Setelah mencermati perjalanan panjang perekonomian Indonesia, muncul perasaan gamang. Perekonomian Indonesia kerap terantuk, bahkan terhempas. Penyebabnya lebih banyak dari dalam diri kita sendiri (internal). Faktor eksternal tentu saja juga beberapa kali jadi pemicu, namun tak seberapa dibandingkan dengan faktor internal.

Saya semakin yakin penyebabnya adalah faktor institusi sebagaimana diutarakan Acemoglu dan Robinson dalam bukunya “Why Nations Fail.” Indonesia masih berkutat dengan jeratan extractive economic institutions dan extractive political institutions. Dalam keadaan demikian, kekuatan ekonomi dan politik terkonsentrasi di tangan segelintir orang, yang leluasa tanpa kendala berarti “merampok” kekayaan nasional lewat lisensi maupun merebutnya dari pihak lain. Untuk meredamnya, tidak ada pilihan lain kecuali mewujudkan inclusive economic institutions dan inclusive political institutions, yang memungkinkan partisipasi dan akses luas masyarakat atas sumber daya produktif, fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Persoalan institusi inilah yang ditengarai membuat trend pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelemahan sebagaimana tampak pada garis hitam melengkung pada peraga di atas. Perekonomian kelihatan kehilangan tenaga untuk mengakselerasi.
Sebetulnya Indonesia memulai pembangunan praktis hampir bersamaan dengan negara-negara tetangga pada tingkat kesejahteraan yang hampir sama pula. Sayangnya, sebagaimana tampak pada peraga di bawah, Indonesia semakin tertinggal.

Tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk Indonesia sempat bertahun-tahun di atas China. Namun, pada tahun 1998, China menyusul Indonesia dan hingga sekarang berlari kian cepat meninggalkan Indonesia. Belakangan, tahun 2007, giliran Timor-Leste menyusul Indonesia.

Sejak tahun 2011 pertumbuhan ekonomi kembali melemah hingga sekarang. Penurunan paling tajam terjadi pada triwulan I-2014 yang hanya 5,2 persen dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,7 persen. Sudah bisa dipastikan target RPJM tidak akan tercapai.

Lebih memprihatinkan lagi, kecenderungan pelemahan pertumbuhan diiringi oleh ketimpangan yang semakin memburuk, terutama sejak 2005. Indeks Gini telah mencapai 0,413, melewati 0,4 yang merupakan batas kategori ketimpangan menengah, tidak lagi ketimpangan rendah.
Perlu diketahui, perhitungan indeks gini untuk Indonesia berdasarkan pengeluaran, bukan pendapatan. Jika berdasarkan pendapatan, hampir bisa dipastikan Indeks Gini Indonesia lebih buruk lagi, boleh jadi telah masuk kategori ketimpangan tinggi.

Perolehan kelompok top-20 (penduduk 20 persen terkaya) naik dari 40,2 persen pada tahun 1963 menjadi 45,3 persen tahun 1978. Peningkatan paling tajam terjadi dari 41,2 persen tahun 2009 menjadi 49 persen pada tahun 2013.

Tak kurang dari seorang Thomas Piketty pun memasukkan Indonesia dalam kajian ketimpangan yang tertera dalam bukunya yang fenomenal berjudul “Capital in the Twenty-First Century.” Di situ tampak ketimpangan di Indonesia–yang diukur dengan penguasaan kelompok 10 persen terkaya dalam pendapatan total–memburuk dan lebih buruk dari China dan India.

Peraga berikut menunjukkan sekitar empat per lima penduduk Indonesia mengalami peningkatan pendapatan lebih rendah dari rata-rata. Tampak pula, semakin miskin penduduk semakin rendah pertumbuhan pendapatannya–we’re growing apart.

Kita juga mengalami perlambatan dalam memerangi kemiskinan. Garis hitam melengkung yang berbentuk cekung mengindikasikan hal itu. Sekalipun program pengentasan orang miskin semakin banyak dan peningkatan alokasi dananya meningkat berlipat ganda, ternyata hasilnya tidak menggembirakan. Serasa “pisau” yang digunakan semakin tumpul.

Pilar utama kemajuan suatu bangsa adalah sumber daya manusianya. Bagaimana pembangunan bisa mengakselerasi dan menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih merata kalau kinerja pendidikan kita tertatih-tatih. Skor pendidikan Indonesia berada di urutan kedua terbawah.

Kian memprihatinkan karena penguasaan matematika dan kemampuan membaca murid sekolah menengah Indonesia mengalami kemunduran (deceleration)


Penguasaan materi science pun mengalami kemunduran.

Tidak mengherankan jika Indonesia sangat sedikit menghasilkan temuan sebagaimana terlihat dari jumlah patent application. Sekedar data pun banyak yang bolong. Data aplikasi paten untuk tahun 2007 dan 2008 tak tersedia, sedangkan untuk tahun 2012 belum ada. Berdasarkan data terakhir tahun 2011, aplikasi paten dari Indonesia hanya 541 atau 0,13 persen dari aplikasi paten yang diajukan China pada tahun yang sama.

Ditambah dengan kondisi infrastruktur yang buruk dan birokrasi yang berbelit-belit, daya saing Indonesia semakin terpuruk. Hal ini tercermin dari kenyataan bahwa transaksi perdagangan luar negeri (ekspor dan impor barang) sudah mengalami defisit sejak tahun 2012, pertama kali sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Defisit perdagangan luar negeri berlanjut hingga sekarang.

Tengoklah perkembangan belakangan ini. Data bulanan menunjukkan lebih kerap defisit ketimbang surplus. Bahkan, tak jarang transaksi perdagangan nonmigas pun mengalami defisit.

Defisit perdagangan menerjang hamper semua kelompok barang. Defisit produk manufaktur terjadi sejak 2008, sedangkan defisit produk pangan praktis terjadi sejak 2007.


Defisit manufaktur sejalan dengan penurunan pangsa sektor industri manufaktur dalam produk domestik bruto (PDB). Sejak di titik puncak tahun 2001 (29 persen), peranan industry manufaktur hampIr selalu menurun dan merosot terus menerus tanpa jeda sejak 2008 hingga sekarang (23,6 persen).

Rakyat Indonesia masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebagian besar pekerja berstatus pekerja informal, 27 persen di pertanian dan 27 persen lagi di non-pertanian. Mereka tanpa jaminan sosial. Mash ada lagi 38 persen pekerja formal tetapi tidak memiliki kontrak kerja. Tentu saja kelompok ini tidak menikmati hak-hak normative pekerja sebagaimana dinikmati pekerja formal dengan kontrak yang jumlahnya hanya 8 persen.
Semakin rentan nasib pekerja karena Indonesia tidak memiliki sistem jaminan sosial dengan lima pilar. Sejauh ini hanya 1 pilar yang sudah hadir, yakni BPJS-Kesehatan.
Perlindungan sosial (social protection) juga sangat buruk. Kita berada di urutan ke-27 dari 35 Negara di Asia. Bandingkan dengan Timor-Leste yang berada jauh di atas Indonesia, di urutan ke-11.
Belanja Negara untuk perlindungan sosial sangat rendah, juga di urutan ke-27. Jauh lebih besar alokasi APBN untuk subsidi BBM yang salah arah itu.

Tak mengherankan jika indeks kemajuan sosial kita juga relatif rendah dibandingkan negara tetangga.

Kita tidak boleh membiarkan perlambatan kemajuan negeri ini terus berlangsung. Kita harus memanfaatkan momentum bomus demografi. Jika lengah, generasi mendatang bakal menanggung beban berat.
Kalau cuma tumbuh 6 persen rata-rata setahun, pendapatan per kapita masih akan di bawah 10,000 dollar AS pada tahun 2030, tatkala era bonus demografi berakhir dan kita memasuki tahapan aging population.

Momentum perubahan sedang di depan mata. Kesempatan mengubah nasib bangsa terbuka lebar.
Jokowi menawarkan perubahan hakiki, baik cara pandang, pendekatan, maupun perangkatnya. Dalam sejumlah hal, yang ditawarkan Jokowi amat berbeda, bahkan bertolak belakang dengan yang ditawarkan calon nomor urut 1.


