Dua hari ini kata resesi bertaburan dalam pemberitaan. Salah satu berita dari portal jaringan televisi bisnis menurunkan berita dengan judul Resesi Teknikal, IHSG Sesi 1 Tutup di Zona Hijau.
Berikut kutipannya:
“Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY). Ini lebih buruk dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar -4,53%.”
“Artinya, perekonomian Indonesia secara teknikal terkategori memasuki masa resesi, di mana ekonomi menurun dua kuartal berturut-turut, mengekor Singapura, menjadi catatan terburuk sejak 2009.”
Definisi CNBC Indonesia di atas tak lazim digunakan. Lihat saja peraga berikut. Dengan definisi itu, sejak 2015 Indonesia sudah mengalami resesi karena pertumbuhan triwulan keempat dan triwulan pertama tahun berikutnya selalu negatif. Dengan definisi yang sama, Indonesia sudah mengalami resesi sejak triwulan pertama 2020.
Sejak tahun 2010, pola musiman perekonomian Indonesia ditandai oleh pertumbuhan paling tinggi setiap triwulan kedua, turun sedikit pada triwulan ketiga, dan selalu terjadi kontraksi pada triwulan keempat. Mulai tahun 2015 kontraksi juga selalu terjadi pada triwulan pertama.
Pola seperti itu lazim di banyak negara, terutama yang perekonomiannya masih bergantung pada faktor alam atau komoditas primer, terutama sektor pertanian. Juga dipengaruhi oleh masa liburan.

Resesi teknikal yang lebih lazim dipakai adalah pertumbuhan negatif selama dua triwulan berturut-turun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Mengapa disebut teknikal? Karena secara konseptual tidak ada batasan bakunya. Secara konseptual resesi terjadi ketika perekonomian berada dalam periode dari peak sampai trough yang ditandai oleh penurunan tingkat output riil selama bulan tertentu atau triwulan tertentu atau beberapa taun tertentu.
Selengkapnya bisa dilihat di video ini.
Jadi sejauh ini Indonesia belum mengalami resesi teknikal. Jika triwulan III-2020 kembali mengalami kontraksi seperti triwulan II-2020, barulah resmi kita mengalami resesi teknikal.
Kalau kelas rakyat menengah-bawah udah resesi bang..rasanya sulit cari uang untuk pendapatan harian.
Setuju, perlu definisi tegas semacam itu.
Meski secara konseptual bisa lentur.
Kalau makna minus 5,32% bagi rakyat kebanyakan dampak realnya spt apa Bang Faisal?
Trims
definisinya sudah tepat tp perhitungannya menurut saya kurang tepat krn data gdp Indonesia masih belum seasonally adjusted. Harus dihilangkan dulu faktor musiman lalu baru dihitung pertumbuhan QoQ.