“TEMPO.CO, Surabaya – Menjelang arus mudik dan balik Lebaran 2015, inflasi di Jawa Timur akan dipengaruhi oleh kenaikan harga transportasi umum, terutama angkutan udara. Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan inflasi Jawa Timur tak hanya dipengaruhi komoditas makanan jadi, tapi juga kenaikan harga tiket pesawat. …”
Berita selengkapnya bias diunduh di: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/01/058680078/lebaran-tiket-pesawat-ancam-inflasi-di-jawa-timur
Apa yang keliru dari pernyataan Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur M. Sairi Hasbullah di atas?
Perkembangan harga sangat dipengaruhi oleh musim. Harga beras misalnya, cenderung tinggi ketika musim paceklik dan rendah pada musim panen. Demikian pula dengan tariff angkutan udara. Jika musim mudik lebaran tentu saja maskapai penerbangan menaikkan harga tiket. Sebaliknya kalau musim sepi (low season), maskapai penerbangan menurunkan tariff dan bahkan mengumbar diskon atau beragam paket promosi.
Oleh karena itu, sudah barang tentu kenaikan tariff angkutan udara ikut menyumbang kenaikan inflasi. Namun, setelah masa panen lebaran, tarif angkutan udata kembali turun, sehingga menyumbang penurunan laju inflasi atau bahkan deflasi (penurunan harga).
Untuk menghilangkan pengaruh musiman, bandingkanlah tarif angkutan udara musim mudik tahun ini dengan musim mudik tahun sebelumnya. Bisa jadi tarif tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. Oleh karena itu, laju inflasi lazimnya diukur secara tahunan, yakni dengan mengukur persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan bulan tertentu tahun ini terhadap IHK bulan yang sama tahun sebelumnya.
Catatan: Alangkah eloknya petinggi BPS di pusat maupun daerah tidak ikut menganalisis data yang mereka rilis. Umumkan saja datanya, serahkan analisinya kepada pengguna. Sudah kerap petinggi BPS salah menganalisis data.