faisal basri

wear the robes of fire — kesadaran nurani dan akal sehat


  • February 14, 2020

    Greetings to the audience of Cokro TV.

    One of the seven development agendas outlined by President Jokowi for his second term in office is “Building High-Quality and Competitive Human Resources”. The issue of human resource development had been referred to earlier in Jokowi’s victory speech with his running mate Ma’ruf in Sentul on 14 July 2019. In his speech, the President put forward six development agendas under the “Vision for Indonesia” framework. One of which concerns the health of school-aged children. 

    The commitment to develop resilient and superior human capital has in fact already been pledged during Jokowi’s first term in office. One of the ways to achieve this is by distancing the people – especially the golden generation now living in the time period of demographic bonus, more so for school-aged children – away from tobacco. 

    In the previous RPJM (Medium-Term Development Plan), the target was to bring smoking prevalence among adolescents aged 10-18 down from 7.2 percent in 2013 to 5.4 percent in 2019. Instead of meeting the target or at least nearing it, smoking prevalence among children has risen to 8.8 percent in 2016 and climbing further to 9.1 percent

    This is a yellow alert.

    These children became first-time smokers as a result of the government’s neglect in protecting them against the tobacco industry’s ruthless market penetration strategy.

    The tobacco industry spends one million dollars per hour on product advertising, and billions of dollars more on discounts to retailers. 

    In Indonesia, cigarettes are easily accessible and relatively cheap. Want it even cheaper? Buy a pack with fewer cigarette sticks, some contain 16, and others even less with only 12 cigarettes. Modern retail kiosks and traditional shops sell cigarettes right next to or across schools. Cigarette advertisements are pervasive, outdoors, on television and social media–at every turn.

    Nearly all leading white cigarette brands are subject to ridiculously low taxes, and therefore can be sold at a relatively cheaper price. The industry strategizes by reducing cigarette size, smaller diameter and shorter length, in a bid to keep prices even lower. An example is provided in this video.

    To offset the tax rate levied on its products, tobacco companies introduce kretek cigarette packs with quantities that vary. For the same brand, a pack of 20 cigarettes is of course more expensive than a pack of 16 or 12. If you calculate, the price of each stick in a pack of 16 or 12 is in fact usually more expensive. This is the industry’s tactic to lure new smokers, as if cigarettes are still cheap. 

    The government is giving the tobacco industry free rein to “hoodwink” consumers. Unlike many other countries where only 20-stick packs are being sold, in Indonesia the options are mindboggling. Worse still, consumers can buy them in singles.

    The government knows all too well that poor families spend a lot on cigarettes, second only to rice. Household expenditure for filtered kretek cigarettes amounts to nearly the same as total spending on protein intake for bean curd, tempe, chicken and eggs. 

    The government should also realize that 30 percent of BPJS Kesehatan (National Health Insurance Program) expenditure are used up for patients with smoking-related diseases, and therefore significantly contributes to BPJS Kesehatan’s deficit that the government to this day still has not covered.

    And what’s more, the government is fully aware that smoking does more harm than good. For this reason, cigarette tax is imposed. Bear in mind that the purpose of tobacco taxation is not to be the mainstay of revenue for the government, but as an instrument for controlling tobacco production and consumption. The government also needs to draw the line when it comes to tobacco industry tactics in spreading its tentacles far and wide in society.

    Let’s not regress yet again like when the government cancelled plans to raise tobacco tax and simplify the tax structure in the run-up to elections. Let’s treasure our golden generation.

    The government’s sheer passivity has led to an alarming rising trend in total smoking prevalence in Indonesia. 

    Specifically. among the male population, the smoking prevalence in Indonesia is the world’s second highest after Timor-Leste. Over 70 percent of the male population in Indonesia smokes, and that includes me. 

    While the rest of the world have been successful in reducing the percentage of the population who smokes, in Indonesia the figures continue to soar, never once falling, not since 2000.  

    If the government is indeed deeply concern about improving the quality of human capital and create top-notch human resources, prove it with concrete actions. Immediately ratify the FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). 

    We should be ashamed for being among the seven countries left in the world who have not ratified the FCTC. The six other countries are Somalia, Malawi, Eritrea, Andorra, Liechtenstein, and Monaco. 180 countries worldwide have signed the FCTC.  They include the world’s largest tobacco producers like Indonesia, such as China, India, Brazil, and the United States.

    No more sitting at the same table as the tobacco industry in formulating stringent policies and measures to rein in the tobacco industry. No more government ministers who say whatever they want for the sake of sectoral interests.

    So please Mr. President, sign it in golden ink, protect our golden generation and create a Golden Indonesia. Let’s hope this comes true when we celebrate a century of independence.

    Thank you. 


  • [Diperbarui 25 Maret pk.03:06]

    Perang Dunia II mungkin akan lebih lama dan lebih banyak menelan korban seandaikan Amerika Serikat tidak menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Jepang takluk. Momen itu pula yang membuat Indonesia mempercepat proklamasi kemerdekaan. 

