
Rabu, 08 Oktober 2014 | 21:47

Jakarta – Ekonom Faisal Basri mengatakan, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku per akhir tahun 2015 tidak ditujukan untuk meningkatkan perdagangan. Terbukti, perdagangan intra Asean justru lebih mengintegrasikan ekonomi Asean.
Faisal menyatakan, Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang yang ditawarkan MEA. Dengan demikian, lanjut dia, Indonesia dipilih menjadi basis produksi global oleh investor.
“Untuk itu, pemerintah seharusnya menekan biaya-biaya tinggi yang dibebankan ke industri,” kata Faisal saat membuka Seminar Federasi Gabel tentang “Manfaat MEA bagi Industrti Elektronika” di Jakarta, Rabu (8/10).
Lebih lanjut dia mengatakan, Pph impor produk elektronik merupakan salah satu bentuk kebijakan yang salah, sehingga sudah saatnya pemerintah menghapuskan PPh tersebut. Dengan penghapusan tersebut, kata dia, bisa memacu pertumbuhan industri elektronik di dalam negeri.
Selain itu, kata Faisal, pemerintah seharusnya tidak lagi menganggap insentif fiskal sebagai peluang berkurang atau hilangnya sebagian pendapatan negara. Sebab, lanjut Faisal, dengan insentif fiskal bagi industri, justru akan mampu menghasilkan pendapatan yang lebiih besar.
“MEA juga tidak ditujukan untuk meningkatkan perdagangan. Tapi, untuk menarik investasi masuk ke Asean. Pada saat MEA diimplementasikan, produsen global tidak lagi harus membangun pabrik di masing-masing negara di Asean. Mudah-mudahan, Indonesia dipilih investor menjadi basis produksi. Tidak hanya memasok Asean, tapi global. MEA juga bukan menjadi ajang persaingan antara industri di Asean, melainkan antar negara. Dengan MEA, konsumen bisa memilih akan membeli barang yang lebih murah. Terserah produksi dari negara mana. Karena itu, pada dasarnya, MEA ditujukan untuk meningkatkan daya saing Asean,” kata Faisal.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemdag, Partogi Pangaribuan menambahkan, MEA bukan sebagai ajang pertarungan menang kalah. Sebagai negara dengan populasi pasar terbesar, kata dia, Indonesia tidak sepatutnya kalah. Apalagi, ujar dia, implementasi perdagangan bebas sudah dimulai sejak lama.
“Sekarang, hampir 90 persen bea masuk sudah nol persen. Ini bukan masalah baru. Indonesia adalah bangsa yang kuat. Terbukti, pada masa krisis 1999, kita mampu bangun. Begitu juga tahun 2008, dan awal tahun 2013. Kita bisa bangun lagi. Struktur bangsa kita kuat. Tidak perlu takut menghadapi MEA. Seperti kata pepatah, kalau mau jalan cepat ya berjalanlah sendiri. Kalau mau jalan jauh, berjalanlah bersama,” kata Partogi.
Penulis: EME/FER
Sumber: Investor Daily
Diunduh dari: http://www.beritasatu.com/industri-perdagangan/215934-faisal-basri-mea-bukan-untuk-meningkatkan-perdagangan.html