Begitu banyak pencapaian bermakna yang telah dirasakan rakyat selama lima tahun pemerintahan Jokowi-JK. Lihat juga Berhasilkah Pemerintah Jokowi?. Di samping pencapaian itu, memang ada beberapa perkembangan yang belum sesuai harapan. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi yang anteng di sekitar 5 persen selama 2015-2019, jauh dari target 7 persen sebagaimana dicanangkan selama kampanye pilpres 2014 dan tercantum dalam RPJM
Kategori: FDI
Kemarin (11/12), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar seminar bertajuk “Komitmen Anti Korupsi untuk Investasi yang Lebih Baik” (“Fighting Corruption for Better Investment”). Seminar ini digelar antara lain untuk menjawab apakah benar pemberantasan korupsi dan keberadaan KPK menghambat investasi sehingga keluarlah undang-undang KPK yang baru. Hampir semua kajian akademik menyimpulkan sebaliknya. Korupsi justru membuat investasi terganggu
Saya diundang pada acara “Seruput Kopi” yang diasuh oleh Bung Denny Siregar. Episode #6 mengangkat tema seperti tertera pada judul. Diskusi berlangsung pada 3 Oktober 2018 di Rumah Cokro, Menteng. Silakan tengok videonya. Tulisan dengan tema serupa disertai dengan data saya tayangkan di blog ini, yang bisa dilihat di sini.
Salah satu isu panas yang hampir selalu mengemuka menjelang pemilihan umum adalah sentimen anti asing. Gejala xenophobia pada umumnya terkait dengan privatisasi badan usaha milik negara (BUMN) dan penguasaan sumber daya alam. Bertaburan gambar yang menunjukkan betapa Tanah Air kita dari Sumatera hingga Papua dicengkeram oleh asing. Tengok saja bendera pada kedua gambar pertama di
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendekatan pengeluaran dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, serta ekspor dan impor. Porsi terbesar dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia adalah konsumsi masyarakat. Komponen terbesar kedua adalah pembentukan modal tetap bruto atau invetasi. Ekspor menduduki posisi ketiga, sedangkan impor merupakan pengurang yang porsinya hampir sama dengan ekspor, sehingga
Dalam pemberitaan media massa terkesan investasi Tiongkok di Indonesia sangat massif. Ditambah dengan kontroversi proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang merupakan proyek bersama (konsorsium) BUMN Tiongkok dan beberapa BUMN Indonesia. Belakangan ini Tiongkok juga menonjol di proyek pembangkit listrik. Ternyata peringkat Indonesia dalam China Going Global Investment Index (CGGII) tahun 2015 hanya di urutan ke-44
Peristiwa menggembirakan dan memprihatinkan silih berganti selama tahun 2013. Banyak yang pesimistik tetapi banyak pula yang optimistik. Tulisan ini sekedar menyajikan kedua sisi berdasarkan data yang diperoleh dari berbaga sumber resmi. Kita mulai dengan sejumlah perkembangan yang cukup menggembirakan 1. Pada tahun 2013 untuk pertama kalinya Indonesia berada di posisi puncak sebagai negara paling menjanjikan di
Hari ini, Kamis, 24 Juli 2013, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data terbaru tentang realisasi penanaman modal asing langsung (PMAL) atau foreign direct investment (FDI). Pada triwulan II-2013 PMAL naik tipis dibandingkan dengan triwulan I-2013, masing-masing 7,2 miliar dollar AS dan 7,0 miliar dollar AS. Meskipun meningkat, pertumbuhan (year on year) pada triwulan II-2013