    Indonesia bukan peserta Perang Dunia Kedua, namun dari sekitar 62,5 juta jiwa yang tewas di seluruh dunia akibat perang itu, Indonesia menduduki peringkat keempat dengan korban jiwa total sekitar 4 juta orang atau sekitar 6 persen dari total penduduk di tahun 1939. Indonesia hanya kalah dari Uni Soviet (hampir 24 juta), China (lebih dari 19 juta) dan Polandia (sekitar 5 juta jiwa). Sekitar 2,5 juta orang Indonesia itu tewas akibat kelaparan, dan sekitar satu juta orang tewas akibat kerja paksa. Generasi milenial di Indonesia tampaknya tidak bisa membayangkan kekejian bala tentara Jepang itu. Jika China dan Korea (Utara maupun Selatan) sampai kini terus mewaspadai kemungkinan bangkitnya militerisme Jepang, mereka memang punya alasan kuat untuk itu.

    Jumlah korban tewas di Hindia Belanda menunjukkan betapa buruknya perekonomian di masa itu. Jutaan orang tidak hanya tidak bisa makan, melainkan juga tidak bisa berpakaian layak, sampai banyak yang harus mengenakan karung goni, ban dalam, kertas bekas dan bahan lainnya yang tentu saja tidak layak menjadi bahan pakaian. Pagar rumah dan alat-alat pertanian dari besi, kotak tembakau dari aluminium, sepeda, apalagi motor dan mobil, dirampas. Siapa yang kedapatan punya kendaraan bermotor atau radio, bakal dihukum mati. Jepang adalah seburuk-buruknya penjajah, dan penjajahan Jepang adalah era teror yang jangan sampai terulang lagi kapan pun.

    ***

    Kini seluruh dunia sedang berjibaku memerangi coronavirus. Hingga Selasa siang (24 Maret) coronavirus sudah menyebar ke 196 negara dan teritori. Tinggal segelintir negara yang belum tersentuh oleh virus yang tak mengenal suku, ras, musim, kaya-miskin, jabatan, dan agama.

    Korban jiwa memang belum seberapa dibandingkan dengan korban Perang Dunia II dan wadah virus di awal abad XX yang menelan jutaan orang.

    Belum ada ahli yang bisa memastikan kapan coronavirus bisa ditaklukkan. Tak seorang pun tahu berapa banyak “musuh” yang telah menyusup ke jantung pertahanan dan menyeberang ke garis perbatasan kita. Kita tak bisa membedakan siapa musuh dan siapa kawan. Yang pasti, pasukan elite (dokter dan perawat) kita sudah mulai bertumbangan, puluhan telah kena peluru musuh. 

    Prajurit dari berbagai jenjang kian banyak tewas. Sampai hari ini sudah 55 orang meninggal dunia. Untuk pertama kali, tambahan pasukan Indoenesia yang terjangkit menembus 100 orang hari ini, persisnya 107 orang. Tak ada tambahan satu pun yang pulih atau sembuh. Korban terjangkit coronavirus (confirmed cases) di Indonesia mencapai 686 orang, mendekati jumlah korban di beberapa negara Eropa yang sudah menjadi pusat pandemik seperti Yunani, Finlandia, Polandia, dan Luksemburg. Yang masih terbaring di rumah sakit (active cases) sebanyak 601 orang.

    Per 25 Maret 2020 pk.02:50. Sumber menggunakan GMT.
    Sumber: https://www.worldometers.info/coronavirus/

    Jumlah pasukan elit (dokter) per 1.000 penduduk di Indonesia hanya 0,4. Itu cuma separuh dari India (0,8), seperlima dari Brazil (2,1) dan China (1.8). Juga jauh lebih kecil ketimbang Thailand (0,8), dan Vietnam (0,8), dan Malaysia (1.5). Jumlah dokter paru tentu jauh lebih sedikit lagi.

    Peralatan tempur mereka terbatas sehingga amat rentan jadi sasaran tembak musuh. Amunisi pun terbatas. Bentengi segera mereka dengan pelindung diri yang memadai.

    Intelejen kita belum mengetahui secara persis kekuatan musuh dan kesiapan prajurit (rakyat). Presiden sudah memerintahkan semua gubernur membuat peta kesadaran coronavirus dan menyusun rencana aksi.

    Sungguh kita dan hampir semua negara di dunia belum pernah menghadapi peperangan dengan “hantu” seganas coronavirus. Untuk menghadapinya, mau tak mau seluruh medan lagi harus dibuat seterang mungkin, karena hantu takut menghadapi medan yang terang benderang. Hantu leluasa dalam kegelapan.

    Dalam menghadapi musuh nyata di masa lalu, kerajaan-kerajaan membangun benteng agar musuh tak gampang menyerang maupun menyusup.

    Image result for benteng-benteng yang mengelilingi kota di masa lalu
    Benteng Salahudin di Kairo yang dibangun pada abad ke-12. Sumber: tfamanasek.com

    Kini, ketika informasi intelejen masih minim, hampir tak ada pilihan kecuali dengan melakukan isolasi terbatas dan mengecek kesiapan sebanyak mungkin pasukan. Ongkosnya memang sangat mahal. Derita tak terperikan. Namun, sekali kita berhasil memetakan musuh, peperangan bisa lebih cepat kita akhiri dengan kemenangan, dengan korban sekecil mungkin.

