Pertumbuhan ekonomi triwulanan Indonesia melemah untuk keempat kalinya berturut-turut. Bahkan pada triluwan II-2013 sudah berada di bawah 6 persen, persisnya, 5,81 persen. Pertumbuhan di bawah 6 persen pertama kali dalam 10 triwulan terakhir.
Hampir separuh (47,7 persen) pertumbuhan triwulan II-2013 disumbang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh tetap cukup tinggi di atas 5 persen. Ada pun konsumsi pemerintah yang tumbuh 1,38 persen hanya menyumbang tak sampai 3 persen.
Melemahnya pertumbuhan ekonomi dipicu oleh penurunan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto atau PMTB (investasi) yang sebenarnya sudah berlangsung dalam tiga triwulan terakhir. Pada triwulan IV-2012 pertumbuhan PMTB 7,3 persen, lalu turun menjadi 5,3 persen pada triwulan I-2013 dan turun lagi pada triwulan II-2013 menjadi 4,7 persen. Akibatnya sumbangan PMTB terhadap pertumbuhan PDB pada triwulan II-2013 hanya 20 persen.
Sementara itu ekspor yang tumbuh lebih tinggi (4,18 persen) memberikan sumbangan positif yang cukup berarti bagi pertumbuhan PDB triwulan II-2013, yakni hampir 40 persen.
Sektor yang memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2013 adalah industri manufaktur. Sektor ini tumbuh sedikit di atas pertumbuhan PDB, yaitu 5,86 persen dan menyumbang seperempat dari pertumbuhan PDB.
Pertumbuhan sektor pertanian sedikit melemah dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing 3,2 persen dan 3,6 persen. Sedangkan satu-satunya yang mengalami pertumbuhan negatif ialah sektor pertambangan.
Ketiga sektor penghasil barang (tradable) hanya mampu tumbuh 3,7 persen. Sehingga, ujung tombak pertumbuhan masih saja didominasi oleh sektor tersier atau sektor jasa atau sektor non-tradable.
Jika pola pertumbuhan terus menerus seperti ini, agaknya amat sulit mengharapkan terciptanya lapangan kerja yang berkualitas dan menghadirkan pertumbuhan kokoh yang berkelanjutan.