Negeri kita tak lagi bertirai. Semua kejadian dapat disaksikan oleh dunia. Segala langkah dan ucapan harus serba terukur, karena semua bisa dinilai. Tak bisa lagi dipoles agar dapat nilai ekstra.
Sebulan terakhir indeks saham gabungan terpangkas 432 poin atau melorot 7,8 persen, dari 5.518,675 pada 31 Maret menjadi 5.086,425 pada 30 April.
Tahun lalu, tepatnya 2 April 2014, kinerja pasar saham Indonesia year to date dalam US$ terms terbaik di dunia. Namun, setahun kemudian (29 April 2015) terperosok menjadi kelima dari bawah. Yang lebih buruk dari Indonesia hanya Yunani, Turki, Mesir, dan Kolombia. (Berdasarkan senarai saham yang tertera di majalah The Economist: http://econ.st/1OHQ1eq). Hampir semua negara di seluruh kawasan mencatatkan pertumbuhan positif.
Posisi terkuat rupiah tahun ini hanya di level Rp 12.444 per dollar AS. Bahkan sempat mencapai titik terlemah sejak krisis pada 16 Maret 2015 di posisi Rp 13.237 per dollar AS. Pada 3o April 2015, kurs bertengger di posisi Rp 12.937 per dollar AS. Nilai tukar rupiah sudah melemah 10,9 persen dibandingkan setahun yang lalu.
Pertumbuhan kredit hanya 12,2 persen, di bawah target Bank Indonesia sebesar 15-17 persen untuk tahun 2015. Penjualan mobil turun 9,1 persen pada Januari dan merosot lebih dalam lagi sebesar 20,6 persen pada Februari dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Penjualan sepeda motor juga turun tajam, masing-masing 11,5 persen pada Januari dan 16,3 persen pada Februari tahun ini. Penjualan semen, makanan olahan, omzet perdagangan eceran semuanya turun.
Nilai ekspor terus menerus turun sejak tahun 2012 dan semakin parah pada Januari-Maret 2015 yang anjlok dua dijit yaitu 11,7 persen. Melesunya perekonomian juga ditunjukkan oleh penurunan impor nonmigas sebesar 5,0 persen pada Januari-Maret 2015.
Realisasi penerimaan pajak triwulan pertama tahun ini (Januari-Maret) baru mencapai 15,32 persen dari target penerimaan pajak 2015 dan turun 5,63 persen dibandingkan triwulan I 2014.
Menghadapi kondisi perekonomian yang mengalami pelemahan secara nyaris merata, saatnya menghimpun segenap potensi kekuatan, bahu membahu mengejar ketertinggalan. Jangan membuang-buang energi untuk sesuatu yang absurd, apalagi memperkeruh keadaan.
Dalam situasi yang semakin tak terkendali, pemimpin justru harus menunjukkan ia mampu memegang kendali penuh. Bertindak sebagai konduktor agar segenap pemain alat musik dan pelantun lagunya membaca partitur yang sama dan memahami gerak-gerik sang konduktor. Hanya dengan begitu pengunjung puas menikmati keanggunan alunan musik dan lagu. Pemimpin harus memiliki helicopter view, sehingga bias mensinergikan seluruh bawahannya untuk mencapai tujuan akhir bersama, bukan bertindak sendiri-sendiri sesuka hati.