
Jika mengunjungi pasar swalayan atau minimarket, kita dengan mudah menemui kuaci yang diolah dari biji bunga matahari dengan kemasan berbahasa Indonesia. Susuri rak demi rak, kita akan menemukan beragam cemilan. Untuk jenis kacang-kacangan, berjejer produk Garuda dan Dua Kelinci. Keduanya merupakan unggulan di pasar. Persaingan di antara keduanya sangat tajam. Iklannya kerap muncul di televisi, terutama pada siaran langsung olahraga.
Beberapa merek lain mulai unjuk gigi. Di antaranya dengan merek ChaCheer, sama dengan merek kuaci. Silakan terka dari mana asal kuaci dan kacang tanah itu. Yang pasti, bahan baku kuaci dan kacang tanah tersedia cukup melimpah di Tanah Air.

Jawab: buatan China.
Jenis kacang-kacangan yang lebih beragam hadir dengan merek Tong Garden. Hampir semua jenis kacang yang tertera di gambar tersedia di Indonesia. Kita merupakan negara produsen jambu mente terkemuka di dunia. Di mana lokasi pabrik Tong Garden?

Jawab: di Malaysia.
Produk kacang-kacangan bermerek Camel tidak kalah beraneka dengan kemasan yang lebih menarik. Ada mente, kacang kulit, kacang kupas atau kacang asin, dan kacang campur serta kacang camour buah. Diolah di mana gerangan produk kacang-kacangan Camel itu?

Jawab: manufacted in Singapore.
Jika masih punya waktu luang, jangan lewatkan menengok lemari berpendingin yang berisi beraneka produk minuman dalam kemasan. Tengok jejeran kopidingin. Saya menemukan produk bermerek Mr. Brown. Dari mana Brown berasal?

Jawab: dari Taiwan.
Bergeser ke lemari berpendingin yang berdekatan. Kita leluasa memilih berbagai jenis minuman. Tiga jenis minuman botol plastik yang cukup eksotik di bawah dibuat dimana?

Jawab: di Taiwan.
Masih banyak lagi produk sejenis dari sejumlah merek yang lebih beraneka. Ada keluaran Nestle, ada pula yang bermerek dagang FOCO. Nestle memiliki pabrik di berbagai negara. Yang di bawah ini, baik Nestle dan FOCO berasal dari negara yang sama. Negara mana?

Jawab: Thailand.
Kumpulan produk terakhir berikut mungkin sudah lebih kerap dijumpai dan sudah cukup lama beredar serta lebihluas jangkauan pasarnya. Minuman dalam kaleng bermerek Yeos berasal dari tempat yang sama dengan dua produk lainnya. Buatan manakah ketiga produk itu?

