Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hadir dengan misi khusus, bukan sekedar bisnis biasa. Karena, pada dasarnya negara ada bukan untuk berbisnis, m elainkan memajukan perekonomian secara keseluruhan serta memberdayakan dan menyejahterakan rakyatnya. Lihat Konsep Holding BUMN Berbahaya dan Menyesatkan.
Betapa besar peranan BUMN untuk mempertajam bisnisnya sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengakselerasikan pembangunan, misalnya dalam pembangunan infrastruktur. BUMN keuangan juga tertantang untuk mempercepat inklusi keuangan sehingga bisa turut serta memperkuat jantung perekonomian.
Namun, belakangan ini sejumlah BUMN melakukan ekspansi ke berbagai sektor yang jauh dari bisnis intinya, padahal misi utamanya belum terlaksana secara optimal. Tengok misalnya PT (Persero) Pegadaian, PT (Persero) Adhi Karya, dan PT (Persero) Hutama Karya yang merambah ke bisnis perhotelan di berbagai kota.
Di Semarang saja kita dengan mudah menemukan hotel-hotel milik BUMN yang bukan merupakan bisnis intinya, bahkan lokasinya berdekatan. HAKA Hotel yang tertera di bawah belum selesai pembangunannya.
Boleh jadi masih ada BUMN lain yang juga memiliki hotel.

Apa gunanya kita memiliki Kementerian BUMN yang notabene berperan sebagai super holding untuk memastikan BUMN berada di jalur yang benar? Bukankah sudah ada BUMN khusus yang bergerak di bidang perhotelan?
Yang lebih ironis, salah satu BUMN di atas memperoleh kucuran dana dalam bentuk suntikan modal dari APBN (penyertaaan modal negara atau PMN). Jadi, uang rakyat digunakan untuk bersaing dengan rakyat.
Tks , analisanya selalu menginspirasi
BUMN itu terkesan lebih mengedepankan nasionalisme untuk menghindari mafia pemburu rente (rent seeker), sayang banyak yang tak efisien. Jika benar, maka orientasi dan tatakelolanya perlu ditinjau ulang.