faisal basri

wear the robes of fire — kesadaran nurani dan akal sehat


  • Pada 5 Februari 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data produk domestik bruto (PDB) terbaru. Pertumbuhan ekonomi 2019 ternyata hanya mencapai 5,02 persen, lebih rendah dari target APBN 5,3 persen dan sedikit lebih rendah dari tahun lalu 5,17 persen.

    Karena sejauh ini jarang yang mengungkapkan pertumbuhan dalam perspektif daerah dan ketimpangan antardaerah, berikut analisis singkat kinerja pertumbuhan antardaerah berdasarkan pulau.

    Komitmen Presiden Joko Widodo sangat kuat untuk memajukan daerah. Tak terbilang Presiden mengunjungi daerah hingga ke lokasi terpencil dan terdepan serta daerah perbatasan yang sebelumnya terabaikan. Perhatian khususnya kepada Papua juga luar biasa. Tak ada presiden sebelumnya yang mengunjungi Papua sesering Jokowi. Tak hanya berkunjung. Pemerintahan Joko Widodo sangat gencar membangun infrastruktur di seantero Negeri.

    post thumb
    Presiden RI Joko Widodo mengendarai sepeda motor trail ketika meninjau pembangunan jalan Trans Papua ruas Wamena-Mamugu. Sumber: infopublik.id
    Image result for pembangunan di daerah perbatasan
    Perbatasan dengan Timor-Leste
    Image result for pembangunan perbatasan dengan malaysia
    Pernatasan dengan Malaysia. Sumber: wilayahperbatasan.com

    Lima tahun berlalu. Hasilnya bicara lain. Tekad untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata antardaerah sebagaimana termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 jauh dari terwujud. Peran Jawa dalam pembentukan kue nasional (produk domestik bruto) yang ditargetkan turun dari 58,0 persen tahun 2013 menjadi hanya 55,1 persen, justru naik menjadi 59,0 persen pada tahun 2019.

    Sasaran untuk menaikkan porsi Sumatera dari 23,8 persen (2013) menjadi 24,6 persen (2019) kandas, bahkan sebaliknya turun menjadi 21,3 persen. Nasib serupa menimpa Kalimantan.

    Kinerja Bali & Nusa Tenggara jauh melampaui target. Namun ada persoalan dalam pengelompokan ini. Bali amat jauh lebih maju dan kontras dengan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Karakteristik maupun jaraknya lebih dekat dengan Jawa. Rerata pertumbuhan Bali selama 2011-2019 maupun di era pemerintahan Jokowi-JK (2015-2019) lebih tinggi dari pertumbuhan nasional maupun Jawa, sedangkan pertumbuhan Nusa Tenggara, baik Nusa Tenggara Timur maupun Nusa Tenggara Barat, sebaliknya. Bahkan pertumbuhan Nusa Tenggara Barat sangat eratik, pernah mencapai 22 persen tetapi tiga kali mengalami kontraksi atau pertumbuhan minus.

    Bagaimana dengan daerah paling Timur, yaitu Maluku & Papua? Sasaran untuk menaikkan porsi kawasan ini jauh api dari panggang. Alih-alih mencapai target mencapai porsi 2,9 persen tahun 2019 dari 2,2 persen (2013) berdasarkan dokumen RPJM 2015-2019, malahan bergeming di angka 2,2 persen. Bahkan, berdasarkan data BPS yang tahun 2013 sebesar 2,34, kue Maluku & Papua susut pada tahun 2019.

