Senja tadi, selepas menyantap mie rebus di Bentara Budaya, saya berjalan kaki menyeberangi rel kereta api menuju halte bus Transjakarta di depan stasiun kereta api Palmerah. Saya menyeberang setelah lampu lalulintas berubah merah dan semua kendaraan berhenti. Begitu rapat jarak antarkendaraan, membuat saya kesulitan mencari celah untuk melangkah. Tiba-tiba seorang lelaki memundurkan sepeda motornya, membuat saya leluasa untuk menyeberang. Saya tersenyum sebagai pengganti ucapan terima kasih. Sang pengendara sepeda motor membalas dengan senyuman pula. Sungguh senyuman yang sangat menyejukkan di tengah hiruk pikuk bunyi kendaraan dan kepulan asap.
Setelah membeli karcis di halte, saya naik ke bus Transjakarta dengan menggendong ransel. Ketika berjalan di dalam bus menuju tempat kursi yang masih kosong, ransel saya mengenai tubuh seorang lelaki separuh baya. Saya menyampaikan permohonan maaf. Penumpang separuh baya itu tersenyum. Saya pun membalas senyumannya.
Alhamdulillah, sepanjang perjalanan lancar, nyaman, dan aman. Saya tengok ke kiri dan ke kanan, sepanjang Jl. Jenderal Sudirman padat merayap.
Saya kian merasakan kenikmatan menggunakan transportasi umum.
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
3 comments on “Senyuman di Pengujung Senja”
Alhamdulillah.
Tapi sayang di krl malah sebaliknya. Banyak kursi prioritas diduduki pemuda. Dan parahnya lagi mereka pura2 tidur. … AKU perlu disentil lagi
Memang butuh waktu. Di kereta api Jobodetabek si jam-jam tertentu sangat padat. Semoga kapasitasnya bisa segera ditambah. Tapi harus diakui perbaikan sangat terasa.
Alhamdulillah.
Tapi sayang di krl malah sebaliknya. Banyak kursi prioritas diduduki pemuda. Dan parahnya lagi mereka pura2 tidur. … AKU perlu disentil lagi
Memang butuh waktu. Di kereta api Jobodetabek si jam-jam tertentu sangat padat. Semoga kapasitasnya bisa segera ditambah. Tapi harus diakui perbaikan sangat terasa.
AKU = KAI