Krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis kesehatan akibat pandemik COVID-19 semakin menekan perekonomian Indonesia yang sebelumnya memang sedang melemah. Setidaknya ada sepuluh indikator yang menunjukkan pelemahan itu.
Pertama, pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Pertumbuhan tahunan melambat selama lima tahun berturut-turut dibandingkan periode pemerintahan sebelumnya.

Pertumbuhan triwulanan semakin menunjukkan trend penurunan ini. Praktis selama enam triwulan berturut-turut pertumbuhan melambat.

Kedua, pertumbuhan ekonomi kurang berkulitas. Sektor penghasil barang (tradable) semakin tercecer, hanya sekitar setengah dari pertumbuhan sektor jasa (non-tradable). Akibatnya kemampuan ekspor berkurang dan impor cenderung naik sebagaimana tercermin dari defisit perdagangan pangan, manufaktur, dan minyak yang cenderung meningkat. Sementara itu, sektor jasa yang tumbuh sekitar dua kali lipat dari sektor barang belum punya kemampuan meraup devisa karena pada umumnya hanya “jago kandang” sesuai dengan atributnya–non-tradable.

Ketiga, andalan utama sektor tradable, yaitu industri manufaktur, mengalami kemerosotan pertumbuhan yang persisten, bahkan sudah bertahun-tahun di bawah pertumbuhan PDB. Sementara kalangan menyebutnya gejala dini deindustrialisasi.

Pada tahun 2019, separuh subsektor manufaktur sudah mengalami kontrasi, suatu kejadian yang amat langka.
Yang paling kentara adalah penjualan otomotif yang anjlok (pertumbuhan negatif) 10,5 persen pada tahun 2019 dari tumbuh positif sebesar 6,9 persen pada tahun sebelumnya.

Penjualan sepeda motor juga turun walaupun masih positif, dari 8,4 persen (2018) menjadi hanya 1,6 persen (2019).

Keempat, nisbah pajak atau tax ratio (penerimaan perpajakan dibagi produk domestik bruto (PDB) harga berlaku) merosot hingga hanya satu digit dan mencapai aras terendah dalam setengah abad terakhir. Lazimnya, walaupun pertumbuhan melambat, tax ratio tidak turun, setidaknya tidak berubah, karena penerimaan perpajakan mengukuti geliat ekonomi. Paling banter, pertumbuhan penerimaan perpajakan menurun proporsional dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Kelima, Peningkatan turis asing sudah dua tahun melorot tajam, dari aras tertinggi 21,9 persen tahun 2017 menjadi 12,6 persen tahun 2018 dan tergerus lebih dalam menjadi hanya 1,9 persen tahun 2019.

Keenam, mulai 2018 perdagangan barang mengalami defisit. Sejak merdeka, Indonesia baru delapan kali mengalami defisit perdagangan: tiga kali di era Orde Lama dan tiga kali di Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2019, ekspor nonmigas maupun migas kembali mengalami kontraksi. Hal yang sama sudah terjadi pada 2015 dan 2016.

Ketujuh, pertumbuhan kredit menunjukkan tren melemah. Sejak Juni 2019 hanya tumbuh satu digit. Sejak Desember 2019 pertumbuhan kredit selalu lebih lambat ketimbang pertumbuhan dana pihak ketiga.

Kedelapan, indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di posisi 5.361 pada hari pengumuman kasus perdana COVID-19, turun tajam dibandingkan akhir tahun 2019 sebesar 6.300. Pada tahun 2019 IHSG hanya naik 1,7 persen, sangat rendah dibandingkan kinerja indeks negara-negara tetangga dan Emerging Markets.

Kesembilan, ICOR naik kembali, mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah. Lihat Musuh Utama Kita: Ekonomi Boros.

Kesepuluh, utang terus naik, baik utang pemerintah maupun utang BUMN nonkeuangan.

Bertolak dari sedemikian banyak indikator yang mengalami pemelahan, agaknya masalah yang dihadapi oleh perekonomian tergolong bersifat struktural. Kesempatan emas menjadikan krisis 2020 sebagai momentum untuk berbenah. Modal dasar untuk itu lebih dari cukup.
Ada yang bagus ga, Pak, dari perekonomian kita?
Ada tentu. Laju inflasi selama lima tahun berturut-turut semakin rendah dan terendah dalam sejarah. Terakhir, kabar kita naik kelas. Insya Allah akan saya sampaikan penjelasannya di blog ini pagi nanti. Saya sedang merampungkannya.
Jadi yg selalu dibilang ekonomi indonesia makin baik itu yg mana pak ? Mslah terakhir dikatakan kita sudah naik kelas dr lower ke upper , meskipun tetap dlm kelompok middle. Salam
GNI per kapita hanya ukuran agregat. Insya Allah tulisan mendatang bisa mendudukkan perkarana lebih jelas. Pagi nanti insya Allah tayang di blog ini.