Sesumbar Erick Tohir: Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Singapura

2 komentar

Menteri BUMN dan sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan 
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Tohir, sesumbar Ekonomi Indonesia lebih baik dari Singapura, Malaysia, dan Filipina. Alasannya sangat sederhana dan naif, yaitu kontraksi ekonomi di ketiga negara itu jauh lebih parah karena menerapkan lockdown. Erick Thohir mengklaim keputusan Presiden Joko Widodo tidak memilih kebijakan lockdown atau karantina total sebagai keputusan yang sangat tepat.

Negara-negara yang menerapkan pembatasan sosial ketat berskala nasional tentu saja mengakibatkan aktivitas perekonomian sangat merosot, karena cara itu yang paling ampuh untuk menjinakkan pandemik COVID-19 sebelum tersedia vaksin.

Erick Tohir membandingkan kontraksi ekonomi Indonesia yang hanya 5,3 persen dengan kontraksi Singapura (13 persen), Filipina (16 persen) dan Malaysia (17 persen).

Karena hanya menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) lokal —tidak nasional— dan itu pun tidak dijalankan secara konsisten dan sudah diperlonggar ketika kasus terus naik, tentu saja masih banyak aktivitas ekonomi yang dengan leluasa terus berjalan di Indonesia. Akibatnya sangat fatal. Virus kian leluasa menjalan ke seantero negeri. Sudah 482 kapubapten/kota yang terjangkit atau 94 persen dari 514 kabupaten/kota yang ada. Semua provinsi sudah terjangkit COVID-19.

Karena penanganan COVID-19 di Indonesia tergolong buruk dan kapasitas sistem palayanan kesehatan kita sangat tertinggal dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, dan Filipina, maka angka kematian resmi di Indonesia akibat COVID-19 jauh lebih tinggi, yaitu 6.071 sampai hari ini. Jumlah kematian di Singapura hanya 27, Malaysia 125, dan Filipina 2.600. Case fatality rate (CFR) —jumlah orang yang meninggal dibagi jumlah kasus— Indonesia pun jauh lebih tinggi yaitu 4,42 persen dibandingkan dengan Singapura yang hanya 0,05 persen, Malaysia 1,36 persen, dan Filipina 1,65 persen.

Singapura dan Malaysia telah berhasil mengendalikan pandemik. Kasus harian di Singapura sudah cukup lama turun drastis dan sekarang hanya di bawah 100 kasus. Jumlah yang masih terjangkit (active cases) tinggal 4.585. Sementara itu, Malaysia hanya mencatat kasus kumulatif sangat rendah (9.175 kasus) dan sebagaian besar sudah sembuh. Yang masih dalam perawatan hanya 219 kasus. Tambahan kasus harian hanya puluhan.

Kasus di Filipina memang lebih besar dari Indonesia. Namun, Filipina lebih agresif dalam mengendalikan virus dengan melakukan testing yang jauh lebih banyak dari Indonesia. Jumlah tes per satu juta penduduk di Filipina sebanyak 18.258, sedangkan Indonesia hanya 6.802. Diperkirakan Filipina akan lebih cepat menjinakkan COVID-19 ketimbang Indonesia.

Ketiga negara itu amat mengutamakan kesehatan publik dan nyawa manusia. Mereka benar-benar menjalankan prinsip saving lives is saving the economy. Sedangkan Indonesia menggunakan jargon “gas-rem” sebagaimana dikatakan Presiden. Itu ceminan kita tidak punya strategi yang terukur alias trial and error.

Kini, Singapura dan Malaysia telah memetik hasil dari kerja keras mengendalikan pandemik. Aktivitas ekonomi secara bertahap telah dibuka dengan indikator yang sangat terukur. Pada triwulan IV-2020 pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Singapura berpeluang lebih baik dari Indonesia. Tahun 2021 mereka bisa pulih dengan pola V-shaped recovery dan lebih pasti.

Sampai kini kasus baru di Indonesia masih menunjukkan peningkatan dan telah memasuki fase baru (bukan gelombang kedua, karena gelombang pertama pun belum jelas kapan mencapai puncaknya) dengan kasus harian di atas 2.000.

Tunjukkanlah sense of crisis yang tinggi. Pandemik tidak bisa dijinakkan dengan mengumbar pernyataan-pernyataan peripur lara. Jika perilaku pembuat kebijakan cuma sebatas membusungkan dana dengan menjustifikasi langkah-langkah yang telah mereka lakukan dan memaksakan ekonomi menjadi komandan, maka akhirnya ongkos ekonomi yang harus ditanggung bakal jauh lebih mahal. Pemulihan semakin tak pasti, karena ekonomi tak akan maju berkelanjutan di tengah pandemik yang belum terjinakkan.

2 comments on “Sesumbar Erick Tohir: Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Singapura”

  1. ^Case fatality rate (CFR) —jumlah orang yang meninggal dibagi jumlah kasus— Indonesia pun jauh lebih tinggi yaitu 4,42 persen dibandingkan dengan Singapura yang hanya 0,05 persen, Malaysia 1,36 persen, dan Filipina 1,65 persen^.
    angka-angka diatas menunjukkan betapa buruknya nilai ‘nyawa manusia’ disini..?!?

  2. Setuju Bang Faisal,
    Kita butuh sense of crisis yang tinggi.
    Tapi sy lihat para pejabat penuh optimisme merasa berhasil menjinakkan covid.
    Apa sebenarnya tidak ada krisis di Indonesia ya?

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.