
[Ditambah dan diperbarui 20 Maret 2020 pk.04:05]
World Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan wabah coronavirus COVID-19 yang menyebar sangat cepat sebagai pandemik global pada 11 Maret 2020. Sudah 178 negara (91 persen) dari 195 negara di dunia terjangkit virus baru ini. Jadi tinggal 17 negara yang belum terjamah, sejauh ini.
China dapat meredam penyebaran coronavirus. Jumlah penderita baru berhasil ditekan hanya belasan orang saja. China juga berhasil menekan jumlah kematian setiap hari dari ratusan selama kurun waktu 10-23 Februari menjadi sekitar 8-13 orang saja pada periode 16-18 Maret.
Dari 80.928 orang yang pernah terjangkit di China, 70.420 di antaranya telah sembuh. Dikurangi yang meninggal dunia sebanyak 3.245 orang, kini jumlah pasien yang terinfeksi tinggal 7.263 orang, terdiri dari 4.989 orang (69 persen) dalam kondisi ringan dan 2.274 orang (31 persen) dalam kondisi serius atau kritis.
Sebaliknya, penyebaran meningkat pesat di luar China, terutama di Eropa yang menurut WHO telah menjadi episentrum pandemik. Sejak 15 Maret, jumlah yang terjangkit dan meninggal dunia di luar China telah melampaui yang terjadi di China.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Seraya melandai bahkan nyaris mendatar di China, peningkatan kasus terkonformasi coronavirus di luar Eropa meningkat pesat.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Peningkatan lebih kentara di luar China dibandingkan dengan di China terlihat dari data kasus baru. Kasus baru di China masing-masing hanya 21 orang pada 16-17 Maret. Sebaliknya, di luar China menunjukkan peningkatan eksponensial.
Jumlah kematian dalam lima hari terakhir mengalami lonjakan. Dari hanya 73 orang pada 1 Maret menjadi 228 orang pada 8 Maret, lalu meningkat nyaris dua kali lipat menjadi 448 orang pada 13 Maret, dan mencapai angka tertinggi sebanyak 686 orang pada 15 Maret. Sehari kemudian sedikit menurun, namun kembali melonjak keesokan harinya (17/3) menjadi 817 orang. Data sementara tanggal 19 Maret (GMT) sudah menembus 1.000 kematian.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Sejauh ini, korban meninggal terbanyak di luar China adalah Italia (2.503), Iran (988), Spanyol (533), Prancis (175), Amerika Serikat (113), dan Korea Selatan (84). Kematian di AS menyusul Korea pada 17 Maret. Presiden AS telah mendeklarasikan keadaan darurat nasional 13 Maret.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Saatnya seluruh negara berkolaborasi untuk mengatasi coronavirus, satu sama lain berbagi informasi serta belajar dari keberhasilan dan kegagalan. China sudah terbukti dalam waktu yang relatif cepat bisa menjinakkan coronavirus. Pengalaman banyak negara lain juga meyakinkan kita bahwa membuka diri dapat mempermudah penanganan. Kita berharap kasus aktif dan yang berstatus serius/kritis bisa segera ditekan semaksimal mungkin.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Karena semakin banyak yang sembuh dan sangat sedikit tambahan kasus baru, kasus aktif di China menurun hingga 7.264 orang dan yang dalam status kritis tinggal 2.274 orang. Sebaliknya, di kasus aktif di luar China meningkat dengan pola eksponensial.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Di antara yang menyandang kasus aktif, hanya lima persen yang dalam kondisi serius atau kritis.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Siapa pun bisa terjangkit coronavirus, tak peduli ras, suku, bangsa, agama, musim, maupun status/jabatan (mulai dari rakyat biasa, menteri, anggota parlemen, isteri perdana menteri).
Namun, siapa pun yang terjangkit, insya Allah bisa sembuh dan kemungkinan sembuhnya cukup tinggi. Yang perlu lebih waspada adalah orang berusia lanjut dan yang memiliki pre-existing condition. Semakin tua yang terjangkit, kemungkinan meninggal dunia lebih tinggi. Yang mengidap penyakit kardiovaskuler jika terjangkit coronavirus kemungkinan meninggalnya lebih tinggi. Menyusul kemudian yang mengidap diabetes, penyakit gangguan pernafasan kronis, tekanan darah tinggi, dan kanker.