    Kemerosotan porsi Maluku & Papua pada 2019 disebabkan oleh perekonomian Papua yang mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif dua digit, persisnya minus15,72 persen gara-gara produksi PT Freeport anjlok ke titik terendah karena pemerintah mengambil alih kepemilikan saham sehingga menjadi penguasa saham mayoritas. Tak ada kompensasi atau antisipasi sama sekali untuk meredam dampak dari tindakan “heroik” pemerintah yang hanya fokus pada aksi korporasi lewat holding induk BUMN tambang PT Inalum. Untuk pengambilalihan dan tetek-bengeknya, PT Inalum berutang senilai 4 miliar dollar AS atau setara dengan Rp58 triliun jika menggunakan kurs Rp14.500 per dollar AS. Seandainya uang sebanyak itu dibagikan kepada seluruh penduduk Provinsi Papua yang sebanyak 3.322.526 jiwa tahun 2018, maka setiap orang memperoleh Rp17,5 juta. Jika dana sebesar itu digunakan untuk mengembangkan proyek-proyek baru di berbagai bidang, ceritanya bakal lain sama sekali.

    Satu-satunya pulau yang menunjukkan kinerja luar biasa adalah Sulawesi. Selama pemerintahan Jokowi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi konsisten selalu di atas pertumbuhan nasional dan Jawa sekalipun. Karenanya, porsi Sulawesi dalam kue nasional naik pesat dan sekaligus melampaui sasaran yang tertuang dalam RPJM.

    Dari gambaran pertumbuhan menurut kawasan atau pulau di atas bisa disimpulkan bahwa pengelompokan Kawasan Barat Indonesia (KBI) versus Kawasan Timur Indonesia (KTI) tidaklah relevan. Yang terjadi bukan ketimpangan KBI versus KTI. Pembangunan di Sumatera dan atau Kalimantan yang berada di KBI lebih lambat ketimbang di Jawa sehingga porsinya turun dalam kue nasional. Sebaliknya, Sulawesi yang berada di KTI justru memiliki kinerja cemerlang sehingga porsinya meningkat signifikan.

    Sumber: BPS.


  • Ekonomi Politik Faisal Basri – Episode 6

    Di episode kali ini, Faisal Basri kembali mempertanyakan kemanakah tol laut yang sempat digaungkan oleh Jokowi di awal-awal kepemimpinannya. Dan… apa itu tol laut? Seberapa penting kah keberadaannya untuk Indonesia. Simak selengkapnya di Ekonomi Politik Faisal Basri hanya di Cokro TV. –Redaksi Cokro TV.

    Selengkapnya silakan diunduh di sini

    Versi tulisan bisa dibaca di Apa Kabar Tol Laut?

    Eposode sebelumnya:

    Episode 1: http://Berhasilkah Ekonomi Jokowi?

    Episode 2: http://Jokowi Harus Basmi Skandal Gorengan Ala Jiwasraya dan Asabri

    Episode 3: Omnibus Law Jangan Ugal-ugalan

    Episode 4: Skandal Jiwasraya, Mana Tanggung Jawab OJK?

    Episode 5: Virus Corona Bikin Ekonomi Indonesia Meriang


  • Dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 5 Februari 2020 dan data penerimaan perpajakan dalam APBN Kita terbitan Kementerian Keuangan terbaru (edisi Januari 2020), nisbah pajak (tax ratio) pada 2019 turun, mencapai aras terendah dalam setengah abad terakhir. Mungkin lebih lama dari itu, karena saya hanya bisa melacak data ke belakang sampai tahun 1970. Penurunan membuat tax ratio hanya satu digit, kedua kalinya selama pemerintahan Jokowi.

    Perkembangan yang kurang menggembirakan ini harusnya menjadi warning bagi pemerintah yang akan mengobral pajak sebagaimana tertera dalam rancangan Omnibus Law perpajakan.

    Tax ratio yang dipakai di sini adalah versi yang lazim dipakai di dunia, bukan versi pemerintah. Dalam perhitungan versi pemerintah, tax ratio memasukkan penerimaan bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam.

    Nisbah pajak adalah penerimaan pajak dibagi PDB harga berlaku.


