Minggu lalu Bank Dunia memutakhirkan data produk domestik bruto (PDB) dunia untuk tahun 2016. Posisi Indonesia 2016 tidak berubah dibandingkan dengan 2015, yakni di urutan ke-8 sebagai produsen barang dan jasa berdasarkan purchasing power parity (PPP).
Nilai PDB Indonesia berdasarkan PPP tahun 2016 telah menembus 3 triliun dollar AS. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sekitar 5 persen dan Brazil diperkirakan di bawah 1 persen, maka tahun ini (2017) Indonesia akan naik satu peringkat menggantikan posisi Brazil. Dalam waktu tidak sampai 5 tahun Indonesia diperkirakan bisa menyusul Rusia, karena pertumbuhan PDB Rusia diperkirakan paling banter hanya sekitar separuh pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Asia menempatkan 8 negara dalam 20 besar PDB berdasarkan PPP.
Berdasarkan PDB berdasarkan dollar AS yang berlaku (current US$), posisi Indonesia 2016 juga tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu di urutan ke-16 dengan nilai hampir satu triliun dollar AS. Indonesia merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang terwakili dalam G-20.
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
1 comments on “Indonesia Tetap di Urutan ke-8 PDB Dunia”
Pertanian Indonesia Masuk Peringkat 25 Besar Dunia
Jakarta – Lembaga riset dan analisis ekonomi internasional berpusat di Inggris, The Economist Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation merilis Indek Keberlanjutan Pangan atau Food Sustainability Index (FSI) pada Desember 2016 di situs resminya http://foodsustainability.eiu.com/country-ranking/. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 25 besar negara yang diteliti dengan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Dunia.
Riset FSI disusun dari 58 indiaktor mencakup empat aspek yakni: secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan/susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).
Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (skor 53,87) setelah Argentina serta berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India. Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumberdaya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia bertengger di peringkat 24 (skor 32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Pada aspek ini Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss).
Selanjutnya aspek nutritional challeges, Indonesia masuk peringkat 18 (skor 56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India. Pada kategori ini Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.
Hasil FSI 2017 ini sangat menggembirakan karena Indonesia termasuk 25 negara besar, sebagai satu-satunya negara ASEAN yang disurvei serta hasilnya mengalahkan negara besar lainnya. Ini prestasi luar biasa di bidang pertanian pada era kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebelumnya Juni 2016 lembaga riset EIU juga merilis bahwa Indonesia peringkat 71 dari 133 negara dengan peningkatan terbesar di dunia dengan skor 2,7 pada Global Food Security Index (GFSI).
Sementara itu, Peneliti senior INDEF Sugiyono, mengatakan “saya apresiasi hasil riset EIU. Faktanya memang pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini banyak terobosan dan membuahkan hasil. “Ini bisa dilihat kasat mata pada saat Ramadhan dan Idul Fitri kemarin harga pangan stabil, dulu-dulu setiap hari raya lebaran harga pangan bergolak”.
Lebih lanjut Sugiyono menyatakan prestasi selanjutnya dapat dilihat data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa sektor pertanian pada Triwulan-I 2017 tumbuh pesat 15,59 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (Q to Q) dan tumbuh terbesar dari sektor lainnya”.
PDB sektor pertanian triwulan-I tahun 2017 ini naik 7,12 persen dibandingkan triwulan yang sama 2016 (Y to Y), melebihi kenaikan PDB industri pengolahan 4,21 persen maupun PDB total Indonesia 5,01 persen.
Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,59 persen, peringkat terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan 20,48%. Untuk diketahui produk hasil pertanian juga memberi andil besar pada sektor industri pengolahan ini, misal industri makanan dan minuman berkontribusi 5,92 persen terhadap PDB, ungkap Sugiyono.
Pertanian Indonesia Masuk Peringkat 25 Besar Dunia
Jakarta – Lembaga riset dan analisis ekonomi internasional berpusat di Inggris, The Economist Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation merilis Indek Keberlanjutan Pangan atau Food Sustainability Index (FSI) pada Desember 2016 di situs resminya http://foodsustainability.eiu.com/country-ranking/. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 25 besar negara yang diteliti dengan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di 25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Dunia.
Riset FSI disusun dari 58 indiaktor mencakup empat aspek yakni: secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), kehilangan/susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi (nutritional challenges).
Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (skor 53,87) setelah Argentina serta berada di atas Cina, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India. Pada kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumberdaya air yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan, keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan iklim.
Sementara itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia bertengger di peringkat 24 (skor 32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Pada aspek ini Indonesia termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss).
Selanjutnya aspek nutritional challeges, Indonesia masuk peringkat 18 (skor 56,79) setelah Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan, Nigeria, dan India. Pada kategori ini Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.
Hasil FSI 2017 ini sangat menggembirakan karena Indonesia termasuk 25 negara besar, sebagai satu-satunya negara ASEAN yang disurvei serta hasilnya mengalahkan negara besar lainnya. Ini prestasi luar biasa di bidang pertanian pada era kepemimpinan Presiden Jokowi. Sebelumnya Juni 2016 lembaga riset EIU juga merilis bahwa Indonesia peringkat 71 dari 133 negara dengan peningkatan terbesar di dunia dengan skor 2,7 pada Global Food Security Index (GFSI).
Sementara itu, Peneliti senior INDEF Sugiyono, mengatakan “saya apresiasi hasil riset EIU. Faktanya memang pada era Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ini banyak terobosan dan membuahkan hasil. “Ini bisa dilihat kasat mata pada saat Ramadhan dan Idul Fitri kemarin harga pangan stabil, dulu-dulu setiap hari raya lebaran harga pangan bergolak”.
Lebih lanjut Sugiyono menyatakan prestasi selanjutnya dapat dilihat data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa sektor pertanian pada Triwulan-I 2017 tumbuh pesat 15,59 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (Q to Q) dan tumbuh terbesar dari sektor lainnya”.
PDB sektor pertanian triwulan-I tahun 2017 ini naik 7,12 persen dibandingkan triwulan yang sama 2016 (Y to Y), melebihi kenaikan PDB industri pengolahan 4,21 persen maupun PDB total Indonesia 5,01 persen.
Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 13,59 persen, peringkat terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan 20,48%. Untuk diketahui produk hasil pertanian juga memberi andil besar pada sektor industri pengolahan ini, misal industri makanan dan minuman berkontribusi 5,92 persen terhadap PDB, ungkap Sugiyono.
-o0o-