Kompas cetak, 31 Agustus 2022, halaman 1

Jakarta – Mengurangi subsidi BBM secara bertahap dan mengalokasikan anggaran ke sektor yang lebih produktif adalah jalan terbaik. Penetapan harga BBM seharusnya berdasarkan formula yang mengacu kepada harga minyak bumi di pasar global, seperti dulu diterapkan pada awal-awal Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Demikian saran pakar ekonomi pembangunan Faisal Basri kepada Pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskal di APBN saat ini.
“Demi kebaikan perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa, secara bertahap subsidi BBM harus dihilangkan,” tulis Faisal Basri dalam kajian berjudul Kebijakan Subsidi BBM: Menegakkan Disiplin Anggaran yang dia rilis kemarin, Minggu (28/08/2022).
Polemik subsidi BBM mencuat menyusul potensi membengkaknya biaya subsidi BBM di APBN di tengah naiknya inflasi dunia karena disrupsi rantai pasok akibat pandemi dan perang. Hal ini memunculkan dilema.
“Subsidi BBM dapat diibaratkan seperti candu yang membuat konsumen terlena dan menimbulkan ketergantungan. Untuk melepaskan diri dari ketergantungan tersebut memang sulit, namun tentu bukan mustahil,” kata Faisal Basri yang mendalami ekonomi pembangunan ini.
Faisal menilai Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah membuat kebijakan yang baik di awal pemerintahannya, dan ini perlu dilaksanakan konsisten. Saat itu, Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres Nomor 191 tahun 2014 yang semangatnya untuk melakukan pengurangan subsidi BBM. Berdasarkan aturan tersebut harga BBM, kecuali minyak tanah yang nominal harganya ditentukan dan minyak solar yang mendapat subsidi maksimum seribu rupiah per liter, ditetapkan berdasarkan formula yang mengacu kepada harga minyak bumi di pasar global, dalam hal ini harga transaksi di bursa minyak Singapura (MOPS).
“Berdasarkan aturan tersebut harga jual eceran BBM diubah setiap bulan sesuai dengan perubahan harga minyak di bursa Singapura. Selain itu, pemerintah tidak perlu mengeluarkan subsidi untuk bensin premium. Subsidi hanya diberikan untuk minyak tanah dan minyak solar,” papar Faisal Basri.
Dalam catatan Faisal Basri, pencabutan subsidi ini berdampak besar pada pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM. Pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM turun tajam dari Rp191,0 triliun pada 2014 menjadi Rp34,9 triliun pada 2015.
Dalam perjalanannya formula ini tak sepenuhnya berjalan, yaitu sejak adanya Perpres Nomor 43/2018 yang memberi kewenangan kepada Menteri ESDM untuk menetapkan harga BBM umum berbeda dengan harga yang dihitung berdasarkan formula. Sejak ini, pemerintah harus membayar kompensasi kepada Pertamina selaku badan usaha yang ditugaskan untuk memproduksi bensin premium, atas kekurangan penerimaan yang disebabkan oleh penetapan harga tersebut.
“Kompensasi atas kekurangan penerimaan BUMN penerima penugasan pada dasarnya bentuk subsidi terselubung,” papar Faisal Basri.
Untuk itu, Faisal Basri mendorong agar Indonesia kembali ke upaya konsisten menghapus kebijakan subsidi secara bertahap, alokasi anggaran subsidi BBM, mendorong produksi minyak bumi, dan peningkatan ketahanan energi.
Langkah-langkahnya antara lain dengan mengembalikan aturan penetapan harga BBM sesuai dengan formula sebagaimana di atur oleh Perpres Nomor 191 tahun 2014.