Jokowi ingin mengembalikan jati diri bangsa sebagai negara maritim. Ia memulainya dengan gagasan tol laut, yaitu kapal-kapal yang berlayar menyusuri Indonesia dari Barat sampai ke Timur dan sebaliknya. Agar kapal besar dapat merapat di berbagai daerah, Jokowi berkomitmen untuk memodernisasikan pelabuhan, antara lain dengan mengeruknya agar menjadi deep sea ports.
Dengan mengintegrasikan perekonomian domestik, disparitas harga antardaerah dapat ditekan. Kesejahteraan petani produsen meningkat karena hasil produksinya bisa dibawa sejauh mungkin dengan ongkos angkut yang murah. Sebaliknya, konsumen dapat membeli dengan harga yang lebih murah pula, karena terjadi konvergensi harga.
Gagasan Jokowi kontras dengan rencana Prabowo-Hatta yang akan membangun jalan bebas hambatan di atas laut. Tuhan mengaruniai negeri ini dengan laut yang luas, jalan bebas hambatan, tak perlu diaspal, tiang pancang, dan pembebasan lahan.
Dalam kaitannya dengan program pertanian juga amat kontras. Prabowo-Hatta mengandalkan konsep MP3EI yang sarat mengandung sesat pikir. Uraian lebih lengkap tentang ini bisa dilihat di: Sesat Pikir KEK dan MP3EI http://wp.me/p1CsPE-DW, (1) Puncak Sesat Pikir: Jembatan Selat Sunda http://wp.me/p1CsPE-9A; (2) Sesat Pikir MP3EI: Peran Negara http://wp.me/p1CsPE-4U; (3) Sesat Pikir MP3EI: Motor Pembangunan http://wp.me/p1CsPE-3P; (4) Sesat Pikir MP3EI: Apa Lagi yang Hendak Diliberalisasikan? http://wp.me/p1CsPE-2L; dan (5) Sesat Pikir Proyek Jalan Tol Lintas-Sumatera http://wp.me/p1CsPE-I.basi.
Juga kehilangan fokus. Prabowo-Hatta berambisi membangun pabrik pupuk urea dan NPK baru milik petani berkapasitas 4 juta ton. Bukankah badan usaha milik negara (BUMN) sudah berhasil menjalankan tugasnya membangun pabrik pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani? Bukankah pabrik-pabrik pupuk itu milik kita bersama, milik bangsa Indonesia? Tugas pemerintah adalah memastikan pupuk tersedia dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan dengan harga terjangkau.
Kiranya sekelumit gambaran di atas lebih dari cukup bagi saya untuk menentukan pilihan. Negeri ini butuh pemikiran dan pendekatan baru, gagasan segar. Bukan tawaran basi, karena yang menawarkan telah terbukti tak berbuat banyak kala memiliki kewenangan untuk membenahinya.
Teramat banyak kelompok kepentingan yang bercokol di sana, yang sudah terbukti menggerogoti kekayaan nasional. Kita harus memutus mata rantai kelompok-kelompok kepentingan itu agar jalan ke hadapan semakin mulus.
Jokowi adalah harapan saya, harapan kita semua. Menjadikan Indonesia bermartabat dan maju, masyarakatnya yang inklusif, tidak mengandung benih-benih otoritarianisme yang kental. Tidak direcoki oleh masa lalu yang kelam, agar sepenuh tenaga dicurahkan menghadapi tantangan berat ke depan.
Mas Faisal, this is powerful presentation. Terkait current account deficit yg tidak banyak dibahas adalah defisit neraca jasa dan income. Ini jelas menunjukkan karakter bangsa kita yg kurang produktif dan kompetitif. Pola hanya ekspor komoditas yg sebagian besar dimiliki oleh pengusaha yg berkolusi dg pejabat, jelas tidak dapat dipertahankan. Secepat mungkin kita harus memacu kualitas sdm, infrastruktur dan sistem birokrasi yg transparan dan iklusif. Saya selalu terinspirasi hikmah Nabi Yusuf dan Raja yg berkuasa saat itu.
Budi, terima kasih banyak. Defisit jasa itu selama ini tak tersentuh, tidak pernah jadi focus kebijakan. Banyak belajar dari Budi tentang kisah Nabi Yusuf itu. Sempat saya presentasikan pada pertemuan PGI di Yogya baru-baru ini.
TLDR
Reblogged this on dominicuswitono's Blog and commented:
Pandangan kritis Faisal Basri,ekonom dan cendekiawan yang saya hormati
“Dalam kaitannya dengan program pertanian juga amat kontras. Prabowo-JK mengandalkan konsep MP3EI yang sarat mengandung sesat pikir. ” itu mau meralat “prabowo-Jk” typo pak. suwun.
Terima kasih banyak ralatnya. Segera saya perbaiki.
pak tolong.. bapak bicara sm pak ahok.. spy bapak nyalon jadi wagub DKI..
Pak Ahok orang baik yang perlu dukungan kita semua.
Reblogged this on Untold Contemplation and commented:
Analisis dari Pak Faisal Basri. Semoga bermanfaat.
Bang faisal, terima kasih banyak atas tulisan ini.
Benarkah sebelum tahun 2012, Indonesia terakhir kali mengalami defisit pada jaman kerajaan sriwijaya? Sejak zaman itu hingga 2012, apa yang membuat ekspor Indonesia selalu tinggi Pak?