  • Ekonomi Politik Faisal Basri – Episiode 5

    Bagaimana pengaruh virus Corona yang mewabah di China dan berbagai negara terhadap perekonomian Indonesia? Simak selengkapnya di Ekonomi Politik Faisal Basri. –Redaksi Cokro TV

    Silakan diunduh di sini

    Versi lebih lengkap bisa ditengok di tulisan berjudul Waspada Tinggi Dampak Ekonomi Coronavirus


  • [Update 8 Februari 2020 pk.03:15: Hingga Jumar (7/2), total kematian 722 orang (termasuk 1 warga AS) dan 34.546 di China Daratan. Di luar China telah menyerang 27 negara dengan 2 meninggal dan 320 terjangkiti.]

    satu kematian lagi di luar China Daratan, yaitu di Hongkong. Total kematian 427orang. Penderita di China Daratan naik menjadi 20.438 orang, dari 3.235 orang pada hari Senin. Sekitar 3.000 yang terjangkit dalam kondisi kr

    Akhir Januari lalu, WHO (World Health Organization) menetapkan wabah coronavirus sebagai darurat kesehatan dunia. Risiko virus yang berasal dari China ini telah menjalar ke lebih 26 negara di empat benua.

    Dari hari ke hari korban berjatuhan terus bertambah. Wabah yang bermula dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, sejak awal Desember 2019 sampai hari Minggu lalu telah menjangkiti 17.300 orang di seluruh dunia, merenggut 362 jiwa di seluruh wilayah China dan satu orang di Filipina. Itu data pada 2 Februari 2020. Empat hari sebelumnya jumlah kematian baru 170 jiwa dan yang terjangkit baru 7.678 orang.

    Kematian akibat coronavirus baru telah melampaui korban meninggal dunia akibat wabah SARS (severe acute respiratory syndrome) tahun 2002 dan 2003 di China Daratan yang menelan 349 jiwa (The New York Times).

    A man with a protective mask walked in a large empty Beijing shopping area that would usually be busy during the Lunar New Year holiday. PHOTO: KEVIN FRAYER/GETTY IMAGES
    Sumber: Wall Street Journal

    Lima negara ASEAN telah terjangkiti, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Negara tetangga dekat kita, Australia, pun turut terkena.

    Coronavirus diperkirakan bakal memukul ekonomi dunia lebih keras ketimbang dampak epidemik SARS. Fatality rate coronavirus sangat boleh jadi jauh lebih rendah dari wabah SARS, namun karena beberapa faktor, dampak ekonominya bagi perekonomian global lebih parah.

    Pertama, pada tahun 2003 perekonomian China masih di urutan keenam dunia dengan produk domestik bruto (PDB) senilai 1,7 triliun dollar AS. PDB Amerika Serikat, yang merupakan perekonomian terbesar di dunia, tujuh kali lipat dari PDB China. Sumbangan PDB China baru 4 persen terhadap PDB dunia pada 2003 dan kini melonjak menjadi 16 persen.

    Kini perekonomian China telah melonjak delapan kali lipat menjadi 13,6 triliun dollar AS, menempatkannya sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia dan kian mendekati PDB AS. PDB AS tinggal 1,5 kali lipat dari China. Pada tahun 2019, PDB China (sekitar 14,55 triliun dollar AS) hampir sama dengan PDB semua negara Uni Eropa.

    Sumber: Bank Dunia

    Kedua, China telah menjelma sebagai pusat grafitasi perdagangan dunia. Tak ada satu pun negara yang menandingi nilai perdagangan China. Nilai ekspor dan impor China tahun 2018 mencapai 4,6 triliun dollar AS, melampaui nilai perdagangan AS sebesar 4,3 triliun dollar AS. Lima negara terbesar di dunia memiliki hubungan dagang paling erat dengan China. Amerika Serikat, Jepang, dan India mengimpor barang dari China lebih besar ketimbang dari negara mana pun di dunia. Uni Eropa dan Brazil mengekspor barang paling banyak ke China daripada ke negara-negara lainnya.

    Posisi China sangat vital sebagai pemasok kompanen dan berbagai material banyak perusahaan di dunia. Gangguan produksi yang cukup lama di China sangat mengganggu sistem produksi banyak produk di dunia yang terjalin dalam sistem global supply chain.

