Bulan: September 2017

Government Criticized for Tardiness in Revitalizing Old Sugar Factories


Stefani RibkaThe Jakarta Post Jakarta | Thu, September 28, 2017 | 12:29 pm University of Indonesia economist Faisal Basri (from right), Indonesian Employers Association (Apindo) public policy chairman Danang Giriwardana, Refined Sugar Industry Users Forum coordinator Dwiatmoko Setiono and Apindo executive director Agung Pambudhi speak at a discussion titled ‘Sugar Auction: Solution or Distortion?’ in

Lanjutkan membaca

Transformasi Struktural dan Daya Beli


Catatan: Malam ini, pk.20:05, Metro TV menggelar acara (live) Economic Challenges dengan tema: “Sudah Pulihkah Daya Beli?” Berikut adalah bahan yang saya siapkan untuk acara itu. *** Perubahan tidak muncul tiba-tiba. Gelagat perubahan sudah tampak cukup lama, perlahan tapi pasti. Pembangunan ditandai oleh transformasi dalam perekonomian, di hampir segala aspek. Tulisan ini lebih menekankan perubahan

Lanjutkan membaca

Nasionalisme, Sosialisme, dan Pragmatisme: Pemikiran Ekonomi Politik Sumitro Djojohadikusumo


Catatan: Pagi ini (18/9), saya diundang sebagai salah satu pembahas dalam acara bedah buku “Nasionalisme, Sosialisme, dan Pragmatisme: Pemikiran Ekonomi Politik Sumitro Djojohadikusumo,” karya M. Dawam Rahardjo. Acara digelar di Auditorium Widjojo Nisisastro, Gedung Dekanat FEB-UI. Berikut adalah catatan pendek yang saya persiapkan untuk acara itu. *** Saya bersyukur bisa menikmati dua mata kuliah yang

Lanjutkan membaca

Ekonomi Digital: Peluang Mengakselerasikan Pertumbuhan


Catatan: Hari ini (13/9) saya diundang Bank BCA dalam acara Kafe BCA VII dalam rangka menyongsong Indonesia Knowledge Forum VI, 3-4 Oktober 2017. Tahun ini tema yang digelar adalah “Elevating Creativity & Innovation through Digital Collaboration.” Saya diminta mengisi diskusi hari ini dengan judul presentasi seperti tertera pada judul tulisan ini. Acara pagi dan siang

Lanjutkan membaca

Surat Terbuka kepada Presiden: Mohon Ditertibkan Praktek Pemburuan Rente


Kepada yang terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo Sungguh banyak persoalan yang Bapak hadapi dan tangani. Sementara yang saya sampaikan hanya sejumput masalah yang mungkin tidak menjadi prioritas untuk ditangani. Namun, saya memiliki keyakinan kuat masalah kecil ini berpotensi mengganggu kinerja perekonomian dan juga kredibilitas pemerintah secara keseluruhan, yang ujung-ujungnya menambah beban Bapak Presiden. ***

Lanjutkan membaca

Mewaspadai APBN 2017


RAPBN 2018 masuk dalam tahap pembahasan antara pemerintah dan DPR. Sejauh mana perubahan yang bakal terjadi sangat bergantung pada perkiraan realisasi APBN-P 2017 yang disepakati di DPR pada 27 Juli 2017. Ketika mengajukan RAPBN 2018 pada 16 Agustus 2017, pemerintah menyandingkannya dengan outlook APBN-P 2017. Jeda waktu antara keduanya hanya 20 hari. Dalam waktu yang

Lanjutkan membaca

Mewaspadai Ancaman Minyak dan BBM


Harga BBM bersubsidi anteng tidak pernah naik atau turun lagi. Karena harga minyak di pasar internasional merangkak naik, mustahil harga BBM turun. Pemerintah telah mengumumkan tidak akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi sampai 2018. Kebijakan baru yang muncul adalah satu harga BBM bersubsidi untuk seluruh Indonesia. Pemerintah tidak mau menanggung kerugian kebijakan satu harga itu.

Lanjutkan membaca

Pembantu Terdekat Harus Selalu Ingatkan Presiden


Wajar apabila Presiden menghendaki suku bunga kredit turun lebih cepat agar investasi naik (syukur-syukur bisa ikut membiayai pembangunan infrastruktur), sehingga pertumbuhan mengakselerasi lebih tinggi. Namun, para pembantu Presiden harus berani mengingatkan agar Presiden tidak kebablasan dengan memanggil dan memberikan arahan kepada Gubernur Bank Indonesia dan Ketua OJK supaya suku bunga kredit bisa diturunkan. Bank Indonesia dan

Lanjutkan membaca

Pengapuran Tulang Kaki Akibatkan Tak Bisa Berlari Kencang: Gejala Dini Deindustrialisasi


Kestabilan makroekonomi yang terjaga tidak otomatis mengindikasikan seluruh organ tubuh perekonomian berfungsi baik. Bisa saja inflasi (suhu tubuh) rendah, suku bunga (tekanan darah) menurun, nilai tukar rupiah (detak jantung) “anteng” (volatilitas rendah), dan sebagainya, mengahasilkan pertumbuhan ekonomi yang melemah. Terbukti, hasil pemeriksaan dengan MRI (magnetic resonance imaging) menemukan ada organ tubuh yang tidak berfungsi normal.

Lanjutkan membaca