hidup, melainkan sudah menjadi ukuran tentang sejauh mana hebat atau papanya seseorang. Maka uang tidak lagi menjadi budak kita, tapi sudah menjadi majikan kita. Orang-orang pun berlomba untuk memperoleh sebanyak mungkin uang dengan segala cara.
Oleh: Haris Munandar dan Faisal Basri Catatan: Siapa nyana kalau foto di sebelah kiri adalah Haji Agus Salim. Kebanyakan kita mengenal sosok diplomat ulung itu lewat foto di sebelah kanan: berkopiah, berkacamata, dan berjanggut panjang yang sudah memutih seluruhnya. Tulisan ini adalah salah satu bagian dari buku berjudul Untuk Republik: Kisah-kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa,
Buku “Tambang untuk Negeri” mencerminkan kegelisahan dan keprihatinan penulis terhadap pengelolaan kekayaan tambang di Tanah Air. Kegelisahan dan keprihatinan Penulis juga turut kita raskan. Kekayaan alam Indonesia yang sudah puluhan tahun diekploitasi seakan tak berbekas dalam wujud peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Jutaan hektar hutan menjadi gundul dilahap segelintir orang. Deforestrasi hingga sekarang terus terjadi.