Sesat Pikir Pembebasan PPnBM

One comment

Rasanya tak ada seorang pun pergi ke Singapura hanya untuk membeli tas Louis Vuitton atau sadel kuda, atau arloji mewah atau minyak wangi ternama yang harganya tergolong mahal itu.

Hendak mengerdilkan Singapura dengan mengajak warga Indonesia membeli barang-barang mewah itu di negerinya sendiri?

Ya jauh api dari panggang.

Pertama, Kalau khusus ke Singapura untuk membeli barang mewah itu, ongkos pesawat dan bayar hotelnya kemahalan. Katakan ongkos pesawat dan penginapan gratis, tetap saja barang mewah itu lebih mahal di Indonesia sekalipun bebas PPnBM. Karena, kalau beli di Singapura bisa megklaim tax refund (GST) sebesar 10 persen minus ongkos juru kutip (ongkos administrasi). Kalau orang Indonesia beli Louis Vuitton di negerinya sendiri, mereka harus bayar PPN 10 persen. Juga konsumen bakal dibebankan PPh bayar di muka yang dinaikkan dari 7,5 persen menjadi 10 persen. Jadi selisihnya bisa mencapai 10 persen (PPN) + 10 persen (PPh bayar di muka) + 7 persen (perkiraan GTS refund netto).

Kalau mau dorong orang Indonesia beli barang mewah untuk meningkatkan “daya belanja” mereka, pemerintah jangan tanggung-tanggung: bebaskan PPN dan PPh bayar di muka. Kalau masih kurang, beri subsidi seperti subsidi BBM untuk mengimbangi komponen tax refund. Jangan pedulikan rakyat kecil yang harus beli beras kian mahal.

Kalaupun harga barang mewah seperti Louis Vuitton sama persis, belum tentu konsumen Indonesia berhenti beli di Singapura. Mereka ke Singapura untuk berlibur, main judi, berobat, transit, urusan bisnis. Mereka ke sana menghirup udara minim polusi, bebas macet, nyaman, aman (tak ada copet). Di sela-sela kunjungan itu mereka belanja, antara lain beli Louis Vuitton atau sadel kuda atau alat menyelam atau arloji mahal.  Ringkasnya, mereka ke Singapura dengan pertimbangan totalitas, ingin meraup segalanya yang tidak terhadirkan di sini.

Jadi berapa yang dihemat dengan pembebasan PPnBM? Menurut otoritas turisme Singapura, orang Indonesia paling besar belanjanya, sekitar Rp 27 triliun. Dengan kurs Rp 13.000 per US$, nilainya sekitar 2,1 miliar dollar AS.

Memang, itu nilai yang besar.

Ada lagi yang jauh lebih besar, yaitu uang warga negara Indonesia yang diparkir di Singapura. Ada yang mengatakan sekitar 150 miliar dollar AS.

Singapura juga telah merambah pasar Indonesia. Sekitar sepertiga saham Telkomsel dimiliki Singapura. Mayoritas pemilikan Bank Danamon juga di tangan Singapura. Bank-bank di sini yang dimiliki Singapura punya cabang ratusan, jauh lebih banyak dari jumlah kantor cabang mereka di negerinya sendiri.

Belum lagi arus barang ekspor dan impor yang lewat Singapura.

Tengok pula Singapore Airlines yang datang ke berbagai kota di Indonesia dengan pesawat berbadan besar. Sedangkan pesawat kita ke sana cuma sejenis Boeing 737.

Di bidang olahraga kita bahkan semakin terseok-seok. Berapa kali lipat emas yang diraih Singapura ketimbang Indonesia pada Sea Games baru lalu?

Ketertinggalan kita dengan Singapura adalah ketertinggalan totalitas.

Jadi, jika hendak “melawan” Singapura, malulah kalau cuma dengan senjata PPnBM.

Untuk membuat kita lebih mandiri dan kuat, senjatanya bukan “ketepel’ melainkan harus dengan “roket”.  Dengan kesadaran penuh, bukan dengan cara “ecek-ecek” apalagi dengan nasionalisme sempit berbalut syahwat belanja.

Bangkitlah Indonesiaku.

1 comments on “Sesat Pikir Pembebasan PPnBM”

  1. Memang buuanyak bingits yg berwawasan nasional sempit.. minimal scara gak sadar sdh jdi pengkhianat2 negara… kasihan para pejuang kemerdekaan jk ngaliat tingkah laku anak cucu-cicit yg pada bahlul itu.. sedih.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.