Tak dinyana begitu cepat wadah coronavirus menyebar ke seantero dunia. Sudah 185 negara terjangkit atau 95 persen dari 195 negara di muka bumi, di setiap benua kecuali Antartika. Jadi, tinggal 10 negara yang belum dijamah oleh coronavirus COVID-19.
Jika mobilitas coronavirus sedemikian tinggi dan cepat menjelajah lintas negara dan lintas benua, apalah susahnya menyeberang antarprovinsi, lintas laut, lintas sungai, dan lintas danau.
Sejauh ini coronavirus telah menyebar di 16 provinsi: Bali, Sumatera (4), Sulawesi (3), Kalimnatan (2), dan Jawa (6).
Seluruh provinsi di Jawa sudah terjangkit. Terbanyak di DKI Jakarta. Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua masih bersih. Situs Zona Utara bekerja sama dengan beberapa media, perguruan tinggi, dan AJI Bandung membuat peta interaktif yang bisa dilihat di zonautara.com.
Mari kita bahu-membahu untuk menjaga agar zona hijau tetap hijau dan yang sudah terlanjur merah tidak semakin parah.
Dengan upaya kolektif yang sudah ditunjukkan oleh banyak kelompok (perguruan tinggi, kalangan profesi, komunitas, media, dan civil society lainnya, serta dunia usaha), insya Allah tugas mulia memerangi wabah yang sangat liar ini bisa membuahkan hasil yang menjanjikan.
Mari kita rajut kebersamaan. Pemerintah dengan seluruh jajarannya menjadi lem perekat yang akan sangat efektif memobilisasikan seluruh sumber daya nasional.
NEWS – Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia 20 March 2020 13:17
Jakarta, CNBC Indonesia- Ekonom senior dan pendiri INDEF Faisal Basri mengatakan dampak dari virus corona yang makin mewabah ini semakin dahsyat di dunia. Saat ini sudah 176 dari 195 negara yang ada di dunia mencatatkan kasus positif covid-19.
“Ini artinya 90% negara di dunia ini sudah kena. Ini tidak pernah terjadi pandemi sedemikian rupa di dunia. Dulu pernah ada tapi tahun 400,” ujar Faisal Basri dalam wawancara podcast CNBC Indonesia, Kamis (19/3/2020).
Persebaran virus ini luar biasa, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan berakhirnya dan masih meraba-raba bagaimana cara mengatasinya.
“Semua orang masih belajar, sampai kapan dan seberapa jauh,” kata dia.
Ia menjelaskan, semua negara kewalahan mengatasi virus satu ini bahkan untuk negara adidaya seperti AS. Negara tersebut lewat pemerintahnya sudah mengucurkan stimulus besar-besaran untuk menjaga kondisi ekonominya, sampai US$ 850 miliar. Tapi toh, tetap tidak tertolong.
“Indeks tetap turun, dan ada ketakutan akan terjadinya resesi serta angka pengangguran bisa tembus 20%. Padahal sekarang angka pengangguran di Amerika Serikat terendah sepanjang sejarah, hanya 3,5%”
Amerika, lanjutnya, sebagai negara terbesar di dunia pun tak mempan tak berdaya dengan corona. Ia membandingkan dengan kondisi 2008 juga di mana dunia terkena krisis keuangan global, tapi itu masalah ekomomi ada obat ekonominya dan ampuh.”
Sementara, yang dihadapi dunia saat ini bukan masalah ekonomi. “Ini adalah ketakutan, psikologi, dan bahkan nyawa. Virus ini sudah 90% menjangkiti negara di dunia, ini ibaratnya perang dunia.”
Pernyataan Faisal Basri lebih jauh bisa didengarkan di podcast “Cuap Cuap Cuan” dari CNBC Indonesia di bawah ini:
1. Wabah coronavirus sudah menjelma sebagai pandemik dunia, telah merasuk ke 198 negara dan teritori di setiap benua kecuali Antarika. Jumlah anggota PBB adalah 193 negara dan dua negara dengan status negara peninjau bukan anggota. Selebihnya adalah teritori..