    Indonesia pun memiliki hubungan dagang paling erat dengan China. Tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah China. Asal impor terbesar Indonesia juga dari China.

    Banyak lagi yang disandang China sebagai pemegang rekor dunia, di antaranya: penduduk terbesar, eksportir terbesar, produsen dan eksportir manufaktur terbesar, pasar terbesar untuk berbagai kategori barang konsumsi dan barang mewah, dan pengimpor minyak mentah terbesar.

    Dampak nyatanya sudah terlihat. Dalam tiga minggu terakhir harga minyak merosot tajam. Bagi Indonesia itu berita baik, karena kita sudah menjadi negara pengimpor netto, tetapi berdampak negatif terhadap penerimaan negara. Penurunan harga terjadi pula terhadap sejumlah komoditas ekspor Indonesia sehingga bakal menekan transaksi perdagangan luar negeri dan akun lancar (current account).

    Sumber: Wall Street Journal.

    Berdasarkan data terbaru dari World Tourism Organization (UNWTO), sekitar 150 juta perjalanan ke luar negeri dari China membelanjakan tak kurang dari 277 miliar dollar AS, juga terbesar di dunia. Pelancong dari AS yang di urutan kedua, pengeluarannya jauh di bawah China, yaitu 144 miliar dollar AS.

    Bagi Indonesia, pelancong dari China merupakan yang terbanyak kedua setelah Malaysia. Pada tahun 2018, pelancong dari China mencapai 2,1 juta orang atau 13,5 persen dari keseluruhan turis mancanegara yang datang ke Indonesia. Sebelum coronavirus merebak sebagai masalah dunia sekalipun, jumlah turis China ke Indonesia sudah turun tahun lalu. Apatah lagi tahun ini.

    Sumber: Badan Pusat Statistik.

    Tekanan terhadap perekonomian dunia bertambah berat karena pertumbuhan ekonomi China terus mengalami kecenderungan menurun sejak 2008. Tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi China memasuki zona lebih rendah baru: lima persenan. Tahun lalu pemerintah China masih mampu meredam perlambatan ekonomi lewat pelonggaran kebijakan moneter. Kali ini yang dihadapi jauh lebih berat, tidak sekedar faktor ekonomi teknis, melainkan juga faktor psikologis. Oleh karena itu bisa dimaklumi ada prediksi pertumbuhan China tahun ini berpotensi di bawah 5 persen.

    *Prediksi IMF per Januari 2020. Prediksi IMF untuk tahun 2020 belum memperhitungkan dampak wabah coronavirus.
    Sumber: Bank Dunia.

    Hampir bisa dipastikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen tahun ini sebagaimana tercantum dalam APBN 2020 dan RPJM 2020-2024 tidak akan tercapai. Bisa tumbuh 5 persen saja seperti tahun 2019 sudah amat bagus.

    [Diperbarui 9 Februari 2019 pk.00:34]


  • Dua tahun terakhir pertumbuhan turis asing yang masuk ke Indonesia turun sangat tajam. Padahal tiga tahun sebelumnya, arus masuk pelancong mancanegara tumbuh mengakselerasi, yang mencapai aras tertinggi tahun 2017 sebesar 21,9 persen, dari 11,5 juta menjadi 14,0 juta. Setahun kemudian meluncur hampir separuhnya dan tahun lalu mencapai aras terendah, hanya 1,9 persen.

    Dari 16,1 juta wisatawan asing yang masuk ke Indonesia, China berada di urutan kedua sebanyak 2,1 juta dengan porsi 13 persen pada 2019. Jumlah turis China turun dibandingkan tahun 2018. Akibat wabah coronavirus, sangat boleh jadi turis dari negara Tirai Bambu ini akan merosot jauh lebih tajam tahun ini, tidak saja ke Indonesia melainkan juga ke seluruh dunia.

    Berdasarkan data terbaru dari World Tourism Organization (UNWTO), sekitar 150 juta perjalanan ke luar negeri dari China membelanjakan tak kurang dari 277 miliar dollar AS, juga terbesar di dunia. Pelancong dari AS yang di urutan kedua, pengeluarannya jauh di bawah China, yaitu 144 miliar dollar AS.