Bung Andrew, sejauh data yang teah saya telusuri, begitulah adanya. Sejak masa kerajaan dan masa colonial, ekspor Nusantara selalu lebih besar. kala itu ekspor kita adalah hasil bumi. Beragam hasi bumi kita sangat terkenal di manca negara, seperti teh, cengkeh, lada, pala, kulit manis, kayu, dan lain-lain. Di masa kemerdekaan, ekspor kita sempat ditopang oleh minyak bumi yang sempat produksinya mencapai 1,6 juta barrel per hari sedangkan konsumsi kala itu hanya separuhnya. Itu sampai tahun 1980-an. Setelah itu, beragam industri manufaktur kita mampu mendongkrk ekspor, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, elektronik, kayu lapis, karet, dsb. Belakangan yang menonjol adalah minyak kelapa sawit, batubara, karet, dan beberapa lagi.
Sayangnya, dalam satu dekade terakhir manufaktur melorot. Sebaliknya, impor minyak mentah dan BBM meroket. Juga impor pangan. Sehingga, akhirny sejak 2012 transaksi perdagangan luar negeri kita defisit untuk pertama kalinya.
Terima kasih banyak telah berkunjung dan memberi komentar.
Memang benar sangat logis apabila dikaitkan dengan kondisi perekonomian Indonesia di masa lampau yang sangat unggul di berbagai bidang, baik sumber daya alam maupun produk olahan.
Terima kasih banyak atas penjelasannya Pak, sukses slalu untuk Bapak.
Sukses selalu untuk Anda.
Bang Faisal, saya ikuti rekam jejak opini anda lama jauh sebelum pilgub DKI. Saya pilih anda utk pilgub DKI sebelum Jkwi dicalonkan. Saya geser pilihan ke Jkwi krn sejak lama juga saya ikuti nama Jkwi dan BTP jauh sebelum terkenal seperti hari ini. Sebagai mantan warga solo (saya pindah sejak jaman walikota solo blm Jkwi) tdk dipungkiri prestasi dan etos beliau yg merubah kota yg rusak fisik dan mental pasca kerusuhan mei 98 menjadi sebuah transformasi fisik dan setiap warganya punya panutan yg hilang, adalah hal yg tdk dipungkiri.
Saat itu saya berharap kalau Gusti berkenan, kiranya org seperti Jkwi, BTP, bisa memimpin dlm scope nasional. Sekarang jalan sedang dibuka Nya.
Saat anda mendukung Jkwi, tidak ayal lagi pilihan saya semakin mantap.
Terimakasih utk paparan anda.
Pasca reformasi dan pasca 2010 globalisasi menyentuh indonesia, mental pemerintah mengabaikan penguatan SDM. Seluruh bidang manufaktur hingga ke lini produksi terkecil terabaikan dan perlahan bergeser ke area trading. Tutupnya industri dibanyak kota mengiring hilangnya merk2 kebanggaan nasional karena ongkos produksi meningkat dan murahnya barang jadi import.
Kualitas dan keberagaman bahan baku metal dasar kita lemah. Ongkos manufaktur meninggi dengan pungli dan minimnya insentif pajak. Ini hal nyata yg kasat mata tapi pemerintah tidak hadir didalam kelemahan dan pelemahan ini.
1985 china adalah negara sarat masalah. Hari ini negara komunis itu bertransformasi menjadi hegemoni dunia dan indonesia hampir tidak berhasil membuat terobosan yg signifikan dengan potensi SDA SDM yg ada. Infrastruktur carut marut. Sangat kasat mata.
Ini saat indonesia berubah. Memutus mata rantai kelam pasca reformasi. Dimulai dengan revolusi manusia nya. Memperkuat fondasi sembari mengejar ketertinggalan.
Semoga Tuhan berkenan.
Let’s see Sir, anyone who wins, will be mine.
Sahabatku Faisal Basri ulasan ente bagus sekali bisa dicerna oleh orang yg awam ttg masalah perekonomian cuma utk pilihan presiden yad kita nggak sepakat , maafkan daku sayang
Terima kasih atas paparannya. Bagi saya, tulisan Uda Faisal membantu memahami mengapa perekonomian kita seperti tarian “poco2″, dinamis, lelah tetapi kembali ke posisi semula. Ada satu hal yang saya ingin berbagi. Menurut pengamatan saya setiap kali kita ganti pimpinan selalu menilai bahwa yang dilakukan pemerintah sebelumnya salah dan perlu dirombak dengan program baru. Tampak sekali perubahan dari zaman presiden Soekarno ke presiden Soeharto dan dari presiden Soeharto ke presiden zaman reformasi, sehingga yang baik tidak diteruskan atau disempurnakan. Menurut saya kalaupun perlu perobahan, namun perubahan tersebut perlu dilakukan bertahap disesuaikan dengan kemampuan yang ada sehingga tidak menimbulkan gejolak yang akan menimbulkan permasalahan baru. Bisakah kita mencontoh Pegadaian yang menyatakan ” Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah” ? Namun pertanyaan yang paling dasar adalah “apa sebenarnya akar masalah yang paling pokok kita ?”. Mungkin Uda Faisal berkenan berbagi.
Pak Martiono yang baik
