
Pertumbuhan sektor jasa di Indonesia jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor penghasil barang (pertanian, pertambangan, dan industri manufaktur), terutama sejak awal tahun 2000-an. Pada umumnya sektor jasa merupakan penopang atau derived demand dari sektor penghasil barang. Jika sektor penghasil barang loyo, sektor jasa pendukungnya pun cenderung melemah.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak 2011 terutama disebabkan oleh sektor barang. Sektor jasa (non-tradable) masih bisa melenggang dengan pertumbuhan di atas 7 persen selama kurun waktu 2011-2013 dan di atas 6 persen pada periode 2014-2016. Sebaliknya, pertumbuhan sektor barang (tradable) melorot dari 5,1 persen pada tahun 2011 sampai mencapai titik terendahnya 2,7 persen pada tahun 2015.

Sebagaimana sebutannya—non-tradable—sektor jasa tidak menghadapi persaingan gencar dari pelaku luar negeri atau jasa impor. Kita tidak mengimpor listrik, air bersih, dan pengolahan limbah. Jasa komunikasi, hotel, dan restoran tidak berhadapan head to head dengan pesaing luar negeri. Jasa lainnya seperti asuransi, kuangan, rumah sakit, pendidikan, dan transportasi sangat terlindungi dari pelaku asing dengan regulasi yang ketat. Secara keseluruhan sektor jasa nasional berada di comfort zone dengan berbagai peraturan yang sangat membatasi persaingan dari pelaku luar negeri.

Sebagian besar jenis jasa bahkan telah mengalami exess demand. Akibatnya, pengusaha jasa leluasa menaikkan harga, sehingga membuat daya saing sektor penghasil barang menurun. Barang-barang Indonesia semakin sulit menembus pasar internasional dan terbata-bata menghadapi penetrasi barang impor.

Sektor jasa mampu berkembang tanpa harus mengandalkan sektor barang. Jasa keuangan yang enggan menyalurkan kredit ke sektor barang bisa menyalurkan kredit untuk sektor konsumsi yang sebagian besar adalah barang impor. Sektor jasa juga bisa melayani sektor jasa lainnya, misalnya kredit dan asuransi untuk perjalanan ke luar negeri, asuransi untuk nasabah yang bekerja di sektor jasa maupun asuransi umum untuk pusat perbelanjaan yang banyak menjual barang impor. Jadi, sektor jasa semakin berkutat di sesama sektor jasa.
Jika ingin menyehatkan sektor jasa, mau tak mau sektor barang harus disehatkan. Kedua, membuat pasar jasa lebih bersaing. Kalau keduanya sehat dengan saling mendukung, niscaya perekonomian bakal lebih sehat.
Berharap ada keberpihakan sektor jasa untuk mendukung penguatan industri pertanian!