Dana Moneter Internasional atau the International Monetary Fund (IMF) dan saudara kandungnya Bank Dunia (the World Bank) lahir Pada tahun 1944 dari hasil Bretton Woods Conferenceyang secara resmi dikenal dengan theUnited Nations Monetary and Financial Conference, diselenggarakan di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat.
Tujuan utama IMF adalah untuk menjamin kestabilan sistem moneter internasional–sistem nilai tukar dan pembayaran internasional yang memungkinkan negara-negara dan warganya untuk melakukan transaksi satu sama lain dengan menjaga perkonomiann global dan perekonomian negara-negara anggotanya berada di jalur yang sehat, memberikan pinjaman kepada negara anggota yang mengalami persoalan neraca pembayaran, dan memberikan bantuan praktis kapada negara anggota. Sumber dana dikumpulkan dari negara anggota sesuai dengan kuota masing-masing. Besarnya kuota ditentukan berdasarkan ukuran perekonomian (nilai produk domestik bruto) negara anggota.Source: IMF
Sebaran kuota dewasa ini sudah tidak mecerminkan kekuatan ekonomi dunia. China, misalnya, merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, namun kuota dan kekuatan suaranya lebih kecil dari Jepang. Sebaliknya, negara-negara Eropa yang peranannya dalam PDB dunia kian susut memiliki kuota dan kekuatan suara lebih tinggi dari porsi PDB-nya. Tidak heran jika orang nomor satu di IMF selalu dari Eropa. Sejak berdiri, Managing Director IMF lima kali dari Prancis, dua kali dari Swedia, dan masing-masing sekali dari Jerman, Spanyol, Belanda, dan Belgia.
Bagi-bagi kursi ditentukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara utama Eropa. Jabatan tertinggi kedua (First Deputy Managing Director) selalu berasal dari Amerika Serikat. Negara Paman Sam ini juga mendapat jatah mengisi Presiden Bank Dunia.Keputusan-keputusan penting, termasuk perubahan IMF’s charter tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan Amerika Serikat karena harus didukung 85 persen suara mayoritas. Dengan kekuatan suara 16,52 persen, Amerika secara de facto memiliki hak veto. Beberapa kali upaya untuk mereformasi IMF kandas karena tidak disetujui Amerika Serikat. Pertemuan di Bali tidak mengagendakan pembaruan IMF.
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri