Akhirnya menjadi kenyataan bahwa laju kenaikan harga-harga (inflasi) Juli jauh melampaui target pemerintah sebesar 7,2 persen dan perkiraan banyak lembaga riset. Juga jauh melampaui perkiraan Bank Indonesia sebesar 2,87 persen month to month.
Inflasi bulan Juli mencapai 8,6 persen (year on year) dan 3,29 persen (month to month). yang mengenaskan, penyumbang terbesar adalah makanan (50persen) dan transpor, komunikasi dan jasa keuangan (45 persen). BBM dan cabai menjadi penyumbang terbesar.
Peranan volatile foods yang cukup besar terhadap inflasi bulan Juli seharusnya bisa diredam kalau pemerintah lebih sigap mengantisipasi jauh-jauh hari, karena fenomena ini sudah merupakan ritual tahunan.
Melonjaknya inflasi juga merupakan wujud dari penundaan kenaikan harga BBM. Harga-harga sudah naik lebih dulu , lalu harga BBM bersubsidi naik, kemudian harga-harga naik lagi. Momennya menjelang puasa dan lebaran. Maka maksimallah kenaikan harga-harga pada bulan Juli, tertinggi selama hampir lima tahun terakhir.
Maka bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan Bank Indonesia kembali menaikkan BI rate sehabis lebaran nanti.
Ongkos penundaan memang sangat mahal. Rakyatlah yang paling merasakan dampaknya.


Tinggalkan komentar