Hari ini, Kamis, 24 Juli 2013, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis data terbaru tentang realisasi penanaman modal asing langsung (PMAL) atau foreign direct investment (FDI). Pada triwulan II-2013 PMAL naik tipis dibandingkan dengan triwulan I-2013, masing-masing 7,2 miliar dollar AS dan 7,0 miliar dollar AS. Meskipun meningkat, pertumbuhan (year on year) pada triwulan II-2013 melambat dibandingkan dengan triwulan I-2013, masing-masing 15,0 persen dan 23,1 persen. Apalagi jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang tumbuh 26,1 persen.
Ada perkembangan yang cukup menggembirakan. PMAL di sektor sekunder (industri) meningkat dari 47,9 persen pada tahun 2012 menjadi 56,3 persen pada semester I 2013. Sebaliknya, PMAL ke sektor primer (terutama perkebunan dan pertambangan) menurun dari 24,2 persen menjadi 23,5 persen. Penurunan lebih tajam terjadi di sektor tersier (jasa), dari 27,9 persen menjadi 20,2 persen.
Subsektor industri yang paling banyak dibidik sejak 2012 ialah industri kimia dan farmasi; industri logam, mesin dan elektronik; dan industri kendaraan bermotor, dan peralatan transpor lainnya,
Data neraca pembayaran yang dipublikasikan oleh bank Indonesia menunjukkan peningkatan pesat PMAL sejak 2010, sehingga sejak itu bisa melampaui arus keluar berupa keuntungan PMAL (repatriasi laba). Namun, pada triwulan I-2013 terjadi pembalikan menjadi defisit sebesar 359 juta dollar AS. Kejadian ini tentu saja turun menambah tekanan pada nilai tukar rupiah. Apakah fenomena ini bersifat sementara? Kita tunggu publikasi neraca pembayaran yang biasanya dirilis BI pada minggu kedua Agustus.