    Kita jatuhkan bom atom itu. Bom atom berisi unsur: isolasi terbatas, pendekatan berbasis scientific, logistik yang tangguh, dan pertahanan rakyat semesta. Dan tertu saja kehadiran panglima perang yang dikelilingi oleh para kepala staf yang mumpuni dan penesehat kelas wahid yang dimiliki Negeri ini.

    Tentara dan polisi kita siagakan sebagai pendukung utama. Kini saatnya para dokter dan ahli yang dijajaran terdepan. Betul kata Menteri Pertahanan bahwa tenaga medis yang di jajaran terdepan. Merekalah pahlawan dalam perang ini. Masih menurut Menhan, ia hanya terlatih menghadapi musuh yang terlihat.

    Mari kita semua menyiapkan amunisi dan logistik yang memadai. Lindungi pasukan yang paling rentan. Pemerintah telah menyiapkan berbagai langkah. Seiring dengan itu, solidaritas sosial kita gaungkan. Satu orang yang mampu menanggung dua orang tak mampu.

    Insya Allah kita bisa.

    Catatan:

    Lockdown a situation in which people are nor allowed to enter or leave a building or area freely because of an emergency. –Cambridge Dictionary


  • NEWS – Redaksi CNBC Indonesia, CNBC Indonesia 22 March 2020 14:04

    Jakarta, CNBC Indonesia- Ekonomi dan pendiri INDEF Faisal Basri menyebut kondisi saat ini adalah kondisi darurat. Di mana untuk perang melawan mencegah penyebaran covid-19 harus dilakukan bersama-sama oleh berbagai kalangan.

    “Jangan biarkan pemerintah sendiri. Rakyat, dunia usaha, semuanya harus bergerak bersama untuk melawan corona,” kata Faisal dalam wawancara Podcast CNBC Indonesia, Sabtu (21/3/2020).

    Agar semua pihak bisa membantu, Faisal juga mendorong pemerintah untuk transparan dan memangkas jalur birokrasi agar semuanya cepat ditangani. Buka saluran-saluran yang memudahkan pengusaha untuk berkontribusi. 

    Ia bahkan menyarankan pemerintah mulai melakukan tindakan tegas bagi oknum-oknum yang diketahui memburu rente di tengah krisis saat ini. Misal ditemukan kelangkaan salah satu barang bahan pokok, dan serta ditelusuri ternyata ada penimbunan yang disengaja oleh oknum, disarankan dikenakan sanksi yang tidak main-main.

    “Kalau perlu hukum gantung, meski hukumnya memang tidak ada saat ini. Tapi lagi masa seperti ini harus tegas, kalau ada yang manfaatkan langung hukum.” 

    PILIHAN REDAKSIFaisal Basri: 176 Negara Kena, Corona Itu Perang DuniaFaisal Basri: Trump Dikelilingi Ahli Virus & Pandemi, Jokowi?

    Wabah corona, semestinya tidak menganggu perjalanan barang sampai ke tujuan. Sebab hal tersebut juga tidak terjadi di negara lain, jadi ketika ada barang yang langka mesti ditelusuri. 

    Faisal sangat yakin Indonesia bisa melampaui masa-masa krisis ini. “Kita sangat mampu, kita punya dokter-dokter hebat yang mestinya diberdayakan. Kita kritik pemerintah itu kkarena kita sayang.”

    Kondisi lainnya yang menurut Faisal juga menguntungkan Indonesia adalah kondisi geografis sebagai negara kepulauan. Jika lockdown atau isolasi terbatas diberlakukan, sangat mudah bagi pemerintah ketimbang negara kontinen seperti Amerika Serikat yang semuanya daratanya. “Kalau kita ingin lockdown, kita bisa kunci di Jawa dan tidak menyebar ke pulau lainnya.”

    Obrolan dan masukan Faisal Basri lebih lanjut bisa disimak dan didengarkan di podcast Cuap-Cuap Cuan by CNBC Indonesia di bawah ini:

    (gus/gus)


  • Tak dinyana begitu cepat wadah coronavirus menyebar ke seantero dunia. Sudah 185 negara terjangkit atau 95 persen dari 195 negara di muka bumi, di setiap benua kecuali Antartika. Jadi, tinggal 10 negara yang belum dijamah oleh coronavirus COVID-19.

    Jika mobilitas coronavirus sedemikian tinggi dan cepat menjelajah lintas negara dan lintas benua, apalah susahnya menyeberang antarprovinsi, lintas laut, lintas sungai, dan lintas danau.

    Sejauh ini coronavirus telah menyebar di 16 provinsi: Bali, Sumatera (4), Sulawesi (3), Kalimnatan (2), dan Jawa (6).

    Seluruh provinsi di Jawa sudah terjangkit. Terbanyak di DKI Jakarta. Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua masih bersih. Situs Zona Utara bekerja sama dengan beberapa media, perguruan tinggi, dan AJI Bandung membuat peta interaktif yang bisa dilihat di zonautara.com.

    Mari kita bahu-membahu untuk menjaga agar zona hijau tetap hijau dan yang sudah terlanjur merah tidak semakin parah.

