
Di kebanyakan negara, smoking rate—jumlah perokok terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas—mengalami penurunan, tetapi tidak di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu dari 27 negara yang mengalami kenaikan smoking rate, yaitu dari 31 persen tahun 2000 menjadi 40 persen tahun 2015. Jumlah perokok di Indonesia tahun 2015 mencapai lebih dari 70 juta orang, naik sebesar 28 persen dibandingkan tahun 2000.
Peningkatan tajam terjadi pada perokok lelaki, dari 56 persen tahun 2000 menjadi 76 persen tahun 2015. Smoking rate untuk lelaki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia selama satu dasawarsa terakhir. Perokok perempuan relatif sedikit dan persentasenya turun dari 6 persen tahun 2000 menjadi 4 persen tahun 2015. Lihat http://blogs.worldbank.org/opendata/global-state-smoking-5-charts.
Harga rokok di Indonesia tergolong sangat murah dan untuk mendapatkannya teramat mudah. Ditambah lagi dengan iklan rokok yang sangat gencar, terutama di media outdoor dan televisi. Merokok di ruang publik pun sangat leluasa. Iklan rokok di televisi tak kenal waktu, dengan konten yang mengumbar keperkasaan—sangat menyesatkan. Acara konser musik kerap pula disponsori oleh perusahaan rokok. Pendek kata, setiap acara besar yang melibatkan generasi muda berusaha disusupi oleh iklan rokok. Semua itu tampaknya cukup efektif menjaring perokok remaja, bahkan yang belum menginjak dewasa.
Yang menyedihkan lagi, di kalangan penduduk miskin pengeluaran untuk rokok merupakan yang terbesar kedua setelah beras.
Tidak diragukan lagi, mudarat merokok lebih besar dari manfaatnya. Oleh karena itu tidak semestinya pemerintah ragu untuk mengendalikan peredaran rokok. Tak perlu gentar kehilangan pendapatan dari cukai rokok yang sudah mencapai lebih dari Rp 100 triliun.
Mulailah dengan melarang total iklan rokok di televisi dan di ruang terbuka. Batasi tempat penjualan rokok.
Kedua, naikkan cukai rokok sehingga harga rokok setidaknya naik dua kali lipat dan naikkan terus secara bertahap.
Menjadi kampiun dunia untuk smoking rate bukanlah hal yang membanggakan.

Satu satunya cara untuk mengurangi peningkatan perokok di indonesia adalah hentikan produksi rokok..
Kalau produksi rokok sudah tidah ada lagi apa yang bakalan di hisap oleh pecandunya.. dengan sendirinya kebiasaan merokok akan hilang.. karena tidak ada lagi yang akan di hisapnya…
Kale drastic, rasanya para perokok akan mencari seribu satu jalan. Akan ada penyelundupan, pasar gelap, dsb. Narkoba seperti itu. Cara realistic adalah dengan pengendalian dan pendidikan untuk generasi muda dan anak2.
Rokok sebenarnyakan termasuk salah satu jenis narkotika yang tidak berbahaya, dampak pengaruh pemakaiannya masih dibawah bahaya narkotika tapi Rokok termasuk salah satu jenis NARKOTIKA seperti apa yang tercantum dalam Buku Narkotika terbitan BNN…
Yg menyedihkan mayoritas perokok adlh kalangan “ga berduit(miskin) dan pendidikan rendah” udah miskin, sombong pula bakar duit..saku dan paru dobol.
Yg produsen jg pura2 bodoh, yg penting fulus terus raksasa-in pundi2nya dg cara mendorong begitu banyak orang menbunuh dirinya pelan2 d orang2 disekeliling perokok(merampas/rampok udara bersih) , memiskinkan dan tambah membodohkan yg miskin dan keluarganya (uang habis buat rokok drpd makanan bergizi dan pendidikan).
Sebagaimanapun produsen berusaha membersihkan diri dg kegiatan penghijauan,beasiswa dll tidak bisa menghilangkan stempel kejahatan atas kesehatan ..bgmnpun uang yg dipakai utk kegiatan “terpujinya” sama dg “money laundering” perusakan kesehatan masal.
Kl ada niat, bukan mustahil produsen rokok pake pundi2nya buka usaha baru dg karyawan cabutan pabrik rokonya yg sdh diberi pelatihan keterampilan pengganti.
Revolusi kesehatan ini harus dimulai pemerintah dan produsen. Di negara2 maju mrk sudah tidak memakai rokok sbg sponsor kegiatan apalagi olah raga.(malu lah)
Izin share..pa
Dengan senang hati.
Izin share pak..
Dalam hal ini pernah surve ke perokok segala kalangan lapisan masyarakat mereka menatakan bahwa para pengambil kebijaksanaan di negeri yang kaya raya RI ini mengambilan membuat peraturan keputusan mengenai rokok masih kurang memeihak penyelamatan JIWA hanya mementingkan distribusi pajak dari rokok. Kalau kita lihat pontensi alam RI yang kaya raya tanpa distri busi pajak rokok kita bisa membangun negeri ini lebih maju sehat kuat. “mohon ijin share”
Larang iklan dan sponsorship yang berasal dari rokok dalam bentuk apapun.
Setuju sekali. Besok siang ada acara bertajuk rokok di gedung kebangkitan nasional.