Jawab: buatan Malaysia.
Komponen utama hampir semua produk minuman dalam kemasan itu adalah air dan gula. Kita sejatinya memiliki keunggulan absolut atau keunggulan komparatif.
Untuk cemilan sepertikacang kulit, apa modal yang dimiliki Singapura? Tidak ada yang menanam kacang tanah di sana. Lahan dan buruhnya mahal.
Ada yang berminat menguakkan misteri ini?
Banyak pengusaha malas berinvestasi di negeri ini karna ketidakpastian hukum dan sumber daya manusia yang “kurang produktif” dan sering demo buruh? Sehingga lebih aman menjadi importir
Mungkin, di Indonesia baik keunggulan absolut dan komparatif tidak berjalan sebagaimana mestinya. Entah karena apa. Apa dua analisa ekonom tua itu dilupakan atau kenapa. Harus ada teori baru.
Misterinya tidak terjawab. Hahaha.
Rasanya masih ada jawaban atas fenomena ini. Pertana, kita lemah di industri petrokimia yang menghasilkan plastik untuk kemasan. Kedua, tata niaga gula membuat harga gula mahal.
setuju atas pernyataan pak faisal pada poin pertama yaitu kita lemah di industri petrokimia yang menghasilkan plastik untuk kemasan..
Petani Semakin Sejahtera
Menanggapi pengamat ekonomi Faisal Basri menyatakan “Terlalu Memanjakan Kelas Menengah, Abaikan Petani” pada media rmol.co 14/3, Dr Anna Astrid dari Pusat Data Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan bahwa sejak 2015 hingga sekarang petani semakin sejahtera. Hal ini berkat berbagai program pemerintah yang menyentuh langsung ke petani.
Anna menyampaikan bahwa banyak indikator menunjukkan petani lebih sejahtera yakni: pertama, penduduk miskin di perdesaan September 2016 sebesar 17,28 juta jiwa turun dari September 2015 sebesar 17,89 juta jiwa; kedua Gini rasio September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329; ketiga Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06% dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59 dan keempat Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 berada di posisi tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Tahun 2016 NTUP mencapai 109,86 atau naik 2,3% dibandingkan tahun 2015.
Selanjutnya Anna, mengatakan meskipun NTP bukan merupakan indikator kesejahteraan terbaik, namun mampu menggambarkan kemampuan daya beli petani, Wajar lah NTP berfluktuasi antar bulan dalam setahun, karena terkait dengan musim tanaman. Indikator terkini cukup baik yakni Mei 2017 NTP naik 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, upah buruh tani juga naik 0,29 persen.
Bapak Faisal, untuk diketahui program bantuan benih itu tidak sekedar membagi benih gratis, tidak sesederhana itu, tetapi harus memenuhi kriteria teknis dan tidak ditanam di lokasi eksisting, sehingga menambah luas tanam. Masih banyak program-program yang manfaatnya dirasakan ke petani. Pertama, rehabilitasi jaringan irigasi tersier 3,4 juta hektar berdampak meningkatkan indeks pertanaman, Kedua, bantuan traktor dan alat mesin pertanian 80.000 unit pertahuan berdampak menghemat biaya produksi, hemat tenaga, waktu kerja lebih cepat, menurunkan susut hasil dan lainnya. Ketiga, asuransi usahatani 1,0 juta hektar melindungi petani dari gagal panen, Keempat membangun 19.400 embung dan longstorage untuk multi fungsi kegiatan pertanian karena ada air berarti ada kehidupan, ujar Anna.
Hasilnya dari program adalah luas tanam padi 2016 naik 1,05 juta hektar dibandingkan 2015 dan jagung juga naik 862 ribu hektar. Dengan demikian produksi padi dan jagung naik fantastis. Kinerja ini diakui Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia dan Pasifik mengatakan FAO menghargai keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras 2016.
Selanjutnya, Anna mengatakan, pada aspek hilir telah ditetapkan kebijakan harga bawah dan harga atas untuk melindungi petani dan konsumen, dilakukan serap gabah/beras oleh BULOG dengan hasil serap gabah/beras 2016 naik 1,0 juta ton dibandingkan 2015. Ini kan bukti Pemerintah hadir melindungi petani dari harga jatuh saat panen raya. Pengendalian impor pangan sesuai kebutuhan dengan hasil sejak 2016 hingga sekarang tidak ada impor beras medium, tidak ada impor cabai segar dan tidak impor bawang merah konsumsi dan pada 2017 tidak ada impor jagung, ujar Anna.
Guna menata aspek tata niaga, Kementan secara terpadu Kemendag, Kemendagri, KPPU dan Polri membentuk Satgas Pangan dengan hasil lebih dari 80 kasus penimbunan barang dan peredaran pangan illegal ditindak. KPPU juga telah memberi sanksi bagi pelaku kartel sapi dan ayam. Perilaku pasar yang tidak sehat seperti kartel dan mafia selama ini lah yang telah menyengsarakan petani dan merugikan konsumen dan akan dibasmi habis oleh Menteri Pertanian, pungkas Anna.
-o0o-
Silakan tengok https://faisalbasri.com/2017/06/18/apakah-petani-semakin-sejahtera/
Karut Marut Otak Faisal Basri
Tak ada yang membantah bila pembangunan sektor pertanian menjadi bagian vital dalam membangun perekonomian yang tangguh. Sektor pertanian, bagaimanapun merupakan pilar yang sangat penting dalam untuk membangun sebuah bangsa yang besar dan berkedaulatan. Tidak mengherankan bila sektor ini menjadi sektor yang mendapat perhatian khusus Presiden Jokowi. Bahkan, tidak tanggung-tanggung, pembangunan pertanian yang tangguh tertuang jelas dalam visi-misi nawacita pemerintahan.
Perhatian besar pemerintahan Jokowi-JK di sektor pertanian ini memang sangat vital dan strategis bagi kedaulatan dan kemandirian sebuah bangsa. Pangan menjadi salah satu faktor penentu untuk menjadi bangsa yang dihargai serta disegani dunia. Hal sangat disadari oleh Presiden Jokowi. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi senantiasa menekankan bahwa ke depan, sumber-sumber penyebab konflik dunia didominasi persoalan, selain air dan migas, adalah pangan.