    Dengan upaya kolektif yang sudah ditunjukkan oleh banyak kelompok (perguruan tinggi, kalangan profesi, komunitas, media, dan civil society lainnya, serta dunia usaha), insya Allah tugas mulia memerangi wabah yang sangat liar ini bisa membuahkan hasil yang menjanjikan.

    Mari kita rajut kebersamaan. Pemerintah dengan seluruh jajarannya menjadi lem perekat yang akan sangat efektif memobilisasikan seluruh sumber daya nasional.

    Bersama kita bisa.


  • NEWS – Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia 20 March 2020 13:17

    Jakarta, CNBC Indonesia- Ekonom senior dan pendiri INDEF Faisal Basri mengatakan dampak dari virus corona yang makin mewabah ini semakin dahsyat di dunia. Saat ini sudah 176 dari 195 negara yang ada di dunia mencatatkan kasus positif covid-19. 

    “Ini artinya 90% negara di dunia ini sudah kena. Ini tidak pernah terjadi pandemi sedemikian rupa di dunia. Dulu pernah ada tapi tahun 400,” ujar Faisal Basri dalam wawancara podcast CNBC Indonesia, Kamis (19/3/2020).

    Persebaran virus ini luar biasa, dan tidak ada yang bisa memprediksi kapan berakhirnya dan masih meraba-raba bagaimana cara mengatasinya. 

    “Semua orang masih belajar, sampai kapan dan seberapa jauh,” kata dia.

    Ia menjelaskan, semua negara kewalahan mengatasi virus satu ini bahkan untuk negara adidaya seperti AS. Negara tersebut lewat pemerintahnya sudah mengucurkan stimulus besar-besaran untuk menjaga kondisi ekonominya, sampai US$ 850 miliar. Tapi toh, tetap tidak tertolong.

    “Indeks tetap turun, dan ada ketakutan akan terjadinya resesi serta angka pengangguran bisa tembus 20%. Padahal sekarang angka pengangguran di Amerika Serikat terendah sepanjang sejarah, hanya 3,5%” 

    Amerika, lanjutnya, sebagai negara terbesar di dunia pun tak mempan tak berdaya dengan corona. Ia membandingkan dengan kondisi 2008 juga di mana dunia terkena krisis keuangan global, tapi itu masalah ekomomi ada obat ekonominya dan ampuh.” 

    Sementara, yang dihadapi dunia saat ini bukan masalah ekonomi. “Ini adalah ketakutan, psikologi, dan bahkan nyawa. Virus ini sudah 90% menjangkiti negara di dunia, ini ibaratnya perang dunia.”

    Pernyataan Faisal Basri lebih jauh bisa didengarkan di podcast “Cuap Cuap Cuan” dari CNBC Indonesia di bawah ini: 

    (gus/gus)


  • [Deperbarui 26 Maret pk.17:47]

    1. Wabah coronavirus sudah menjelma sebagai pandemik dunia, telah merasuk ke 198 negara dan teritori di setiap benua kecuali Antarika. Jumlah anggota PBB adalah 193 negara dan dua negara dengan status negara peninjau bukan anggota. Selebihnya adalah teritori..

    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    2. Per 26 Maret pk.17:15 (10:12 GMT), jumlah terjangkit di seluruh dunia sudah mendekati setengah juta orang dan jumlah kematian melampaui 20.000 jiwa. Lebih dari 70 persen yang terjangkit dan 85 persen yang meninggal dunia berada di luar China.

    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/
    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    3. Jumlah kumulatif kematian di China melandai dalam sebulan terakhir, sebaliknya di luar China mengakselerasi dengan kecepatan tinggi.

    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    4. Dalam 10 hari terakhir jumlah kematian setiap hari terus meningkat. Pada 26 Maret pk.17:15 tercatat 2.390 kematian. Jumlah kematian harian di Italia mencapai rekor tertinggi baru pada 21 Maret sebanyak 793 jiwa. Jumlah kematian tertinggi di China jauh lebih kecil, yaitu hanya 150 jiwa pada 23 Februari 2020.

    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    5. Jumlah kasus terjangkit di Italia dan Spanyol sudah melampauii China.

    6. Kematian kumulatif di Italia telah melampaui China sejak 19 Maret dan kini sudah hampir dua kali lipat dari China. Kini jumlah kematian di Italia sudah dua kali lipat lebih dari kematian di China. Jumlah kematian di Spanyol juga telah melampaui kematian di China.

    7. Indonesia mengalami tingkat kematian (case fatality rate) tertinggi kedua di Asia dan di urutan ke-13 di dunia.

    Case fatality rate (CFR) atau tingkat fatalitas kasus (coronavirus) adalah jumlah kematian yang dilaporkan per jumlah kasus yang dilaporkan, dinyatakan dalam persentase.