Kalau dibandingkan dengan Jerman dan AS, misalnya, perubahan pemimpin nasional tidak banyak mengubah kebijakan dasar Negara, juga ekonomi. Yang berubah sebatas pajak dinaikkan atau diturunkan. Sistem jaminan social diperluas atau status quo. Kebijakan moneter praktis tidak berubah. Semua itu karena institusi ekonomi dan politik sudah baik dan matang. Mereka tidak lagi memperdebatkan tentang pemilikan, peran pasar, privatisasi, peran asing, dsb. Undang-undang dasar dan peraturan perundang-undangan mereka sudah cukup rinci dan tidak menimbulkan multitafsir. Institusi mereka sudah inklusif, baik institusi politik maupun institusi ekonomi.
Nah, di sinilah letak masalah mendasar kita. UUD kita masih kerap dimultitafsirkan. Undang2 apalagi, makanya kerap dibawa ke MK. Akibatnya setiap rezim leluasa menafsirkan. Tengok saja UU no.4/2009. Institusi kita juga belum stabil, sering berubah, sehingga menimbulkan ketidakpastian usaha. Lebi parah lagi, institusi kita masih bersifat ekstraktif. Segelintir elit leluasa merampok kekayaan Negara lewat praktik pemburuan rente. Mereka berlakon sebagai free rider atau penunggang percuma.
Membenahi institusi itulah yang terpenting, sehingga degree of maneuverability penguasa dibatasi, tak sesuka hati.
Semoga masa itu segera hadir.
maaf bang, soal kapal besar yg mondar mandir dr timur ke barat dan sebaliknya, agak absurd…, seberapa besar sih besarnya kapal? 1.000 teus? 18.000 teus? dan deep sea port.., seberapa besar sih pelabuhan yg kita butuhkan? untuk kapal draft 5 m, atau bahkan mungkin 20 m? selama 22 tahun menjadi pelaut, sy melihat bukan di kapal dan pelabuhan yg menjadi persoalan, itu hanya seujung kuku dalam permasalahan transportasi laut kita. terlalu banyak permasalahan yg harus diselesaikan (maaf, dan itu sudah mendarah daging, alias akut… :-)), seperti contoh : sistem pembinaan pelaut/dlm hubungannya dgn safety, secure dan marine pollution, kemudian etos kerja instansi yg berwenang seperti badan surveyor, pengelola pelabuhan, kesyahbandaran, imigrasi, bea cukai, KPLP, polisi air, kesehatan pelabuhan dan kadang angkatan laut, dan yang lebih parah adalah profit minded dr pemilik usaha pelayaran yang cenderung mengabaikan prinsip2 yg seharusnya ditaati dalam pelayaran. Siapapun President terpilih, semoga dunia pelayaran menjadi lebih baik, menjadi tulang punggung yg sebenarnya dalam distribusi barang utk menunjang perekonomian kita. JAYALAH INDONESIA….
Pelabuhannya dulu yang dirapihkan. Kapal akan dating makin sering dan makin besar kalau yang diangkut makin banyak. Hadirkan juga segera sea and coast guard yang beneran.
Sangat bagus tulisan Bapak. Namun kita perlu orang yang mampu memimpin perubahan ini, yaitu Prabowo.
Akhirnya kita akan melihat besok, rakyat mayoritas akan memberikan kepercayaan kepada siapa. Kita terima dengan lapang dada siapa pun yang menang.
Hehe, ada yg sepakat dg uraian Bung Faisal tp tdk sepakat soal capres. Mohon baca dg teliti, kawan, uraian itulah yg membuat Bung Faisal memilih Jokowi-JK. Jadi, uraian dan capres satu paket. Kalau Anda setuju uraian tapi tak sepakat capres pilihan Bung Faisal, ibarat Anda makan bubur ayam tapi gak mau pake nasi (yg sudah jd bubur), bahkan tak mau pake air. Tapi, apapun, kita semua bersaudara. #Salam2Jari
Kita tetap menghargai pilihan seseorang. Semoga nantinya menerima siapa pun yang memperoleh kepercayaan terbesar dari rakyat.
Persaudaraan semakin dipererat bagi maslaht bersama. Perbedaan adalah rahmat.
Pak Faisal Basri yang saya hormati, kita bertemu beberapa minggu silam pasca debat Capres yang berlokasi di Hotel Gran Melia, Jakarta.
Terimakasih atas waktu yang diberikan untuk bertukar pikiran. Masukan bapak mengenai apa yang dibutuhkan Indonesia dari sisi ekonomi memberikan motivasi kepada saya untuk melanjutkan Pendidikan Tinggi tingkat Magister yang fokus pada Political Economy.
Saya ingin menyetujui pendapat bapak mengenai “sesat-nya” MP3EI yang diusung oleh Cawapres no. 2 yang meng-claim akan melanjutkan program tersebut bila terpilih bersama Capres no. 1. Menurut saya, terdapat perbedaan kontras sekali antara sudut pandang Visi Prabowo (Big Push Strategy) dengan Peta Pengembangan Ekonomi Nasional saat ini. Akan tetapi, berkali-kali kubu no. 1 berkata bahwa Visi dan Misi mereka sejalan dalam setiap unsur. Jelas sekali terlihat bahwa MP3EI tidak menyokong pengembangan usaha tani, hanya infrastruktur yang tidak jelas dampaknya terhadap industri. Sedangkan Prabowo (sebagai Ketua HKTI), terus menerus menyinggung akan mendukung sektor pertanian pada setiap orasi-retorik yang diberikan.
Mohon maaf kepada pembaca yang mungkin kurang berkenan dengan pendapat ini. Ada pun, limitasi yang saya miliki berdasar pada sudut pandang saya pribadi dan tidak memihak.