Meskipun perhatian pemerintah Jokowi-JK telah demikian besar pada sektor pertanian, ada saja pengamat yang melakukan kritikan. Alih-alih kritik tersebut konstruktif serta memberi ruang solusi, justru kritik tersebut cenderung bias dan tanpa dasar yang kuat.
Contohnya adalah kritik yang dilontarkan pengamat ekonomi, Faisal Basri yang menuding bila kebijakan pertanian Pemerintahan Jokowi-JK karut-marut. Dikatakan bahwa, pemerintahan Jokowi-JK sama sekali mengabaikan kesejahteraan petani dan membuat petani semakin terpuruk.
Agaknya, kritik Faisal Basri justru mengabaikan fakta dan data yang ada. Karut marut justru jelas terlihat dalam “otak” seorang Faisal Basri. Bagaimana tidak, kritikannya sangat berbau ‘tendensius’ dan tidak mencerminkan wawasan penguasaan pertanian yang luas, utamanya terkait teknis lapangan. Dengan kata lain, kritikan Faisal hanya bermain atas dasar asumsi pembenaran dirinya sendiri.
Padahal berbagai indikator dengan tegas menggambarkan bahwa kebijakan pertanian yang selama ini dijalankan pemerintah telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup mengagumkan. Pengakuan keberhasilan ini bukan hanya dari dalam negeri, bahkan lembaga pangan internasional mengakui hal tersebut.
Capaian prestasi yang diakui secara internasional adalah Pertama, Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia dan Pasifik mengatakan FAO menghargai keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras 2016. Capaian ini merupakan hasil investasi pemerintah Indonesia khususnya Kementan yang sebagian besar digunakan untuk membangun infrastruktur.
Kedua, The Economics melaporkan Global Food The Security Index (GFSI) di 133 negara tahun 2016. Dilaporkan bahwa GFSI Indonesia meraih peringkat ketahanan pangan terbesar selama tahun 2015-2016.
Indikator Keberhasilan
Berbagai indikator angka yang menunjukkan dengan tegas bila kebijakan sektor pertanian Indonesia berada dalam jalur yang tepat adalah, Pertama, penduduk miskin di perdesaan September 2016 sebesar 17,28 juta jiwa turun dari September 2015 sebesar 17,89 juta jiwa
Kedua, gini rasio September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329.
Ketiga, Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06% dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59.
Keempat, Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 berada di posisi tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Tahun 2016 NTUP mencapai 109,86 atau naik 2,3% dibandingkan tahun 2015.
Memang, NTP bukan merupakan indikator kesejahteraan terbaik, namun, setidaknya indikator ini mampu menggambarkan kemampuan daya beli petani, Wajar lah NTP berfluktuasi antar bulan dalam setahun, karena terkait dengan musim tanaman. Indikator terkini cukup baik yakni Mei 2017 NTP naik 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya, upah buruh tani juga naik 0,29 persen.
Lalu di mana letak karut-marut kebijakan pertanian sebagaimana yang ditudingkan Faisal Basri? Angka-angka tersebut jelas mengindikasikan bila progress kebijakan yang dijalankan pemerintah mampu mengerek tingkat kesejahteraan petani.
Bahkan dalam berbagai survei, baik yang dilakukan oleh INDEF maupun CSIS menyebutkankan bahwa tingkat kepuasan petani terhadap program yang dijalankan pemerintah cukup meningkat. Lalu apakah Faisal Barsi mengabaikan hasil tersebut?
Semua untuk Kesejahteraa Petani
Kalaupun Faisal Basri menyebutkan bila kebijakan pemerintah mengabaikan kesejahteraan petani, maka program-program ini barangkali bisa menjernikahkan karut-marut “otak”-nya. Pertama, adanya rehabilitasi jaringan irigasi tersier 3,4 juta hektar akan berdampak meningkatkan indeks pertanaman
Kedua, bantuan traktor dan alat mesin pertanian 80.000 unit pertahun berdampak menghemat biaya produksi, hemat tenaga, waktu kerja lebih cepat, menurunkan susut hasil dan lainnya.
Ketiga, asuransi usahatani 1,0 juta hektar melindungi petani dari gagal panen dan Keempat, membangun 19.400 embung dan longstorage untuk multi fungsi kegiatan pertanian karena ada air berarti ada kehidupan.
Hasilnya dari program adalah luas tanam padi 2016 naik 1,05 juta hektar dibandingkan 2015 dan jagung juga naik 862 ribu hektar. Semua program ini langsung menyentuh aspek dasar peningkatan produksi yang otomatis juga meningkatkan kesejahteraan petani. Apalagi di hilir telah ditetapkan kebijakan harga bawah dan harga atas untuk melindungi petani dan konsumen, dilakukan serap gabah/beras oleh BULOG dengan hasil serap gabah/beras 2016 naik 1,0 juta ton dibandingkan 2015. Ini membuktikan bila pemerintah hadir melindungi petani dari harga jatuh saat panen raya. Pengendalian impor pangan sesuai kebutuhan dengan hasil sejak 2016 hingga sekarang tidak ada impor beras medium, tidak ada impor cabai segar dan tidak impor bawang merah konsumsi dan pada 2017 tidak ada impor jagung.
Begitu pula dalam membenahi aspek tata niaga, pemerintah melalui Kementan secara terpadu bersama Kemendag, Kemendagri, KPPU dan Polri membentuk Satgas Pangan dengan hasil lebih dari 80 kasus penimbunan barang dan peredaran pangan illegal ditindak. KPPU juga telah memberi sanksi bagi pelaku kartel sapi dan ayam. Perilaku pasar yang tidak sehat seperti kartel dan mafia selama ini telah menyengsarakan petani dan merugikan konsumen terus dibasmi.
Semua capaian prestasi kerja dan program ini seperti dinihilkan oleh Faisal Basri. Dia seakan sibuk sendiri dengan asumsi yang dibenarkannya sendiri. Inilah mengapa “otak” Faisal Basri perlu diluruskan agar tidak karut-marut melihat kerja sektor pertanian.***
Silakan tengok https://faisalbasri.com/2017/06/18/apakah-petani-semakin-sejahtera/