    Sumber: Badan Pusat Statistik.

    Padahal, hanya turis asing dan tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang paling diandalkan sebagai penyumbang devisa dari sektor jasa. Pukulan dari turis asing ini sudah barang tentu menambah tekanan terhadap defisit akun lancar (current account).

    Pada tahun 2018, turis asing menyumbang 16,4 miliar dollar AS. Dikurangi dengan belanja turis Indonesia ke luar negeri sebesar 10,3 miliar dollar AS, berarti masih ada surplus sebanyak 6,1 miliar dollar AS dari sektor turisme. Pencapaian ini sedikit lebih rendah ketimbang sumbangan neto TKI yang sebesar 6,9 miliar dollar AS.

    Sungguh semakin berat bagi Indonesia untuk berselancar di tengah terpaan eksternal dan seonggok masalah domestik yang muncul secara bersamaan. Dibutuhkan langkah-langkah terukur untuk menghadapinya, bukan dengan akrobat dan grasah-grusuh. Lemak tebal yang menyelubungi sekujur tubuh perekonomian harus segera dibakar agar lebih gesit. Pemburu rente harus dienyahkan.


  • Berlari kencang tetapi tak kunjung sampai ke tujuan

    Bahkan terkadang menjauhinya

    ***

    Memanjat sampai ke puncak tetapi tak ada yang tergapai

    Bahkan yang di genggaman terbang tak berbekas

    ***

    Berburu di hutan tetapi tak dapat satu pun binatang yang disasar

    Malahan tersesat di belantara tak temui jalan kembali

    ***

    Keruh hati dan pikirannya

    Dikelilingi kawanan serigala buas

    Yang tak kenal puas

    Memangsa apa saja

    Meneguk darahnya sampai kering

    ***

    Sekawanan domba tak lagi beroleh rumput dan ilalang

    Semua pucat pasi dan bulunya rontok satu-satu

    Taktala diperah, darah yang menetes, bukan susu

    ***

    Kapan nestapa bakal berakhir?

    Sampai akal sehat dan nurani menyeruak kembali

    Menyingkirkan “despotic leviathan”

    Membawanya ke koridor sempit “shackled leviathan”

    Hanya jika kekuatan tersisa terhimpun kembali.

    *****

    Jakarta, 3 Februari 2020


  • Ekonomi Politik Faisal Basri – Episode 4

    Menurut Faisal Basri, skandal Jiwasraya ada kaitan erat dengan kinerja dan tanggung jawab OJK. Simak selengkapnya di Ekonomi Politik Faisal Basri hanya di Cokro TV. –Redaktur Cokro TV.

    Silakan unduh di sini: https://www.youtube.com/watch?v=VxxrOFWfTNU

    Versi tulisan sudah tayangkan minggu lalu di blog ini, bisa dilihat di sini: https://faisalbasri.com/2020/01/24/skandal-jiwasraya-dan-asabri-negara-abai-melindungi-rakyat/


  • Diskusi Sabtu sore minggu lalu (25/1) bagian pertama (Part I) yang telah ditayangkan sebelumnya, tertera di sini:

    https://www.youtube.com/watch?v=mBYIFkH7T60

    Selebihnya bisa dilihat di:

    Part II: https://www.youtube.com/watch?v=lHcA6eREnBk

    Part III: https://www.youtube.com/watch?v=-Z1HercmCfY

    Part IV: https://www.youtube.com/watch?v=MiA2vOAmB0c


  • Sabtu sore minggu lalu (25/01) saya diundang teman lama berdiskusi beragam hal di seputar perkembangan ekonomi politik di Tanah Air. Pengelola acara podcast ini memilah diskusi panjang kami menjadi empat bagian. Isi diskusi bagian pertama (Part I) bisa diunduh di sini:

    https://www.youtube.com/watch?v=mBYIFkH7T60