Untuk Indonesia yang lebih baik.
terdapat typo:
Paragraf ke-3 “…MP3EI yang diusung oleh Cawapres no. 2” seharusnya “…MP3EI yang diusung oleh Cawapres no. 1 (satu)”
Terimakasih
Terima kasih banyak atas koreksinya. Kesalahan fatal. Padahal sudah dibaca ulang berkali-kali.
Pak Addo, saya agak bingung sebenarnya ketua HKTI sekarang itu siapa. Terima kasih.
PS: Permisi Pak Faisal. Numpang nimbrung. 🙂
Tak mengapa nimbrung, senang bisa jadi tempat berbagi.
Kalau boleh jawab juga, ada dua HKTI, yang satu dipimpin Prabowo, yang satunya Oesman Sapta. 🙂
Saya kok tidak menemukan di paragraph ke-3 itu? Bung Addo boleh bombing saya menemukannya?
Saya pikir typo itu ada pada tulisan saya. Sekarng baru mengerti.
Salam takzim untuk Ibunda, ya.
Senang sekali bisa jumpa dan bincang-bincang sampai tengah malam. Semoga kelelahan kita semua berbuat keceriaan bagi negeri tercinta.
Dari waktu ke waktu kian nyata perbedaan mendasar dari kedua capres. Semoga mata-hati rakyat makin nyata melihatnya.
Lain waktu semoga kita bisa berdiskusi lebih panjang dan mendalam.
Pak. Dulu Pak Faisal pernah jadi pembicara di Seminar Universitas Diponegoro tentang kebijakan Migas Nasional. Semoga suatu saat bisa bertemu di lain acara atau mungkin kuliah. Amin.
Nice article bang! Sad to see that our country is experiencing economic and social degradation during SBY’s terms.
Terima kasih banyak. Saatnya bangkit dengan membenahi akar masalah, pusat syaraf yang selama ini tergencet oleh interest groups dan para free riders.
Reblogged this on .Philo.soft.ly and commented:
Saya memiliki pandangan yang hampir serupa, namun TENTU kalah detil, kalah data, kalah kualitas dan yang paling penting, saya kalah pengetahuan dan pengalaman dibanding Bp Faisal Basri. Karenanya, tulisan ini saya kutip langsung dari blog beliau. Indah makna, kaya data, mekanika alur logika yang seharusnya, dan ramping retorika. Sungguh enak dibaca dan mengayakan pemikiran. Bravo Pak, senang sekali semakin otak ini semakin “keriput” setiap membaca mendengar dan menyimak paparan anda. Suka, banget.
Terima kasih banyak. Semoga kian banyak energy positif menyebar sehingga potensi yang menggelora menghadirkan perubahan mendasar.
Semoga bapak Jokowi dapat mengembalikan jati diri bangsa kita.
Amin. Saatnya Indonesia berubah menjadi jauh lebih baik.
Untuk Pendukung Jokowi
Mayoritas komentar dari pendukung Jokowi yang pikirannya dangkal. Hanya melihat dari kaca mata kuda. Seolah olah politik itu iblis vs malaikat. Politik itu tidak ada yang 100% benar dan 100% salah. Masing masing kelompok politik punya kesalahan dan kebenaran versi nya sendiri.
Pendukung Jokowi sering menuduh Prabowo identik pelanggaran HAM. Padahal saat itu Prabowo selaku Pangkostrad dan 9 orang aktivis diambil oleh tim Mawar Kopassus untuk pengamanan. 9 orang aktivis itu telah dikembalikan hidup hidup segar bugar. Aktivis yang hilang belum ada penyelidikan belum tentu tanggung jawab Prabowo. Yang menarik Prabowo pensiun dari TNI pada Mei 1998 tapi November 1998 ada penembakan Semanggi siapa yang bertanggung jawab ? tahun 1999-2001 ada kerusuhan Solo, Medan, Timor Leste, Kalimantan, Ambon dll siapa yang bertanggung jawab ? saat itu Prabowo sudah pensiun dari TNI.
Di kubu Jokowi ada jenderal dituduh terlibat kerusuhan Timor Leste, pembantaian Tanjung Priok dan Talangsari kenapa tidak diusut ? Di kubu Jokowi ada yang mengampuni koruptor BLBI (korupsi terbesar Indonesia), parpol koruptor terbanyak versi KPK (kepala daerah, DPRD dll), penjual BUMN ke asing, kontrak Gas Tangguh murah ke China, korupsi Tanker Pertamina dan korupsi Bulog. Kenapa tidak diusut ?
Prabowo 24 tahun mengabdi di TNI unit tempur (1974-1998) bertaruh nyawa di hutan dan makan seadanya dengan gaji kecil. Dia berjasa dalam banyak operasi militer. Kemudian di berhentikan tahun 1998 dalam keadaan miskin tak punya rumah. Tapi Prabowo tetap tabah. Prabowo tak mau menembak mahasiswa di MPR dan dilaporkan seorang Jenderal ke Cendana bahwa Prabowo berkomplot dengan mahasiswa dan Prabowo diusir dari Cendana. Prabowo saat menjadi TNI tak mau terima suap dan memberi sumbangan pengusaha kepada prajuritnya. Beda dengan Jenderal lain ada yang terima suap dari pengusaha untuk dirinya.
Prabowo pensiun dari TNI tak jadi direktur BUMN. Beda dengan jenderal lain yang pensiun jadi direktur BUMN. Prabowo IQ nya tingggi 152 setara ilmuwan dan menguasai 5 bahasa (Jerman, Prancis, Arab, Inggris, Belanda). Dengan modal itu Prabowo berbisnis internasional selama 17 tahun (1998-2014). Prabowo baru mulai kaya raya dan punya rumah mewah pesawat jet tahun 2004-2009.
