Dalam beberapa tahun terakhir tampak nyata daya saing Indonesia mengalami kemerosotan. Akun semasa (current account)–yang merupakan selisih antara ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa–sudah mengalami defisit sejak tahun 2012. Pada tahun yang sama transaksi perdagangan barang (trade account) juga telah mengalami defisit. Selama ini transaksi perdagangan barang selalu surplus.
Jika dipilah lebih rinci, defisit perdagangan barang terjadi untuk hampir semua kelompok barang: produk manufaktur, pangan, dan migas. Defisit produk manufaktur terjadi sejak tahun 2008.
Sementara itu defisit pangan mulai terjadi sejak tahun 2007. Banyak sekali kebutuhan pangan yang kita impor, antara lain gandum dan terigu, kedelai, jagung, beras, cabai, bawang, dan garam. Senarai impor pangan kian panjang.
Sedangkan defisit migas pertama kali terjadi tahun 2008. Defisit BBM sudah terjadi lima tahun sebelumnya. Lebih parah lagi, mulai tahun 2013, minyak mentah pun sudah mengalami defisit.
Sekalipun mengalami triple deficits, sampai sebelum tahun 2012, defisit perdagangan barang total bisa dihindari oleh hasil ekspor komoditas berbasis sumber daya alam yang belum diolah atau sedikit diolah, seperti batubara, bauksit, nikel, timah, minyak sawit, dan karet. Pada tahun 2012, enam jenis komoditas bahan mentah menyumbang 46,4 persen terhadap ekspor total.
Namun, sejak tahun 2012 tak tertahankan lagi, sehingga ekspor produk-produk berbasis sumber daya alam tak bisa lagi menutupi triple deficit, sehingga kita mengalami defisit perdagangan total.
Keterpurukan Indonesia dikonfirmasikan oleh hasil survei WEF dan IMD. Berdasarkan kedua lembaga yang berbasis di Swiss ini, indeks daya saing Indonesia dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan.
Berdasarka pendekatan WEF, daya saing suatu negara ditentukan oleh 12 pilar yang dbagi ke dalam 3 kelompok besar. peraga di bawah. Lihat peraga di bawah.
Jadi, kalau hendak mendongkrat daya saiang, kita harus memperkuat factor-driven, efficiency-driven, dan innovation driven.
Ekspor tetap naik tetapi lebih lambat dari impor. Apakah terjadi pergeseran jenis barang yang dibutuhkan yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri? Apakah penyebaran informasi yang sangat cepat via internet memicu pergeseran tersebut?
Memang terjadi pergeseran. Impor BBM dan minyak mntah meningkat pesat dalam 5 tahun terakhir. Juga pangan. Ikhwal peranan internet saya tidak mengetahuinya. Terima kasih banyak.
Salah satu menyebab merosotnya dasa saing adalah karena kenaikan gaji yang terlalu tinggi. Dengan kenaikan UMP yang tinggi di 2 tahun terakhir, banyak exportir yang tidak bisa bersaing, terutama di sektor non-komoditas
Waktu itu pilar no.3 yang memberikan kontribusi. Dalam metode WEF kalau tak salah ketiga kelomok bobotnya sama.
Bisa dipahami. Misalnya untuk industri garmen dan sepatu.
Prof, dari 3 pilar utama, mana yg paling significant utk meningkatkan competitiveness index kita? Knp pd 09 kita pernah relatif melonjak naik?
Kl boleh satu lagi, dg index ini, apa pengaruh langsung thd Foreign Domestic Investment & seberapa penting denominasi Rp berperan memperbaiki export yg melemah? Terima kasih banyak
Reblogged this on lulimitra's Blog.