Bulan: Juni 2014

Faisal Basri: Pendapatan Per Kapita Indonesia Kalah dari Timor Leste


KOMPAS.COM, Kamis, 26 Juni 2014 | 11:59 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam seminar Kajian Tengah Tahun Indef 2014 bertajuk Pembaruan Ekonomi atau Status Quo?, pengamat ekonomi, Faisal Basri, menyerukan untuk tidak memilih pasangan capres-cawapres yang Partai Demokrat menjadi koalisi di dalamnya. Hal itu ia sampaikan setelah memaparkan “prestasi” yang diukir selama dua periode pemerintahan SBY. Akademisi

Lanjutkan membaca

Mewujudkan Indonesia Terang


Pada 2001, konsumsi listrik per kapita Indonesia masih di atas India dan Vietnam. Sepuluh tahun kemudian, kedua negara itu sudah menyusul Indonesia. Selama kurun waktu 2001-2011, pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia hanya naik 1,6 kali atau 63,5 persen, sedangkan di India naik 1,7 kali atau 74,5 persen dan di Vietnam naik 3,2 kali lipat atau

Lanjutkan membaca

Faisal Basri: Kedaulatan Energi Dihalangi Kepentingan Mafia


Wibowo – 12 Juni 2014 13:36 wib Metrotvnews.com, Jakarta: Kedaulatan ekonomi pada dasarnya adalah memajukan kemandirian nasional. Dalam sektor energi, perlu ada pemahaman bahwa kedaulatan energi bukan sebagai komoditas sebagaimana terjadi saat ini. “Saya setuju bagaimana konsep kedaulatan energi bukan sebagai komoditas, karena jika menjadi komoditas akan menjadi mafia bagi beberapa orang,” kata pengamat ekonomi

Lanjutkan membaca

Faisal Basri: Kalau Rp 7.200 Triliun Bukan Bocor, Itu Tsunami…


KOMPAS.COM, Senin, 16 Juni 2014 | 13:21 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyayangkan soal data kebocoran anggaran yang dikutip calon presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto, dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. “Kalau Rp 7.200 triliun bukan kebocoran. Itu bendungan bobol atau tsunami yang membuat banjir publik Indonesia,” kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Lanjutkan membaca

Membangun Industri yang Tangguh


Sangat sedikit negara yang dapat mencapai kemajuan ekonomi dan menyejahterakan rakyatnya tanpa ditopang pertumbuhan industri yang berkelanjutan. Yang sedikit itu pada umumnya adalah negara-negara kecil yang penduduknya sedikit. Negara-negara yang penduduknya besar seperti Indonesia memiliki pijakan lebih kuat untuk memajukan sektor idustri manufaktur karena faktor keekonomian skala (economies of scale). Setelah melalui tahapan awal pembangunan

Lanjutkan membaca

Beda Partai Komunis Tiongkok dan Partai Gerindra


Partai Komunis Tiongkok (PKT) merupakan satu-satunya partai di negara yang pada era perang dingin dijuluki Negeri Tirai Bambu. Negara tirani besar lainnya, Uni Soviet, dijuluki Negeri Tirai Besi. Dalam “Global Democracy Ranking” yang diterbitkan oleh The Democracy Ranking Association pada tahun 2013 (lihat http://www.democracyranking.org), pada tahun 2011-2012, Tiongkok menduduki urutan ke-107 dari 115 negara, turun

Lanjutkan membaca

Faisal Basri Kritisi Alokasi Subsidi Pangan


Oleh: Wiyanto ekonomi – Minggu, 18 Mei 2014 | 10:44 WIB INILAHCOM, Jakarta – Pemerintah mengalokasikan subsidi pangan lebih rendah daripada alokasi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Alokasi subsidi BBM sebesar 57,63% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan alokasi pangan hanya 4% dari APBN. “Alokasi subsidi paling sedikit yaitu pagan sebesar 4% dari APBN

Lanjutkan membaca

Menghimpun Kekuatan, Menyongsong Era Baru, Menggapai Cita-cita[1]


Pada awal Mei 2014, Bank Dunia mengumumkan hasil perhitungan Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) dengan menggunakan metode yang telah diperbarui.[2] Berdasarkan metode baru ini, PDB Indonesia pada tahun 2012 sebesar 2,2 triliun dollar AS, di urutan ke-10 terbesar di dunia. Indonesia merupakan satu dari empat negara berkembang—yang dijuluki sebagai Emerging Markets—yang masuk dalam jajaran

Lanjutkan membaca

Tokoh ”Kompas Kita” mendatang: Faisal Basri


EKONOM lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini dikenal sebagai dosen, peneliti, penulis kolom, dan politikus. Faisal Basri yang bernama asli Faisal Batubara ini adalah keponakan Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Meski demikian, masa kecil Faisal tidak bergelimang harta. Pria kelahiran Bandung, 6 November 1959, ini, justru menjalani kehidupan berat dan susah. Itu

Lanjutkan membaca