Prabowo dengan uang pribadi menyumbang banyak tempat, memberi bibit padi ke petani, membantu fasilitas olahraga Polo Indonesia dan Pencak Silat Indonesia bisa juara internasional, mengangkat ribuan anak asuh di seluruh Indonesia terutama Indonesia Timur, mengembangkan masjid dan pesantren.
Prabowo kerap blusukan ke pesantren dan tempat terpencil di Indonesia berbaur bersama warga. Prabowo baru tahun 2008 mendirikan Gerindra dan serius terjun ke politik. Prabowo menyumbang banyak ambulans ke berbagai daerah. Gerindra mencalonkan kepala daerah bersih jujur tanpa dibayar. Gerindra tahun 2014 melejit menjadi parpol terkuat ke 3 dengan sedikit pejabat negara. Parpol lain andalkan pejabat negara. Track record Gerindra tahun 2009-2014 dikenal bersih dari korupsi.
Prabowo baru beriklan kampanye besar besaran di media 2 kali yaitu tahun 2009 dan 2014. Selain itu aktivitas Prabowo lebih ke bisnis dan sosial. Beda dengan capres lain yang berkampanye 2005-2014 dengan kebijakan populis dari APBD.
Capres lain gagal atasi banjir macet dan kemiskinan. Prestasinya menata waduk kampung pasar dilakukan banyak kepala daerah. Programnya kartu kesehatan dan pendidikan menumpang program pemerintah BPJS dan BOS. Mobil Esemka yang diklaim embrio mobnas ternyata proyek Diknas untuk SMK dan diimport dari mobil China. Belum lagi kasus Busway berkarat dan penyelewengan dana APBD. Dia mengaku berasal dari keluarga miskin dan sering digusur. Ternyata keluarganya kaya raya dan tak pernah digusur. Kakeknya kepala desa, orang tuanya juragan petani, pamannya pengusaha kayu sukses. Dia dapat warisan keluarga yang berlimpah.
Prabowo dituduh kampanye SARA tapi bisa jadi itu psikologi terbalik. Karena kampanye SARA anti Jokowi cuma tersebar di media sosial. Pembacanya adalah orang Islam abangan (tidak peduli agama memilih Jokowi karena teraniaya) dan orang non Islam (memilih Jokowi karena tak suka kelompok Islam).
Kampanye negatif dan SARA juga menimpa Prabowo di berbagai media dan selebaran. Prabowo dikaitkan dengan kejahatan dan agama tertentu. Menurut LSI, Indo Barometer, Poll Tracking : Prabowo unggul di pemilih pendidikan tinggi dan makmur. Jokowi unggul di pemilih pendidikan rendah dan miskin. Silahkan cari beritanya di internet.
Prabowo meski dihujat media tapi mampu meraup suara 47% (versi Quick Count Jokowi) atau 51% (versi Quick Count Prabowo) cukup besar untuk musuh media. Jokowi cuma mampu meraup suara 53% padahal setiap hari dipuja media.
Pengikut facebook Prabowo ada 8 Juta orang lebih banyak dari pengikut facebook Jokowi 3,5 Juta orang. Facebook Prabowo tahun 2008-2013 hanya punya 3 Juta anggota tapi tahun 2014 meledak menjadi 8 Juta anggota. Setelah debat capres facebook Prabowo bertambah lebih dari 500.000 anggota dibandingkan facebook Jokowi cuma bertambah 150.000 anggota.
Dari pemberi komentar di facebook dan hasil Quick Count per daerah.
Pemilih Prabowo : 40% Jawa, 25% Sunda Banten Betawi Madura, 20% Sumatera, 15% lainnya (Kalimantan dan Indonesia Timur) lebih beragam dan variatif.
Pemilih Jokowi : 50% Jawa, 20% non Islam (Tionghoa, Batak, Dayak, Bali, NTT, Maluku, Papua), 20% Sulawesi (pengaruh JK), 10% lainnya (Sunda, Sumatera dll).
Prabowo menang di 6 suku terbesar Indonesia : Sunda, Banten Betawi, Madura, Minang, Melayu, Jawa santri.
Jokowi menang di 4 suku terbesar Indonesia : Jawa nasionalis, Tionghoa, Batak dan Bugis.
Prabowo mampu menang di Sumut, Aceh, Sumsel, Riau, Kep Riau, Jabar, Banten, Kalsel, NTB, Gorontalo, Malut. Bahkan beberapa diantaranya telak. Prabowo mampu menang di Jaksel dan Jaktim. Prabowo menang di sejumlah kota besar Bandung, Bogor, Tangerang, Bekasi, Palembang, Pekanbaru, Medan, Batam, Banjarmasin dll.
Kubu capres sebelah di masa tenang terus membangun opini bahwa bila Prabowo menang maka curang, Prabowo identik orang jahat dan koruptor dll.
Banyak komentar orang besar seperti Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, pengusaha nasional Sandiaga Uno, KH Abdullah Gymnastiar, Gubernur Bali Mangku Pastika yang menyatakan Prabowo orang baik, jujur, nasionalis dan sering difitnah.
Elektabilitas Prabowo tahun 2014 awal hanya 11% setara dengan Gerindra 12%. Sekarang elektabilitas Prabowo melesat 47%-51% pasti pemilu 2019 Gerindra bisa meraih minimal 20% karena rakyat sudah mencintai Prabowo.
