Pemerintah telah maju selangkah dalam merealisasikan konsep tol laut. Pada tanggal 11 Desember 2015, untuk pertama kalinya KM Camara Nusantara I, kapal khusus ternak, bersandar di pelabuhan Tanjung Priok mengangkut 353 ekor sapi dari Nusa Tenggara Timur. Dengan kehadiran kapal khusus ternak ini diharapkan harga daging sapi bisa ditekan karena ongkos angkut jauh lebih murah. Sapi dari sentra-sentra peternak menjadi lebih tradable sehingga peternak pun diharapkan menikmati harga jual yang lebih tinggi.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Kita berharap pemerintah segera mempeluas penggunaan kapal khusus untuk berbagai kebutuhan agar semakin banyak produk petani lebih bisa menjangkau sentra-sentra konsumen besar yang lebih jauh dari sentra produksi.
Kemarin malam kami sekeluarga berbelanja di salah satu kedai buah-buahan di kawasan Panglima Polim, Jakarta. Duku Pontianak kualitas premium dibandrol Rp 34.000 per kilogram.
Minggu lalu saya ke Pontianak. Pedagang duku bertaburan di pinggir jalan. Sebatas mata memandang dan di tempat-tempat yang penulis singgahi, harga duku (masyarakat Pontianak menamakannya langsat) seragam tanpa kecuali, semuanya dengan harga Rp 5.000 per kg. Semua dengan kualitas premium. Tidak ada satu pun yang busuk atau asam. Di toko buah yang kami datangi, kualitas seperti itu berlabel duku madu.
Salah seorang mahasiswa MM-Untan di kelas penulis adalah petani duku. Sang mahasiswa dengan wajah kecut mengatakan harga duku di tingkat petani hanya Rp 2.000 per kg. Ia bercerita suatu waktu harga duku pernah Rp 10.000 untuk 7 kg. Saya kerap mengalami sendiri Rp 10.000 untuk tiga kg. Harga duku kerap anjlok lebih parah karena tidak bisa disimpan lama.
Di Pontianak, nasib jeruk, manggis, durian, naga merah, dan cempedak hampir sama. Lebih parah lagi, musim buah-buahan hampir bersamaan.
Mengapa perbedaan harga duku di Jakarta dan di Pontianak sangat mencolok? Satu-satunya cara mengakut duku dari Pontianak adalah dengan pesawat terbang. Kalau diangkut dengan kapal laut, duku sudah busuk sesampai di Jakarta. Tidak perlu kapal khusus seperti kapal ternak, cukup fasilitas pengatur suhu agar duku tetap segar sampai sentra konsumen. Perlu juga tempat penampungan sementara dengan pengatur suhu. Alangkah lebih elok kalau sebagian duku bisa diolah. [Penulis belum pernah menemukan produk duku olahan.]
Dengan topangan sarana pendukung, niscaya disparitas harga dapat ditekan. Petani menikmati harga lebih tinggi dan berlipat ganda (katakanlah Rp 7.500 per kg) sedangkan harga di tingkat eceran di Jakarta turun tajam menjadi, katakanlah, Rp 20.000 per kg.
Seandainya kasus serupa berlaku untuk puluhan produk, termasuk sayur mayur, betapa sejahteranya para petani kita dan jutaan konsumen turut gembira.
Saatnya petani pun bergerak bahu membahu bersatu-padu dengan mendirikan syarikat dagang petani (SDP) untuk menghadapi kaum kapitalis kota yang selama ini paling banyak menikmati rente.
Semoga realisasi konsep tol laut atau “Pendulum Nusantara” tidak berhenti untuk sapi.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Menurut teman saya Sarjana Pertanian dan kini bekerja di media dot com, petani sejak dahulu sekitar 17 lalu selalu kalah dengan tengkulak dalam masalah harga. Terakhir saat cabe mencapai Rp 100.000/kg ternyata petani tidak pula untung. Tengkulak dan pedagang di pasar yang mengatur harga tinggi.
Sebagai contoh Pasar Induk Caringin Bandung dan Pasar Induk Kramat Jati DKI. Hanya pedagang anggota asosiasi pedagang yang dapat memasok barang. Bila Petani menyewa pick-up hasil bumi tidak bisa mudah langsung memasok barang.
Semoga di Sumatra dan Kalimantan tidak terjadi pengetatan pasar. Pulau Jawa menjadi pasar tujuan pengiriman hasil bumi dari pegunungan Jawa dan Sumatra karena Pemerintah pusat banyak mengaji pegawai di DKI dan Jawa Barat. (Hemat saya PT Peruri berada di Kebayoran dan Karawang). Semoga bermanfaat
Wa’alaikumussalam wrwb.
Terima kasih banyak untuk komentar dan analisisnya yang tajam. Sepenuhnya saya sepakat. Oleh karena itu, petani harus bersatu padu membangun syarikat dagang rakyat.
Petani di Sarongge pernah mengalami nestapa ketika wortel yg mereka panen hanya dihargai Rp 100 per kg. Pengalaman pahit itu yang mendorong teman2 membentuk jaringan alternatif dengan menghimpun konsumen. Sekarang saya setiap hari rabu menerima pasokan sayur mayur dan sesekali buah2an yang ditanam secara organik. Pemuda2 di Sarongge sepenuhnya telah mengelola koperasi di sana. Kita yang di jakarta membantu menghimpun konsumen dan sistem pembayarannya. Sarongge sdh dikujungi presiden SBY maupun Presiden Jokowi. Ketua MPR juga sdh ke sana. Ibu Menteri Kehutanan membawa video ttg Sarongge ke Paris dalam pertemuan dunia tentang iklim.
Ada rencana untuk menyebarluaskan konsep sarongge. Insya Allah para petinggi negara tidak sekedar meninjau, tetapi segera menyebarluaskan ke seluruh penjuru tanah air.