2. Per 26 Maret pk.17:15 (10:12 GMT), jumlah terjangkit di seluruh dunia sudah mendekati setengah juta orang dan jumlah kematian melampaui 20.000 jiwa. Lebih dari 70 persen yang terjangkit dan 85 persen yang meninggal dunia berada di luar China.
4. Dalam 10 hari terakhir jumlah kematian setiap hari terus meningkat. Pada 26 Maret pk.17:15 tercatat 2.390 kematian. Jumlah kematian harian di Italia mencapai rekor tertinggi baru pada 21 Maret sebanyak 793 jiwa. Jumlah kematian tertinggi di China jauh lebih kecil, yaitu hanya 150 jiwa pada 23 Februari 2020.
5. Jumlah kasus terjangkit di Italia dan Spanyol sudah melampauii China.
6. Kematian kumulatif di Italia telah melampaui China sejak 19 Maret dan kini sudah hampir dua kali lipat dari China. Kini jumlah kematian di Italia sudah dua kali lipat lebih dari kematian di China. Jumlah kematian di Spanyol juga telah melampaui kematian di China.
7. Indonesia mengalami tingkat kematian (case fatality rate) tertinggi kedua di Asia dan di urutan ke-13 di dunia.
Case fatality rate (CFR) atau tingkat fatalitas kasus (coronavirus) adalah jumlah kematian yang dilaporkan per jumlah kasus yang dilaporkan, dinyatakan dalam persentase.
8. Semua negara di Eropa dan semua negara bagian di Amerika Serikat telah terjangkit coronavirus. Di Amerika Serikat setiap dua hari kasus kumulatif meningkat dua kali lipat. Amerika Serikat menyusul Jerman dalam hal jumlah kasus pada 21/3. Keesokan harinya (22/3), Amerika Serikat menyusul Spanyol, sehingga berada di urutan ketiga setelah China dan Italia.
9. Pola kumulatif kasus terkonfirmasi Indonesia paling tajam dibandingkan dengan beberapa negara yang kasusnya paling banyak. Belakangan pola Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan paling tajam
10. Negara yang lebih efektif menangani wabah coronavirus memiliki kinerja lebih baik di pasar saham.
11. Kita harus memobilisasi segala sumber daya agar penularan coronavurus terkendali dan menelan korban jiwa disedikit mungkin.
12. Angka kematian semakin tinggi sejalan dengan usia.
13. Bagi yang mengidap pre-existing medical condition harus lebih berhati-hati dan waspada.
14. Dari negara-negara yang kasus terkonfirmasinya melebihi 100 orang, ada 19 negara yang tidak/belum mengalami kasus kematian. Berikut adalah senarai berdasarkan jumlah kasus:
Country
Population (2018)
Total cases
Total deaths
South Africa
57,779,622
709
0
Qatar
2,781,677
537
0
Estonia
1,320,884
404
0
Armenia
2,951,776
265
0
Latvia
1,926,542
221
0
Slovakia
5,447,011
216
0
New Zealand
4,885,500
205
0
Kuwait
4,137,309
195
0
Uruguay
3,449,299
189
0
Jordan
9,956,011
172
0
Vietnam
95,540,39
141
0
Faeroe Islands
48,497
132
0
Malta
483,530
129
0
Brunei Darussalam
428,962
109
0
Sri Lanka
21,670,000
102
0
Oman
4,829,483
99
0
Cambodia
16,249,798
96
0
Venezuela
28,870,195
91
0
Belarus
9,485,386
86
0
15. Kasus di Indonesia sudah menjalar ke 27 provinsi, bertambah tiga provinsi dalam 24 jam terakhir. Semua pulau besar telah terjangkit coronavirus.
Semoga kita bisa belajar dari pengalaman banyak negara.
The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat, hari minggu (15/3) melakukan langkah dramatis dengan memangkas suku bunga acuan (the Fed Funds Rate) sebesar 100 basis poin sehingga meluncur ke kisaran 0 persen (batas bawah) dan 0,25 persen (batas atas). Padahal belum genap dua minggu (3 Maret) The Fed menurunkan bunga acuan sebesar 50 basis poin. Langkah drastis ini serupa dengan yang dilakukan The Fed ketika menghadapi krisis finansial global tahun 2008.
