Kisruh Pertamina Berakar di Kementerian BUMN

5 komentar

Menjelang akhir tahun lalu, saya makan malam dengan Dr. Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina yang hari ini diberhentikan,  ditemani oleh Prof. Mukhtasor, guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Pada kesempatan itu saya curhat kepada Pak Dwi tentang perasaan ketersendirian saya menyuarakan persoalan migas nasional, termasuk mafia migas dan konsep holding migas. Pak Dwi serta merta berujar: “Saya juga merasa lonely di Pertamina.”

Pak Dwi menunjukkan satu pesan singkat (SMS) di telepon genggamnya yang menunjukkan “arogansi” salah satu direksi. Pertemuan kami mlam itu terjadoi setelah perubahan struktur organisasi Pertamina yang menambahkan posisi wakil direktur utama.

Usulan perubahan struktur organisasi disampaikan oleh dewan komisaris kepada Menteri BUMN. Pak Dwi sempat bertanya perihal struktur baru kepada Komisaris Utama Pertamina, Dr. Tanri Abeng. Menurut Pa Dwi, Pak Tanri mengatakan bahwa konsep struktur oragnisasi yang baru disiapkan oleh Kantor Kementerian BUMN, Pak Tanri tinggal menandatangani. Ketika konsep itu disampaikan ke Kwmenterian BUMN, Pak Dwi sedang di luar negeri.

Pak Dwi juga menyampaikan salah satu keganjilan dalam AD/ART Pertamina yang baru, yaitu tentang kewenangan yang dimiliki Wakil Direktur Utama (bukan Direktur Utama) menunjuk pemegang komando tertinggi Pertamina tatkala Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama berhalangan.

Pemerintah telah menunjuk Plt. Direktur Utama Pertamina. Kita tunggu saja dalam waktu 30 hari apakah Pemerintah hanya akan menunjuk Direktur Utama baru atau sekaligus dengan Wakil Direktur Utama. Kalau opsi pertama yang ditempuh, cukup masuk akal  dugaan kalau penunjukan Wakil Direktur Utama dengan kewenangan istimewanya beberapa bulan lalu untuk membuka potensi konflik yang akhirnya menjadi alasan pencopotan Pak Dwi.

5 comments on “Kisruh Pertamina Berakar di Kementerian BUMN”

  1. Politik kita baru beranjak dewasa, masih sering salah. Tatanan ekonomi ya masih anak-anak, alias trial n error. Perlu satu generasi lagi (+/- 10 tahun) utk menjadikan struktur ekonomi dewasa mengait dengan baik dg struktur politik dan sosial.

    Mungkin saat ini kita yg ‘tahu’ duluan merasa geregetan gak sabaran, tapi inilah realitanya. Tapi kita gak boleh berhenti mengajarkan ke generasi mendatang idealisme yg telah coba digali Hatta jauh sebelum kemerdekaan.

    1. Sepakat. Menurut Cak Nur, Indonesia in making. Proses menuju yang lebih matang butuh kesabaran. Yang perlu kita upayakan terus adalah pendulum terus bergerak. Terima kasih banyak.

  2. Ukuran kenegarawanan pejabat, dilihat seberapa sanggup meletakkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan lain.
    Asset negara yg dikelilingi banyak kepentingan selalu terbukti dari langkah2 yg justru menghambat pencapaian yg baik sebelumnya, sehingga pertumbuhan yg sehat tidak pernah tercapai.
    Semoga pada masanya negara dikelola orang yg mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.