    CountryPopulation (2018)Total casesTotal deathsCase fatality rate
    Gambia2,280,1023133.333
    Zimbabwe14,439,0183133.333
    Sudan41,801,5333133.333
    Cabo Verde543,7674125.000
    Guyana779,0045120.000
    Cayman Islands64,1746116.667
    Curacao159,8496116.667
    Gabon2,119,2757114.286
    Niger 22,442,9487114.286
    Bangladesh161,356,03939512.821
    San Marino33,7852082110.096
    Italy60,431,28374,3867,50310.087
    Indonesia267,663,435893788.735
    Iraq38,433,600346298.382
    Paraguay6,956,0713738.108
    Iran81,800,26929,4062,2347.597
    Spain46,723,74947,6103,4347.213
    Algeria42,228,429302216.954
    Philippines106,651,922707456.365
    Netherlands17,231,0176,4123565.552
    France66,987,24425,2331,3315.275
    United Kingdom66,488,9919,5294654.880
    Egypt98,423,595456214.605
    Hungary9,768,785226104.425
    Mauritius1,265,3034824.167
    Congo, Dem. Rep.84,068,0914824.167
    Guatemala17,247,8072414.167
    China1,392,730,00081,2853,2874.044
    Jamaica2,934,8552514.000
    Belgium11,422,0684,9371783.605
    Burkina Faso19,751,53511443.509
    Ukraine44,622,51611643.448
    Japan126,529,1001,307453.443
    Albania2,866,37614653.425
    Tunisia11,565,20417352.890
    Greece10,727,668821222.680
    Morocco36,029,13822562.667
    Dominican Republic10,627,165392102.551
    Turkey82,319,7242,433592.425
    Equador17,084,3571,173282.387
    Afganistan37,172,3868422.381
    Cyprus1,189,26513232.273
    Nigeria195,874,7404612.174
    Azerbaijan9,942,3349322.151
    Brazil209,469,3332,297482.090
    Argentina44,494,50238782.067
    Denmark5,797,4461,724341.972
    Montenegro622,3455211.923
    India1,352,617,328693131.876
    Peru31,989,25648091.875
    Panama4,176,87344381.806
    Lebanon6,848,92533361.802
    Cuba11,338,1385711.754
    Sweden10,183,1752,526441.742
    Bosnia and Herzegonina3,323,92917331.734
    North Macedonia2,082,95817731.695
    Romania19,473,936906141.545
    United States327,167,43468,5731,0361.511
    Lithuania2,789,53327441.460
    Portugal10,281,7622,995431.436
    South Korea51,635,2569,2411311.418
    Switzerland8,516,54310,8971531.404
    Guadeloupe395,7007311.370
    Poland37,978,5481,031141.358
    Bulgaria7,024,21624231.240
    Mexico126,190,78840551.235
    Malaysia31,528,5852,031231.132
    Serbia6,982,08438441.042
    Costa Rica4,999,44120120.995
    Hong Kong7,451,00041040.976
    Bahrain1,569,43941940.955
    Slovenia2,067,37252850.947
    Canada37,058,8563,290300.912
    Taiwan23,780,45223520.851
    Colombia49,648,68547040.851
    Pakistan212,215,0301,06380.753
    Austria8,847,0376,001420.700
    Moldova3,545,88314910.671
    UAE9,630,95933320.601
    Luxembourg607,7281,33380.600
    Ireland4,853,5061,56490.575
    Germany82,927,92237,3232060.552
    Norway5,314,3363,066140.457
    Russia144,478,05065830.456
    Thailand69,428,52493440.428
    Australia24,992,3692,43190.370
    Czechia10,625,6951,65460.363
    Finland5,518,05088030.341
    Singapore5,638,67663120.317
    Iceland353,57473720.271
    Chile18,729,1601,14230.263
    Croatia4,089,40044210.226
    Saudi Arabia33,699,94790020.222
    Israel8,883,8002,36950.211
    Diperbarui pada 26 Maret pk.17:15. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    8. Semua negara di Eropa dan semua negara bagian di Amerika Serikat telah terjangkit coronavirus. Di Amerika Serikat setiap dua hari kasus kumulatif meningkat dua kali lipat. Amerika Serikat menyusul Jerman dalam hal jumlah kasus pada 21/3. Keesokan harinya (22/3), Amerika Serikat menyusul Spanyol, sehingga berada di urutan ketiga setelah China dan Italia.

    9. Pola kumulatif kasus terkonfirmasi Indonesia paling tajam dibandingkan dengan beberapa negara yang kasusnya paling banyak. Belakangan pola Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan paling tajam

    10. Negara yang lebih efektif menangani wabah coronavirus memiliki kinerja lebih baik di pasar saham.

    11. Kita harus memobilisasi segala sumber daya agar penularan coronavurus terkendali dan menelan korban jiwa disedikit mungkin.

    12. Angka kematian semakin tinggi sejalan dengan usia.

    13. Bagi yang mengidap pre-existing medical condition harus lebih berhati-hati dan waspada.

    14. Dari negara-negara yang kasus terkonfirmasinya melebihi 100 orang, ada 19 negara yang tidak/belum mengalami kasus kematian. Berikut adalah senarai berdasarkan jumlah kasus:

    CountryPopulation (2018)Total casesTotal deaths
    South Africa57,779,6227090
    Qatar2,781,6775370
    Estonia1,320,8844040
    Armenia2,951,7762650
    Latvia1,926,5422210
    Slovakia5,447,0112160
    New Zealand4,885,5002050
    Kuwait4,137,3091950
    Uruguay3,449,2991890
    Jordan9,956,0111720
    Vietnam95,540,391410
    Faeroe Islands48,4971320
    Malta483,5301290
    Brunei Darussalam428,9621090
    Sri Lanka21,670,0001020
    Oman4,829,483990
    Cambodia16,249,798960
    Venezuela28,870,195910
    Belarus9,485,386860

    15. Kasus di Indonesia sudah menjalar ke 27 provinsi, bertambah tiga provinsi dalam 24 jam terakhir. Semua pulau besar telah terjangkit coronavirus.

    Semoga kita bisa belajar dari pengalaman banyak negara.


  • The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat, hari minggu (15/3) melakukan langkah dramatis dengan memangkas suku bunga acuan (the Fed Funds Rate) sebesar 100 basis poin sehingga meluncur ke kisaran 0 persen (batas bawah) dan 0,25 persen (batas atas). Padahal belum genap dua minggu (3 Maret) The Fed menurunkan bunga acuan sebesar 50 basis poin. Langkah drastis ini serupa dengan yang dilakukan The Fed ketika menghadapi krisis finansial global tahun 2008.

    Tidak hanya itu. The Fed juga meluncurkan program quantitative easing (QE) baru berupa pembelian surat utang pemerintah (U.S. Treasury bonds) setidaknya bernilai 500 miliar dollar AS dan sisanya pembelian mortgage-backed securities.

    The Fed memandang langkah darurat harus ditempuh untuk meredam wabah coronavirus yang telah menekan kehidupan masyarakat dan mengganggu kegiatan ekonomi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.

    Dua hari sebelumnya Presiden Donald Trump mendeklarasikan coronavirus sebagai darurat nasional dan menggelontorkan dana federal sebesar 50 miliar dollar AS untuk mengatasi coronavirus.

    Tekanan berat terhadap perekonomian yang dipicu oleh wabah yang sudah menjadi pandemik dan telah menerjang 162 negara tidak pernah terjadi sebelumnya. Faktor psikologis sangat dominan, sehingga resep ekonomi standar tampaknya belum bertaji. Sehari setelah keputusan The Fed menurunkan suku bunga acuan, justru pasar saham AS kembal terjun bebas. Dow Jones melorot nyaris 13 persen atau hampir 3.000 poin dan sempat dihentikan sementara selama 15 menit beberapa detik setelah pembukaan pasar.

    Keesokan harinya Gedung Putih mengeluarkan jurus tambahan berupa paket stimulus jumbo senilai 850 miliar dollar AS untuk menghindari perekonomian AS terjun bebas menuju resesi. pasar saham bereaksi positif. Indeks Dow Jones naik 5,2 persen dan S&P naik 6 persen. Hari Selasa itu Dow Jones ditutup di aras 21.237 dan S&P 2.529.

    Sementara itu wadah coronavirus di Eropa kian parah. Dalam sehari, 531 orang terenggut nyawanya di seluruh Eropa pada 15 Maret, sekitar 80 persen dari kematian di seluruh dunia. Sampai 15 Maret, pengidap coronavirus di Eropa mendekati dua pertiga dari seluruh yang terjangkit di luar China.

    Sejauh ini berbagai prediksi tentang dampak wabah coronavirus terhadap perekonomian global cukup beragam. kebanyakan kajian menunjukkan dampak yang relatif kecil atau moderat.

    Kajian OECD meyakini bahwa wabah coronavirus tidak akan menyeret perekonomian dunia ke jurang resesi. Sebagian besar negara yang pertumbuhannya terkoreksi tahun ini akan rebound tahun 2021.

    Untuk Indonesia, pertumbuhan tahun 2020 akan terpangkas 0,2 persen dari 5,0 persen menjadi 4,8 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali meningkat menjadi 5,1 persen pada tahun 2021.

    Proyeksi OECD ini tampaknya belum memperhitungkan terjadinya epidemik global.

    Asian Development Bank baru saja mengeluarkan kajian dampak coronavirus terhadap negara-negara Asia. Yang paling terdampak adalah Maldives, Cambodia, dan Thailand. Dampak terhadap Indonesia relatif kecil dengan menggunakan worse-case scenario sekalipun, mirip dengan kajian OECD.

    Dampak kemerosotan sektor turisme terhadap produk domestik bruto (PDB) bagi Indonesia juga relatif kecil dibandingkan dengan Thailand, Singapura, Vietnam, dan Filipina.

    Jika Indonesia berhasil mengendalikan penyebaran coronavirus dengan dengan strong public health response, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan merosot tahun ini di kisaran 4,5 persen akan cepat rebound.

    Sejauh ini indeks harga saham gabungan dan nilai tukar rupiah terkoreksi cukup dalam. Dibandingkan posisi akhir tahun lalu, sampai hari ini (18/3) IHSG terkoreksi 31,6 persen.

    Menarik untuk mencermati peraga di bawah yang menunjukkan kemampuan mengendalikan penyebaran coronavirus menghasilkan kinerja pasar saham yang lebih baik.

    Dalam dua hari terakhir, Nnlai tukar rupiah telah bertengger di atas Rp15.000 per dollar AS dan kian mendekati titik terendah Rp15.253 pada 11 Oktober 2018.

