Sektor pertanian yang tangguh merupakan salah satu pilar pembanguan terpenting. Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan pertanian adalah petani yang semakin sejahtera. Jika petani sejahtera, industrialisasi memiliki pijakan kuat karena hasil industri bisa dibeli oleh mayoritas penduduk yang hidup dari sektor pertanian. Pertanian yang maju membuat rakyat berkecukupan pangan dengan harga yang patut sehingga tidak banyak
Bulan: Januari 2017
Saya baru menemukan berita Galakkan ‘Ayo Menabung’, Presiden Jokowi: Ada Yang Simpan Rp 1 Triliun di bawah Bantal di website Sekretariat Kabinet RI (setkab.go.id). Saya kutip alinea ketiga: Menurut Presiden, saat ini rasio porsi tabungan terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) kita masih sangat rendah, masih kurang lebih 20%. Padahal idealnya adalah 32%. Selain itu, tingkat kepemilikan rekening
Kritik saya tentang kebijakan pertanian beroleh tanggapan. Salah satunya bisa dilihat di berita ini: Sebut Amran paling dilindungi Jokowi, Faisal Basri diserang Kementan. Di berita itu, Kasubdit Data Ekonomi Pertanian Pusdatin Kementan, Dr. Anna Astrid S., mengatakan banyak hal. Pada kesempatan ini saya hanya hendak mengomentari tentang pernyataannya terkait dengan penugasan saya sebagai ketua Tim Reformasi
Hitam kelam warnanya // Kenakan topeng hitam pula // Tak berani tampilkan sosok seutuhnya Ia hinggap sejenak merapikan posisi topengnya // Seraya menghirup sari pati bunga hingga kering melayu // Tak seorang pun tahu, pikirnya Mengembara di kebun bunga // Mencari lembayung gemulai // Hitam tetap hitam Dari kejauhan ia melihat rangkaian melati pancarkan pesona // Melati putih sibakkan diri, tak
Kehidupan ibarat pendulum, kadang bergerak ke kiri, kadang ke kanan. Kecepatannya berubah-ubah, bergantung pada besar kekuatan yang menggerakkannya. Keteraturan hanya ditemukan pada benda mati seperti lonceng jam. Pergerakan ke kiri dan ke kanan amat jarang mencapai titik maksimum. Hanya dalam situasi ekstrem saja bisa terjadi, antara lain karena tumbangnya rezim otoriter atau monarki absolut yang
Acara bertajuk “Kebangkitan Populisme” yang digelar dalam rangka ulang tahun Indonesian Democracy Monitor (inDEMO) ke-17 dan peringatan 43 tahun peristiwa Malari berlangsung pada 15 Januari 2017 di Balai Kartini. Presentasi ringkas saya bisa dilihat di youtube: Indonesia di Tengah Arus Populisme Dunia. Tidak semua bahan yang saya siapkan sempat dipaparkan karena keterbatasan waktu. Insya Allah dalam
World Economic Forum baru saja menerbitkan laporan berjudul The Inclusive Growth and Development Report 2017. Ada tiga indikator kunci dalam mengukur kinerja pertumbuhan dan pembangunan yang inklusif sebagaiamana tertera pada peraga di bawah. Ada 30 negara/perekonomian maju (Advanced Economies) dan 79 negara/perekonomian berkembang (Developing Economies) yang dicakup dalam laporan ini. Skor indeks pembangunan inklusif (inclusive
Genap sudah lima tahun nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan terus menerus. Tren penurunan terjadi pada semua kelompok barang. Yang cukup tajam dialami kelompok tambang & lainnya. Namun, produk pertanian pun mengalami kemerosotan tajam. Memang perdagangan dunia melemah, tetapi tetap tumbuh. Cukup banyak negara tetangga yang tidak sampai mengalami penurunan ekspor, walaupun pertumbuhannya turun.
JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pengamat memandang bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menjadi salah satu penyebab munculnya fenomena populisme di Indonesia. Kesenjangan sosial memicu lahirnya kelompok-kelompok masyarakat yang kecewa dengan pemerintah dan beralih pada tokoh-tokoh populis. Tokoh populis yang cenderung anti-demokrasi dan anti-pluralisme itu dipercaya membawa ide-ide kemakmuran bagi rakyat. Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia,
Pemerintah mengklaim selama dua tahun pemerintahan Jokowi-JK berhasil mengurangi tingkat ketimpangan sebagaimana tercermin dari penurunan nisbah Gini (Gini ratio). Bahkan pada Maret 2016, nisbah gini sudah turun di bawah 0,4, yang berarti tingkat ketimpangan tergolong baik. Nisbah gini antara 0,4 sampai 0,5 masuk kategori ketimpangan sedang; dan di atas 0,5 tergolong ketimpangan buruk. Kecenderungan ketimpangan