Tidak hanya itu. The Fed juga meluncurkan program quantitative easing (QE) baru berupa pembelian surat utang pemerintah (U.S. Treasury bonds) setidaknya bernilai 500 miliar dollar AS dan sisanya pembelian mortgage-backed securities.
The Fed memandang langkah darurat harus ditempuh untuk meredam wabah coronavirus yang telah menekan kehidupan masyarakat dan mengganggu kegiatan ekonomi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
Dua hari sebelumnya Presiden Donald Trump mendeklarasikan coronavirus sebagai darurat nasional dan menggelontorkan dana federal sebesar 50 miliar dollar AS untuk mengatasi coronavirus.
Tekanan berat terhadap perekonomian yang dipicu oleh wabah yang sudah menjadi pandemik dan telah menerjang 162 negara tidak pernah terjadi sebelumnya. Faktor psikologis sangat dominan, sehingga resep ekonomi standar tampaknya belum bertaji. Sehari setelah keputusan The Fed menurunkan suku bunga acuan, justru pasar saham AS kembal terjun bebas. Dow Jones melorot nyaris 13 persen atau hampir 3.000 poin dan sempat dihentikan sementara selama 15 menit beberapa detik setelah pembukaan pasar.
Keesokan harinya Gedung Putih mengeluarkan jurus tambahan berupa paket stimulus jumbo senilai 850 miliar dollar AS untuk menghindari perekonomian AS terjun bebas menuju resesi. pasar saham bereaksi positif. Indeks Dow Jones naik 5,2 persen dan S&P naik 6 persen. Hari Selasa itu Dow Jones ditutup di aras 21.237 dan S&P 2.529.
Sementara itu wadah coronavirus di Eropa kian parah. Dalam sehari, 531 orang terenggut nyawanya di seluruh Eropa pada 15 Maret, sekitar 80 persen dari kematian di seluruh dunia. Sampai 15 Maret, pengidap coronavirus di Eropa mendekati dua pertiga dari seluruh yang terjangkit di luar China.
Sejauh ini berbagai prediksi tentang dampak wabah coronavirus terhadap perekonomian global cukup beragam. kebanyakan kajian menunjukkan dampak yang relatif kecil atau moderat.
Kajian OECD meyakini bahwa wabah coronavirus tidak akan menyeret perekonomian dunia ke jurang resesi. Sebagian besar negara yang pertumbuhannya terkoreksi tahun ini akan rebound tahun 2021.
Untuk Indonesia, pertumbuhan tahun 2020 akan terpangkas 0,2 persen dari 5,0 persen menjadi 4,8 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali meningkat menjadi 5,1 persen pada tahun 2021.
Proyeksi OECD ini tampaknya belum memperhitungkan terjadinya epidemik global.
Asian Development Bank baru saja mengeluarkan kajian dampak coronavirus terhadap negara-negara Asia. Yang paling terdampak adalah Maldives, Cambodia, dan Thailand. Dampak terhadap Indonesia relatif kecil dengan menggunakan worse-case scenario sekalipun, mirip dengan kajian OECD.
Dampak kemerosotan sektor turisme terhadap produk domestik bruto (PDB) bagi Indonesia juga relatif kecil dibandingkan dengan Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina.
Jika Indonesia berhasil mengendalikan penyebaran coronavirus dengan dengan strong public health response, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan merosot tahun ini di kisaran 4,5 persen akan cepat rebound.
Sejauh ini indeks harga saham gabungan dan nilai tukar rupiah terkoreksi cukup dalam. Dibandingkan posisi akhir tahun lalu, sampai hari ini (18/3) IHSG terkoreksi 31,6 persen.
Menarik untuk mencermati peraga di bawah yang menunjukkan kemampuan mengendalikan penyebaran coronavirus menghasilkan kinerja pasar saham yang lebih baik.
Dalam dua hari terakhir, Nnlai tukar rupiah telah bertengger di atas Rp15.000 per dollar AS dan kian mendekati titik terendah Rp15.253 pada 11 Oktober 2018.
Kepemimpinan yang cepat tanggap dan mampu meyakinkan masyarakat dan pasar dalam menghadapi krisis akan sangat membantu pemulihan ekonomi. Kita berharap dengan begitu bisa melampaui krisis berat ini melewati V-shape, bukan U-shape.