Perdagangan Luar Negeri Defisit Lagi

One comment

Penyebab pertumbuhan ekonomi yang anteng tak beranjak di kisaran 5 persen dalam lima tahun terakhir lebih banyak difokuskan pada pertumbuhan investasi yang melambat. Memang betul bahwa pertumbuhan investasi (pembentukan modal tetap bruto) melambat, terutama tahun 2019, tetapi kontribusinya tetap positif.

Namun, pada tahun 2019 ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan negatif sehingga berkontribusi menekan pertumbuhan ekonomi. “Syukur,” impor barang dan jasa (yang mengurangi PDB) juga merosot sehingga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selama 2018-2019, sumbangan ekspor barang dan jasa terhadap PDB lebih rendah dibandingkan sumbangan impor barang dan jasa. Pada tahun 2018, sumbangan impor barang dan jasa sebesar 22,03 persen, sedangkan sumbangan ekspor barang dan jasa hanya 20,97 persen. Setahun kemudian, peranan ekspor dan impor sama-sama turun dan perbedaannya mengecil. Karena jika impor lebih besar dari ekspor, maka sumbangan (ekspor-impor) terhadap PDB menjadi negatif seandainya pertumbuhan ekspor dan impor barang dan jasa sama-sama positif. Dalam kondisi demikiam, pertumbuhan PDB kian sulit terdongkrak dari kisaran 5 persen.

Awal tahun ini (data Januari), khusus untuk ekspor dan impor barang, kembali melanjutkan defisit yang selalu terjadi sejak 2018. Pertumbuhan ekspor dan impor sama-sama negatif sejak 2019. Transaksi perdagangan mengalami tekanan berat karena ekspor migas anjlok sebesar 34,7 persen sedangkan impor migas justru naik tajam sebesar 20 persen. Padahal impor migas tahun 2019 turun tajam sebesar 29,1 persen. Kondisi ini sejalan dengan produksi migas yang turun sedangkan konsumsi migas terus naik. Ditambah lagi ekspor nonmigas juga turun.

Penurunan ekspor paling tajam (month to month) dialami oleh kelompok Lemak dan minyak hewani/nabati yang didominasi oleh minyak kelapa sawit. Ekspor kelompok komoditas ini turun dari US$2,06 miliar pada Desember 2019 menjadi US$1,36 miliar pada Januari 2020. Dibandingkan dengan Januari tahun sebelumnya, juga mengalami kemerosotan sebesar 13,44 persen.

Dengan wabah coronarivus yang kian banyak menimbulkan korban terjangkit maupun meninggal dunia dan belum menunjukkan kapan bisa dijinakkan, kita harus semakin waspada agar dampaknya bagi perekonomian bisa diredam sedini mungkin.

[Diperbarui dan dikoreksi pada 18 Februari, pk.06:33.]

1 comments on “Perdagangan Luar Negeri Defisit Lagi”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.