Prabowo tabah dihujat media cuma menegur wartawan secara halus di depan orang banyak pertanda beliau ksatria. Tapi oleh media ditulis Prabowo mengamuk. Padahal yang mengamuk pendukung Capres lain menyerbu stasiun TV One malah dibenarkan
P E M I L U
Harusnya sudah berakhir, walaupun di sosmed orang masih saja memberitakan nya.
Saya sih berharap Pak Prabowo dan teamnya menerima keputusan KPU, dan saya memiliki beberapa alasan.
1. Sebagai seorang manusia Prabowo adalah “pemenangnya”. Di usia tuanya Allah telah menunjukkan keadilan terhadap dirinya. Bukankah sejak 1998 Ia telah “mati”, kehilangan segalanya. Tetapi di pengasingan Ia malah menjadi sangat kaya, dan di Pilpres Ini bahkan Allah telah membersihkan namanya dari tuduhan2 yang dialamatkan kepadanya, terbukti sekarang Ia dipilih hampir 50% rakyat pemilih.
2. Menurut saya Jokowi “terlalu kuat” untuk Prabowo kalahkan, dari awal saya sudah yakin itu, walaupun hasil akhirnya beda cukup tipis. Buat saya justru itu lah ” kekuatan” Jokowi.
Pemilu itu adalah perhelatan POLITIK, oleh karena itu jangan berfikir atau menganalisa dengan cara akademik, sosial, apalagi cara awam. PASTI SALAH.
BERPIKIR LAH SEPERTI POLITIKUS
Politik itu adalah berstrategi untuk memenangkan KEPENTINGAN.
Bisa kepentingan kelompok, negara, agama, perusahaan, dll. Atau semuanya bergabung menjadi satu.
Apalagi pemilu memilih presiden sebuah negara bernama INDONESIA.
Negara yang paling kaya di muka bumi, dengan letak geografis sangat strategis, tentunya akan sangat banyak kepentingan yang terlibat.
Kepentingan siapa ???
Bukan cuma kepentingan orang Indonesia, Tetapi:
NEGARA ASING
,PERUSAHAAN2 BESAR DI DUNIA
KELOMPOK KELOMPOK ELITE
Mereka sangat berkepentingan terhadap, siapa yang menjadi PEMIMPIN dinegri ini, tentunya dengan catatan YANG SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA.
Presiden Indonesia bukan masalah rakyat Indonesia saja, Tetapi MASALAH DUNIA.
Jadi kalau kemampuan berfikir Anda tidak mampu menganalisa, politik kawasan dalam dan luar negri, saya berani garanti SALAH TOTAL.
Kalau kebetulan keputusan Anda sesuai dengan apa yang terjadi, bisa jadi Anda adalah KORBAN POLITIK.
Oleh karena itu saya lebih senang Prabowo menerima keputusan KPU, agar kemenangan sebagai manusia menjadi sangat manis untuk dirinya.
Demikian
selama ini kita terlalu fokus ke bidang politik, apa apa politik, ribut sana sini baik dengan oposisi maupun teman koalisi, jujur meski saya tidak memilih SBY d pilpres 2009, saya menaruh harapan sangat besar krn beliau sudah berani memilih cawapres dari kalangan non parpol, tp apa daya, ternyata SBY malah “tersandera” kasus Century, sungguh kepemimpinan yg lemah selama 10 tahun ini malah memberi stigma buruk bagi demokrasi dan pembangunan Indonesia.
Padahal, politik sejatinya mengusung keadilan. Ironis.
Di satu sisi, saya setuju dengan pandangan bahwa segala sesuatu di Indonesia terlalu difokuskan melalui sudut pandang politik. Namun, itu semua mendasar karena adanya faktor “ketidak-terlibatan” masyarakat non-parpol untuk menggiring segala permasalahan, tantangan, dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Akhirnya, politikus-lah yang terus mengambil alih dan meng-claim bahwa segala ranah kekuasaan adalah milik mereka. Ironis-nya, kemampuan yang dimiliki politikus belum tentu homogen dari segi kualitas dan tujuan daripada perjuangan politikus didasari kepentingan pribadi atau golongan.
Negara kita membutuhkan masyarakat semua untuk sadar politik dan mengambil peran dalam dunia tersebut. Apa pun bentuk kontribusi atau bagian yang diambil, tentu memberikan pemikiran baru dan energi positif secara menyeluruh.
*Komentar ini adalah pribadi, saya harap dapat ditanggapi dan menjadi ilmu/masukan untuk saya.
Lahan bumn timah yg dijarah babel 41 tril menurut Jkw sekembali dari sana, sebenarnya angka hasil ekspornya dimana? Kenapa tidak ditindak dulu dan ditarik royalties. Kalau diasumsikan itu tercatat, apa pengaruh hasil ekspor dan pendapatan negara? Ini tragedi melebihi semua tragedi di Indonesia.
Masukan pendapat tapi realitanya jauh dari panggang
bagaimana refleksi pembangunan sampai tahun 2022 ini Pak Faisal Basri? Sebagai influencer, Anda harus bertanggung jawab dengan melanjutkan grafik dan analisa dari poin-poin yang anda sebutkan di publikasi yg anda buat di tahun 2014 ini.
Betel sekali. Wujud tangngung jawab saya adalah mengoreksi yang bengkok, bukan terus menyanjung-nyanjungnya. Tak terbayangkan lika Prabowo yang mening, kemungkinan bakal lebih parah lagi.