“Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas.” (MP3EI, hal. 19)
Pemahaman di atas tidak ditopang oleh data. Dalam satu dasawarsa terakhir pertumbuhan sektor pertanian dan industri hampir selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB, sehingga peranan kedua sektor ini dalam PDB cenderung menurun. Sektor pertanian sudah puluhan tahun tidak lagi dominan, di urutan kedua setelah sektor industri manufaktur, masing-masing 14,4 persen dan 23,9 persen.
Peranan industri manufaktur sendiri terus mengalami penurunan, dari 29,0 persen tahun 2001 menjadi 28,1 persen tahun 2004. Selama pemerintahan SBY penurunan semakin tajam menjadi hanya 23,9 persen tahun 2012.
Kekeliruan kedua adalah pertanyaan bahwa industri Indonesia terfokus pada industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Data menunjukkan bahwa industri yang paling besar sumbangannya terhadap PDB adalah (1) industri kendaraan bermotor, mesin dan peralatan (2) industri makanan, minuman dan tembakau, (3) industri pupuk, kimia dan produk karet, (4) industri tekstil, kulit, dan sepatu. Sementara itu, dua industri yang sangat padat ekstraksi sumber daya alam–yaitu industri kayu dan hasil hutan serta industri kertas– peranannya tak sampai dua persen. Justru pemerintah gagal memajukan sektor industri manufaktur yang merupakan ujung tombak modernisasi ekonomi dan pencipta lapangan kerja bermutu.
Yang semakin menjadi tulang punggung perekonomian dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor jasa (non-tradable). Peraga di bawah ini menunjukkan pertumbuhan sektor tradable (sektor penghasil barang: pertanian, pertambangan, industri manufaktur) kian tercecer, rata-rata hanya sekitar separuh dari pertumbuhan sektor non-tradable. Pada tahun 2012, misalnya, pertumbuhan sektor non-tradable 8,2 persen dan pertumbuhan sektor tradable hanya 4,2 persen. Sedangkan pada triwulan I-2012 angkanya masing-masing 8,3 persen dan 3,8 persen.

Benar adanya kalau dikatakan bahwa struktur ekspor Indonesia semakin bergantung pada sektor ekstraktif dan industri berbasis sumber daya alam. Pada tahun 2001 ekspor sektor ini masih sekitar 40 persen, namun pada tahun 2011 melonjak menjadi sekitar 65 persen.
Ketergantungan pada sektor ekstraktif sangat kentara jika mengacu pada data tahun 2012, yang menunjukkan 46,4 persen ekspor total kita hanya disumbang oleh 6 jenis komoditas primer sebagaimana terlihat pada Peraga di bawah ini.

Jika para perumus dan pengambil keputusan salah mendiagnosis penyakit, maka cara penyembuhannya pun bisa keliru. Karenanya kita kian ragu dengan MP3EI.
***
pantas saja arah ekonomi kita selalu keliru. Terima kasih pencerahannya
Terima kasih, sama-sama.
membiarkan ekstraksi tanpa ada nilai tambah bukannya juga penyakit pak?, yg penting kan substansi idenya pak, ada banyak penyakit ekonomi tp fokus penyakit yg ingin diobati sekarang lebih ke masalah struktur ekspor yg tidak sehat buat masa depan, demi memperkuat nilai tukar, dan ide lebih besarnya lagi mengarahkan pengembangan hulu sampe ke hilir…lagian industri-industri manufaktur yg bapak sebutkan di atas memang masih butuh pertolongan besar? otomotif? mamin? penurunan peranan bukan serta merta bukti penyakit yg lebih fatal…sy justru lebih melihat visi dan kondisi krisis yg lebih jauh apabila industri ekstraksi hulu ke hilir tidak diperbaiki dari pada sekedar memperbaiki manufaktur2 penyumbang PDB tsb., kecuali industri2 manufaktur tersebut sudah bisa membuktikan unjuk gigi untuk merajai ekspor dan mensubtitusi struktur ekspor yg ada
Yang saya khawatir keliru baca kondisi, salah diagnoisis. Tentu saja saya sepakat dengan hilirisasi, bahkan turut menyumbang konsep ini lewat studi. Masalahnya pemerintah lemah di implementasi, mengembangan kelembagaannya lamban. Terima kasih masukannya.
terima kasih, pemikiran itu, semakin meyakinkan pada diri saya bahwa MP3EI, hanya pepesan belaka, tidak jelas arah dan tujuan pembangunan
Terima kasih, sama-sama. Semoga jalan kebaikan yang ditapaki bangsa ini dan dijauhkan dari kesesatan.