Kemarin lusa, Buya Syafii Maarif, mantan ketua umum PP Muhammadiyah, mengirim SMS: “Bung Faisal, mengapa rahim bumi Nusantara ini masih mandul untuk melahirkan para negarawan?” Berikut jawaban saya: “Buya, insya Allah benih-benihnya sudah bermunculan. Tapi wadahnya masih kotor dan ringkih. Tugas sejarah kita mungkin turut membuat wadah itu bersih dan bercahaya.” Saya memberanikan diri mengatakan
Pertumbuhan ekonomi triwulanan Indonesia melemah untuk keempat kalinya berturut-turut. Bahkan pada triluwan II-2013 sudah berada di bawah 6 persen, persisnya, 5,81 persen. Pertumbuhan di bawah 6 persen pertama kali dalam 10 triwulan terakhir. Hampir separuh (47,7 persen) pertumbuhan triwulan II-2013 disumbang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh tetap cukup tinggi di atas 5 persen. Ada
Transaksi perdagangan luar negeri Indonesia sudah mengalami defisit sejak tahun 2012. Data terbaru yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) 1 Agustus lalu menunjukkan untuk nonmigas, China merupakan penyumbang defisit terbesar. Impor dari China pada Januari-Juni sebesar 14,4 miliar dollar AS (negara asal impor Indonesia terbesar), sedangkan ekspor Indonesia ke China pada kurun waktu yang sama
Ekspor bulan Juni melorot sebesar 8,6 persen dibandingkan Mei dan selama Januari-Juni 2013 turun 6,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Walaupun impor total juga turun lebih cepat, namun tak mampu mengimbangi penurunan ekspor, sehingga defisit perdagangan meningkat dari $590 juta pada Mei menjadi $847 juta pada Juni. Defisit perdagangan kumulatif Januari-Juni sudah mencapai
Akhirnya menjadi kenyataan bahwa laju kenaikan harga-harga (inflasi) Juli jauh melampaui target pemerintah sebesar 7,2 persen dan perkiraan banyak lembaga riset. Juga jauh melampaui perkiraan Bank Indonesia sebesar 2,87 persen month to month. Inflasi bulan Juli mencapai 8,6 persen (year on year) dan 3,29 persen (month to month). yang mengenaskan, penyumbang terbesar adalah makanan (50persen)
“Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan National Building bagi negara Indonesia, maka negara dapat menjadi kuat jika dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita harus menguasai armada yang seimbang.” (Ir. Soekarno dalam National Maritime Convention I (NMC), 1963) Dengan gugusan 17.000 pulau lebih dan hamparan lautan yang sekitar
Ketika membaca judul tulisan R. William Liddle “Marx atau Machiavelli? Menuju Demokrasi Bermutu di Indonesia dan Amerika Serikat,” serta merta saya teringat percakapan dengan mendiang Nurcholish Madjid (Cak Nur). Beberapa kali Cak Nur mengutarakan bahwa para founding fathers, bapak-bapak pendiri negeri ini, banyak terilhami oleh sejarah pembentukan Amerika Serikat. Cak Nur memberikan contoh Pembukaan Undang-Undang
Apakah ideologi negara kita? Bukan free fight liberalism dan bukan juga etatisme. Jadi apa? Entahlah, tak pernah jelas sosoknya, sehingga menimbulkan perdebatan tak jelas titik pijaknya. Kerancuan juga terlihat dalam hal bentuk negara. Kita menyatakan diri sebagai negara kesatuan. Sedemikian sakralnya NKRI sampai-sampai tercantum ketentuan di Pasal 37 ayat (5): “Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan
Tubuh terjangkit anemia jika kekurangan darah, atau lebih spesifik lagi kekurangan sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) di dalam sel darah merah) di bawah normal. Orang yang terjangkit anemia mengalami penurunan kondisi tubuh seperti mudah lelah, kurang bergairah, dan mudah ngantuk. Sirkulasi darah menjadi tidak optimal. jantung, yang berfungsi menyedot dan memonpakan
Kukecup keningnya berkali-kali. Kubelai rambut ikalnya yang mulai memutih keperakan Kubisikkan perasaan hati dengan getaran jiwa Kupeluk sangat erat tubuhnya seakan lama tak bertemu *** Cuaca cerah dan udara sejuk mengiringi kami menyusuri sungai Spree, Berlin. Taman-taman kota di pinggir sungai disesaki warga yang berjemur menikmati sinar matahari, namun tak memancarkan terik. Padahal sudah pukul 19:00,