As of 18 March 1:21 AM

As of 18 March 1:21 AM
Bagaimana Kita Menyikapinya?
Sejauh ini pengidap coronavirus di Indonesia masih relatif sedikit, jauh lebih rendah ketimbang negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Boleh jadi lebih banyak yang belum terdeteksi. Untuk itu, tak ada jalan lain kecuali lebih meningkatkan kewaspadaan. Penetapan keadaan darurat perlu secepatnya diputuskan sebelum wabah kian meluas.
Pertama, belajar dari kasus negara lain. Di Eropa, Italia dan Spanyol adalah negara paling banyak terjangkit dan korban jiwa. Sementara itu, Jerman dan Swedia sudah ribuan warganya yang terjangkit, namun jumlah kematian sangat rendah, masing-masing 13 orang dan 6 orang. Dari yang berstatus masih kasus aktif (Jerman 6.189 orang dan Swedia 1.039 orang), yang dalam keadaan kritis masing-masing hanya dua orang.
Negara tetangga dekat kita, Malaysia dan Singapura masing-masing telah terjangkit sebanyak 566 orang dan 243 orang, namun tidak seorang pun yang meninggal dunia. Demikian juga dengan Israel dan Saudi Arabia (Asia); Portugal, Finlandia, dan Islandia (Eropa); Brazil (Amerika Selatan) yang jumlah penderitanya ratusan namun belum satu orang pun terenggut jiwanya.

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Pola Indonesia mirip dengan Italia. Indonesia

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/

Source: https://www.worldometers.info/coronavirus/
Belajarlah dari kisah kegagalan dan keberhasilan negara-negara lain.
Kedua, Ibarat menghadapi perang, harus ada satu komando. Komandan harus kredibel dan kompeten agar diikuti seluruh jajaran di bawahnya. Mengingat musuh yang dihadapi adalah “hantu” virus yang tak kelihatan kasat mata, komandan harus memiliki pengetahuan khusus yang mendalam tentang musuh yang dihadapi dan dibantu oleh tenaga inti yang mengetahui seluk-beluk kekuatan dan kelemahan musuh. Kumpulkanlah para dokter spesialis ahli virus atau penyakit menular, ahli biologi, ahli farmasi, ahli kesehatan masyarakat, dan ahli komunikasi paling terkemuka yang kita miliki. Pilih salah satu dari mereka sebagai komandan.
Bisa juga komandan adalah sosok yang telah teruji membuktikan kepemimpinan yang mumpuni dalam menyelesaikan masalah besar, yang mampu mengoordinasikan segenap jajaran yang multisektoral dan multidisiplin, dan yang berhasil memobilisasikan segenap potensi bangsa. Komandan jenis ini dibantu oleh tim inti sebagaimana telah diutarakan di atas dan memperoleh kewenangan luas untuk mencairkan ego sektoral.
Kita berharap Presiden merevisi total desain dua tim khusus yang telah dibentuk, yaitu Satgas dan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Coronavirus. Sebaiknya hanya ada satu tim saja yang langsung di bawah Presiden.
Seluruh kebijakan dan langkah-langkah strategis berasal dari unit atau tim di bawah Presiden itu. Unit atau tim ini secepat mungkin merekrut tenaga profesional terbaik yang ada di negeri ini.
Apa pun status yang ditetapkan, apakah keadaan darurat atau keadaan luar biasa, yang penting tim ini bisa keluar dari belenggu birokrasi dan gaya koordinasi dalam keadaan normal. Dengan begitu, diharapkan pula seluruh jajaran di daerah (provinsi dan kabupaten/kota) tunduk kepada garis komando tim/unit tunggal di bawah Presiden ini.
Tentara, polisi, menteri, birokrasi, aparat di daerah seluruhnya merupakan unsur pendukung.
Tim juga menyusun langkah-langkah untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat demi untuk membatasi penyebaran wabah.
Setiap hari Tim memutakhirkan data yang terinci dan akurat. Di alam keterbukaan, informasi yang kredibel adalah salah satu kunci keberhasilan mengatasi desas-desus dan kesimpangsiuran.
Jika setiap hari masyarakat memperoleh informasi tentang kemajuan dalam memerangi coronavirus, maka akan terjaga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan segala langkah yang ditempuhnya.
Dalam keadaan luar biasa yang membutuhkan kebersamaan, agaknya amat bijaksana jika setiap kebijakan yang berpotensi besar memicu ketegangan baru atau memecah belah berbagai elemen bangsa dikesampingkan dulu. Langkah nyata segera adalah menarik kembali rancangan undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja.
Bersama kita bisa.
2 comments on “Bersama Kita Bisa”