    Kepemimpinan yang cepat tanggap dan mampu meyakinkan masyarakat dan pasar dalam menghadapi krisis akan sangat membantu pemulihan ekonomi. Kita berharap dengan begitu bisa melampaui krisis berat ini melewati V-shape, bukan U-shape.


  • Ekonomi Politik Faisal Basri – Cokro TV Episode 14

    Hanya satu yang bisa dilakukan untuk menangani pandemi, yaitu solidaritas bersama. Simak selengkapnya penjelasan Faisal Basri di Ekonomi Politik Faisal Basri hanya di Cokro TV. –Redaksi Cokro TV

    Selengkapnya bisa disaksikan di sini

    Versi tulisan yang dimutakhirkan secara berkala bisa dilihat juga di blog ini.


  • Hand in hand

    [Ditambah dan diperbarui 20 Maret 2020 pk.04:05]

    World Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan wabah coronavirus COVID-19 yang menyebar sangat cepat sebagai pandemik global pada 11 Maret 2020. Sudah 178 negara (91 persen) dari 195 negara di dunia terjangkit virus baru ini. Jadi tinggal 17 negara yang belum terjamah, sejauh ini.

    China dapat meredam penyebaran coronavirus. Jumlah penderita baru berhasil ditekan hanya belasan orang saja. China juga berhasil menekan jumlah kematian setiap hari dari ratusan selama kurun waktu 10-23 Februari menjadi sekitar 8-13 orang saja pada periode 16-18 Maret.

    Dari 80.928 orang yang pernah terjangkit di China, 70.420 di antaranya telah sembuh. Dikurangi yang meninggal dunia sebanyak 3.245 orang, kini jumlah pasien yang terinfeksi tinggal 7.263 orang, terdiri dari 4.989 orang (69 persen) dalam kondisi ringan dan 2.274 orang (31 persen) dalam kondisi serius atau kritis.

    Sebaliknya, penyebaran meningkat pesat di luar China, terutama di Eropa yang menurut WHO telah menjadi episentrum pandemik. Sejak 15 Maret, jumlah yang terjangkit dan meninggal dunia di luar China telah melampaui yang terjadi di China.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Seraya melandai bahkan nyaris mendatar di China, peningkatan kasus terkonformasi coronavirus di luar Eropa meningkat pesat.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Peningkatan lebih kentara di luar China dibandingkan dengan di China terlihat dari data kasus baru. Kasus baru di China masing-masing hanya 21 orang pada 16-17 Maret. Sebaliknya, di luar China menunjukkan peningkatan eksponensial.

    Jumlah kematian dalam lima hari terakhir mengalami lonjakan. Dari hanya 73 orang pada 1 Maret menjadi 228 orang pada 8 Maret, lalu meningkat nyaris dua kali lipat menjadi 448 orang pada 13 Maret, dan mencapai angka tertinggi sebanyak 686 orang pada 15 Maret. Sehari kemudian sedikit menurun, namun kembali melonjak keesokan harinya (17/3) menjadi 817 orang. Data sementara tanggal 19 Maret (GMT) sudah menembus 1.000 kematian.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Sejauh ini, korban meninggal terbanyak di luar China adalah Italia (2.503), Iran (988), Spanyol (533), Prancis (175), Amerika Serikat (113), dan Korea Selatan (84). Kematian di AS menyusul Korea pada 17 Maret. Presiden AS telah mendeklarasikan keadaan darurat nasional 13 Maret.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Saatnya seluruh negara berkolaborasi untuk mengatasi coronavirus, satu sama lain berbagi informasi serta belajar dari keberhasilan dan kegagalan. China sudah terbukti dalam waktu yang relatif cepat bisa menjinakkan coronavirus. Pengalaman banyak negara lain juga meyakinkan kita bahwa membuka diri dapat mempermudah penanganan. Kita berharap kasus aktif dan yang berstatus serius/kritis bisa segera ditekan semaksimal mungkin.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Karena semakin banyak yang sembuh dan sangat sedikit tambahan kasus baru, kasus aktif di China menurun hingga 7.264 orang dan yang dalam status kritis tinggal 2.274 orang. Sebaliknya, di kasus aktif di luar China meningkat dengan pola eksponensial.

    * Per 20 Maret pk.03:55. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Di antara yang menyandang kasus aktif, hanya lima persen yang dalam kondisi serius atau kritis.

    * Per 20 Maret pk.04:05. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Siapa pun bisa terjangkit coronavirus, tak peduli ras, suku, bangsa, agama, musim, maupun status/jabatan (mulai dari rakyat biasa, menteri, anggota parlemen, isteri perdana menteri).

    Namun, siapa pun yang terjangkit, insya Allah bisa sembuh dan kemungkinan sembuhnya cukup tinggi. Yang perlu lebih waspada adalah orang berusia lanjut dan yang memiliki pre-existing condition. Semakin tua yang terjangkit, kemungkinan meninggal dunia lebih tinggi. Yang mengidap penyakit kardiovaskuler jika terjangkit coronavirus kemungkinan meninggalnya lebih tinggi. Menyusul kemudian yang mengidap diabetes, penyakit gangguan pernafasan kronis, tekanan darah tinggi, dan kanker.

