Hari Rabu (23/9/2015), nilai tukar rupiah kembali mencatatkan rekor terendah baru, Rp 14.623 per dollar AS. Sudah empat tahun lebih rupiah merana. Terlama dalam sejarah.
Sejak 2 Agustus 2011, rupiah sudah terkikis nilainya terhadap dollar AS sebesar 42,14 persen.

Jadi, tak benar pernyataan Gubernur Bank Indonesia bahwa pelemahan rupiah bersifat sementara. Lihat:
http://www.antaranews.com/berita/511777/bi-meyakini-pelemahan-rupiah-hanya-sementara
http://bisnis.tempo.co/read/news/2010/05/19/087248966/pelemahan-rupiah-dinilai-hanya-sementara
http://wartaekonomi.co.id/read/2015/08/11/68018/bi-pelemahan-rupiah-bersifat-sementara.html
http://m.tribunnews.com/bisnis/2015/08/11/bi-sebut-pelemahan-rupiah-hanya-sementara
Cukup sudah mengambinghitamkan faktor eksternal yang bersifat jangka pendek, karena pelemahan rupiah sudah berlangsung lama. Niscaya ada masalah struktural yang membuat rupiah lunglai berkepanjangan.
.
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Diterbitkan oleh faisal basri
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
Pak Faisal, apa mungkin perkataan petinggi BI sebetulnya adalah upaya untuk meredam kepanikan masyarakat? artinya agar pemerintah sendiri juga tidak terlihat panik. Mungkin pasar akan merespon negatif jika pemerintah terlihat panik.
Boleh jadi begitu. Tetapi di era keterbukaan, banyak orang mengetahui yg sebenarnya. Akibatnya kredibilitas BI terkikis, masyarakat tak percaya dengan ucapan dan tindakan BI. Bahaya sekali.
Bukankah BI itu lembaga kumpulan pemodal Pak?dibawah bendera independensi, yang mengakibatkan APBN membayar bunga Obligasi Rekap entah sampai kapan…sedangkan kerugian yang harus ditanggung BI akibat BLBI sampai sekarang belum diputuskan atau bahkan dilupakan (ulah koruptor swasta)
Secara de jure BI milik Negara, beda dengan The Fed yang memang pemegang sahamny para pemodal (swasta). sejarah kelam jangan sapai terulang lagi Negara melakukan bailout terhadap kewajiban konglomerat.
hehe.. mungkin karena indonesia sudah lelah pak.. 🙂
Iya, makanya harus perubahan struktural.
( IMHO ) mungkin salah satu alternatif untuk menguatkan rupiah dgn menurunkan suku bunga dan FDI ya pak? Sama mengontrol user yg melakukan transaksi IDR-USD terbesar (*BUMN )
Sepakat yang terakhir. Kalau tirunkan suku bunga agak sensitive di tengah potensi terjadinya capital outflow.