
Sore tadi (4/12), saya menunggu bus Transjakarta jurusan Ragunan di halte Dukuh Atas di samping gedung Lanmark. Antrean ke jurusan Ragunan tidak panjang. Semua penumpang terangkut.
Berbeda dengan antrean ke jurusan Pulogadung di sebelahnya. Ratusan orang antre mengular dengan tertib, tak saling dorong. Tiba-tiba muncul dua remaja menyelak. Sadar keduanya salah, mereka tersipu-sipu malu, lalu berujar: “Kita keluar yuk.” Tidak ada yang meneriaki keduanya.
Sungguh, kehadiran Transjakarta telah mengubah perilaku masyarakat. Budaya antre kian melekat. Tidak seperti perilaku kendaraan pribadi yang saling salib, menggunakan bahu jalan, dan kerap melanggar marka jalan. Bunyi klakson bersahutan sangat lazim walaupun tidak pada tempatnya. Lengkingan suara dari mobil atau motor mengawal orang-orang yang merasa penting–walau lalulintas tidak macet sekalipun–memekakkan telinga.
Rakyat kebanyakan pengguna angkutan umum lebih berkeadaban. Perubahan perilaku terjadi karena fasilitas semakin memadai. Armada bus transjakarta bertambah signifikan, waktu tunggu semakin pendek, aman, nyaman, dan terjangkau. Pengguna memiliki kepastian dapat giliran terangkut dalam waktu tidak terlalu lama. Oleh karena itu mereka rela menunggu dengan tertib.
Perubahan nyata terjadi pulauntuk angkutan kereta api Jabodetabek maupun antarkota. Memesan tiket lebih mudah, tak ada lagi calo. Kepastian hadir, membuat calon penumpang rela antre dan tak saling dorong atau desak-desakan.
Pengembangan angkutan umum massal merupakan solusi jitu menghadirkan keadaban, mengurangi polusi, dan mengurangi kemacetan. Penambahan panjang jalan rasanya tidak akan pernah mampu mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan. SUmber daya sepatutnya difokuskan untuk mengembangan angkutan umum massal.
Jakarta telah berupaya keras membangunan transportasi umum dan harus terus dilanjutkan dengan lebih massif. Kota-kota besar lainnya pun perlu sesegera mungkin membangun sistem transportasi umum massal. Jika terlambat, sungguh besar ongkos ekonomi dan ongkos sosial yang harus ditanggung kita semua.
Membangun kota sesungguhnya membangun keadaban.
Jadi bisa berharap Jakarta menjadi metropolitan yang aman dan nyaman nih
Semoga semakin lebih baik ke depannya, tentu saja sikap disiplin ini harus diikuti dengan peningkatan kualitas sarananya, karena bila tidak ya tetap akan berebut. Contoh: sulit untuk tertib antre kalau haltenya kecil sekali, sulit untuk tidak berebut kalau kendaraan umum lama tibanya dan selalu dalam penuh.
Infra struktur yang mumpuni merupakan satu dari awal pendisiplinan masyarakat. Dimana-mana kota besar dan metropolitan di dunia habitus ini bisa dilihat dan dibuktikan, karenanya bentukan MRT, LRT, TransJkt dll transportasi umum yang piawai, itu sudah lama-lama haruslah sebenarnya menjadi target utama setiap pemerintahan. Untuk ini Indonesia memerlukan nasionalis dan patriot yang (telah) berani mengambil resiko untuk mengeksekusi sektor ini dan bukan lagi-lagi politisi populis.
Beberapa kota besar tampaknya sudah darurat transportasi umum. Semoga kian disadari dan dipercepat pembangunan sistem transportasi massal.
pak faisal klo mau mengundang bapak di acara talkshow off air saya bisa menghubungi siapa ya pak? terimakasih
Silakan hubungi Ria 08164800148