Sementara kekhawatiran harga BBM berfluktuasi sehingga menyumbang pada inflasi bisa dikurangi dengan memberlakukan dana stabilisasi, harga jual eceran BBM ditetapkan berdasarkan formula perhitungan harga yang sederhana dan mencerminkan keadaan sebenarnya (koefisien berdasarkan data up to date), memperkecil peluang manipulasi dan pemburuan rente di pasar, serta –jika terpaksa masih harus ada– subsidi BBM seyogianya dapat mendorong rakyat melakukan perubahan pola konsumsi BBM dan restrukturisasi industri perminyakan.
Faisal Basri memahami, harga BBM menjadi persoalan sensitif bagi pemerintah karena kebijakan menaikkan harga BBM selalu mendapatkan penolakan dari berbagai kalangan. Namun Pemerintah bisa tetap konsisten di jalan menghapus subsidi BBM meski tidak popular.
“Memerlukan upaya keras untuk meyakinkan masyarakat bahwa kebijakan tersebut diperlukan agar pemerintah dapat menyediakan anggaran cukup untuk kebutuhan lain yang memberi manfaat lebih besar bagi orang miskin,” kata Faisal Basri.*
boleh infokan: saat ini HPP minyak kita seliter berapa, Bang? Kilang kita mampu menampung berapa, Bang?
Saya kirim via email ya
Minta jg emailnya bang…terimkasih
Saya kirim ke alamet email yahoo ya
Sudah saya kirim ke email yahoo ya
Mohon maaf bah yang saya kirim via email yang tertera ditolak.
Assalamualaikum wr wb. Perkenalkan nama saya Yusuf Uno mahasiswa pascasarjana Universitas Hasanuddin, mohon maaf sebelumnya Pak kami dari Komunitas BisaBaca yang bergerak dibidang peningkatan literasi khususnya d Sulsel ingin mengadakan Diskusi Publik secara online dengan tema “Mengkritisi Kenaikan BBM”, Kami berencana mengundang Pak Faisal sebagai salahsatu narasumber dalam kegiatan kami. Mohon kesedian Pak Faisal berkenan menjadi narasumber dalam kegiatan kami, untuk waktu pelakasanaan kegiatan, kami mengikuti jadwal kesediaan dari Pak Faisal untuk menjadi narasumber. Insya Allah surat resmi undangan dan TOR kegiatan kami akan kirim setelah konfirmasi dari Pak Faisal. Atas kesediaan dan responnya kami ucapkan terima kasih semoga Pak Faisal beserta keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin yaa rabbal alamiin
Wa’alaikumussalam wrwb.
Bung Yusuf Uno yb, jika berkenan, silakan atur dengan Ria 08164800148.
Baik Terima kasih Pak Faisal atas atensinya. Semoga bapak beserta keluarga senantiasa dalam Lindungan Allah SWT
Dalam struktur APBN apakah dana kompensasi diklasifikasi sebagai pengeluaran lain pak? angka kenaikannya seperti tidak masuk akal kenaikannya besar sekali, apakah ini kemungkinan ada biaya yg tidak ingin diungkapkan oleh pemerintah pak atau ini merupakan hutang tahun sebelumnya yg blm terbayarkan oleh pemerintah ke BUMN penugasan. mohon tanggapan bapak. thx
Selamat malam pak Faisal.
Izin perkenalkan saya Fildzah Nabilah dari majalah Angkatan Bersenjata. Sehubungan dengan materi pemberitaan edisi perdana majalah Angkatan Bersenjata, kami ingin menampilkan profil dan pandangan bapak terkait kenaikan harga BBM hingga pandangan ekonomi dari bapak. Apabila bapak berkenan untuk diwawancarai, apakah ada nomor atau kontak yang dapat dihubungi?
Terima kasih banyak sebelumnya 🙏🏻
Silakan atur dengan Ria 08164800148.
Sangat menarik ulasannya. Saya ingin bertanya pak, bagaimana cara menghitung nilai Subsidi dan Kompensasi Indonesia hari ini? Apa harga acuan pemerintah terkait BBM? Dan apakah data acuan tersebut bisa di akses oleh publik?