Burung pipit itu tak kuasa lagi menahan diam
Di tengah gemuruh kicau memekakkan telinga
Ia menepi seraya menatap ke langit
Awan pekat bergulung-gulung
~
Air mata tertahan di kelopak
Tak kuasa lagi melontarkan amarah
Senyumnya tak lagi menyembul
Tak ada lagi senda gurau
~
Hari penantian segera tiba
Musyawarah burung-burung
Mempertaruhkan masa depan habitatnya
Dari serangan sekawanan elang hitam kelam penuh dahaga
~
Mereka berkedok paras garuda
Berbulu cendrawasih
Meniru kicauan murai batu
Berperangai jinak-jinak merpati
~
Sang pipit tetap eling
Kesadaran nuraninya memperteguh sikap
Akal sehatnya menjadi perisai
Di ujung penat tak terperikan
~
Hati hati yang beku
Cair satu satu
Ia pilih titian
Yang lebih menjanjikan harapan
~~
Surabaya, 13 April 2019
Tinggalkan Balasan ke S. Soedono Batalkan balasan