Harga saham berguguran di seantero dunia. Dow Jones Industrial Average turun 588,4 poin atau minus 3,57 persen. Indeks harga saham di Eropa juga turun rata-rata sekitar 4 sampai 5,3 persen. Intervensi pemerintah China tak kuasa menahan laju kemerosotan indeks harga saham. Kemarin indeks Shanghai melorot 8,5 persen.
China yag punya kemewahan dalam bentuk kemelimpahan likuiditas saja tak mampu menjinakkan pasar saham, apatah lagi Indonesa yang modalnya paspasan. Perintah menteri BUMN kepada sejumlah BUMN untuk membeli balik saham-sahamnya (buyback) patut dipertanyakan. Apakah tindakan itu merupakan inisiatif pribadi Rini Sumarno tanpa konsultasi dengan jajaran menteri ekonomi?
Menghadapi situasi genting seperti sekarang, tidak boleh ada inisiatif pribadi. Semua harus dibicarakan dengan menteri-menteri lainnya, juga dengan Bank Indonesia. Setelah itu satu suara sampaikan pesan ke publik.
Menggelontorkan uang sampai Rp 10 triliun untuk buyback saham sama saja menggarami lautan.
Kalau BUMN punya uang lebih, dorong mereka untuk mempercepat investasi, jangan buyback saham. Seandainya melakukan buyback, dana BUMN yang disimpan di bank akan ditarik. Bank akan mengalami kekeringan dana. Muncul masalah baru.
Pemerintah jangan ngotot dengan rencana belanja. Amputasilah besaran belanja. Tunda proyek-proyek yang kurang mendesak. Kalau dipaksakan, seraya penerimaan negara diperkirakan bakal seret, amat bahaya kalau pembiayaan belanja pemerintah diperoleh dari tambahan utang dengan mengeluarkan surat utang negara atau global bonds. Paling banter pinjam dari lembaga internasional seperti Bank Dunia dan ADB.
Saya sangat prihatin dng pemerintah sekarang… USD sudah lebih dari Rp 14.000, ekonomi kacau balau, psikologis masyarakat sangat pesimis, tapi pemerintah seakan tidak tahu apa yg harus diperkuat… HARUS UBAH SELURUH STRATEGY EKONOMI, REVIEW SEMUA PROYEK, REVIEW APBN, UBAH PRIORITAS PENGGUNAAN DANA … Pak Faisal harus lebih keras menyuarakan kritik dan saran. Terimakasih
Dear Bapak Faisal Basri,
Pak, bolehkah saya meminta alamat email Bapak? saya ingin mengajukan proposal untuk talk show dan saya butuh pandangan dari ekonom seperti Bapak
Terima Kasih
Farah
Pak, kalau belanja diamputasi bukannya nanti growth kita semakin tergerus? Dengan konsumsi/daya beli yang trennya cenderung turun, investasi yang demikian, ekspor-impor yang juga entahlah, bukankah ruang gerak PDB kita “hanya tinggal” mengandalkan government spending?