    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/
    As of 18 March 1:21 AM
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/
    As of 18 March 1:21 AM

    Bagaimana Kita Menyikapinya?

    Sejauh ini pengidap coronavirus di Indonesia masih relatif sedikit, jauh lebih rendah ketimbang negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Boleh jadi lebih banyak yang belum terdeteksi. Untuk itu, tak ada jalan lain kecuali lebih meningkatkan kewaspadaan. Penetapan keadaan darurat perlu secepatnya diputuskan sebelum wabah kian meluas.

    Pertama, belajar dari kasus negara lain. Di Eropa, Italia dan Spanyol adalah negara paling banyak terjangkit dan korban jiwa. Sementara itu, Jerman dan Swedia sudah ribuan warganya yang terjangkit, namun jumlah kematian sangat rendah, masing-masing 13 orang dan 6 orang. Dari yang berstatus masih kasus aktif (Jerman 6.189 orang dan Swedia 1.039 orang), yang dalam keadaan kritis masing-masing hanya dua orang.

    Negara tetangga dekat kita, Malaysia dan Singapura masing-masing telah terjangkit sebanyak 566 orang dan 243 orang, namun tidak seorang pun yang meninggal dunia. Demikian juga dengan Israel dan Saudi Arabia (Asia); Portugal, Finlandia, dan Islandia (Eropa); Brazil (Amerika Selatan) yang jumlah penderitanya ratusan namun belum satu orang pun terenggut jiwanya.

    * Per 19 Maret pk.17:03. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Pola Indonesia mirip dengan Italia. Indonesia

    * Per 19 Maret pk.17:03. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/
    * Per 19 Maret pk.17:03. Sumber data menggunakan GMT.
    Sourcehttps://www.worldometers.info/coronavirus/

    Belajarlah dari kisah kegagalan dan keberhasilan negara-negara lain.

    Kedua, Ibarat menghadapi perang, harus ada satu komando. Komandan harus kredibel dan kompeten agar diikuti seluruh jajaran di bawahnya. Mengingat musuh yang dihadapi adalah “hantu” virus yang tak kelihatan kasat mata, komandan harus memiliki pengetahuan khusus yang mendalam tentang musuh yang dihadapi dan dibantu oleh tenaga inti yang mengetahui seluk-beluk kekuatan dan kelemahan musuh. Kumpulkanlah para dokter spesialis ahli virus atau penyakit menular, ahli biologi, ahli farmasi, ahli kesehatan masyarakat, dan ahli komunikasi paling terkemuka yang kita miliki. Pilih salah satu dari mereka sebagai komandan.

    Bisa juga komandan adalah sosok yang telah teruji membuktikan kepemimpinan yang mumpuni dalam menyelesaikan masalah besar, yang mampu mengoordinasikan segenap jajaran yang multisektoral dan multidisiplin, dan yang berhasil memobilisasikan segenap potensi bangsa. Komandan jenis ini dibantu oleh tim inti sebagaimana telah diutarakan di atas dan memperoleh kewenangan luas untuk mencairkan ego sektoral.

    Kita berharap Presiden merevisi total desain dua tim khusus yang telah dibentuk, yaitu Satgas dan Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Coronavirus. Sebaiknya hanya ada satu tim saja yang langsung di bawah Presiden.

    Seluruh kebijakan dan langkah-langkah strategis berasal dari unit atau tim di bawah Presiden itu. Unit atau tim ini secepat mungkin merekrut tenaga profesional terbaik yang ada di negeri ini.

    Apa pun status yang ditetapkan, apakah keadaan darurat atau keadaan luar biasa, yang penting tim ini bisa keluar dari belenggu birokrasi dan gaya koordinasi dalam keadaan normal. Dengan begitu, diharapkan pula seluruh jajaran di daerah (provinsi dan kabupaten/kota) tunduk kepada garis komando tim/unit tunggal di bawah Presiden ini.

    Tentara, polisi, menteri, birokrasi, aparat di daerah seluruhnya merupakan unsur pendukung.

    Tim juga menyusun langkah-langkah untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat demi untuk membatasi penyebaran wabah.

    Setiap hari Tim memutakhirkan data yang terinci dan akurat. Di alam keterbukaan, informasi yang kredibel adalah salah satu kunci keberhasilan mengatasi desas-desus dan kesimpangsiuran.

    Jika setiap hari masyarakat memperoleh informasi tentang kemajuan dalam memerangi coronavirus, maka akan terjaga kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan segala langkah yang ditempuhnya.

    Dalam keadaan luar biasa yang membutuhkan kebersamaan, agaknya amat bijaksana jika setiap kebijakan yang berpotensi besar memicu ketegangan baru atau memecah belah berbagai elemen bangsa dikesampingkan dulu. Langkah nyata segera adalah menarik kembali rancangan undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja.

    Bersama kita bisa.


  • Ekonomi Politik Faisal Basri – Episode 13

    Bagaimana penanganan Coronavirus di Indonesia menurut Faisal Basri? Simak selengkapnya di Ekonomi Politik Faisal Basri. –Redaksi Cokro TV

    Selengkapnya silakan unduh tautan ini.

    Versi tulisan telah hadir di blog ini dengan judul yang sama.