Akankah …

Belum ada komentar

Awan kelabu mendekat

Bergerak ke arah Timur

Bergegas kian cepat, bergumpal-gumpal

Mengusir awan seputih kapas di atasnya

*

Pepohonan gelisah

Ingin berlari tapi tak kuasa

Sesekali merunduk memanjatkan doa

Agar badai tak menumbangkannya

*

Senja segera tiba

Mentari muram

Meratapi nasibnya

Yang tak bisa menerangi lagi

*

Lalu hujan rintik-rintik

Membasuh bumi

Melumatkan penat

Menyejukkan nurani

*

Ia tinggalkan sesal

Ia tutup lembaran kemarin

Penanya menggoreskan kertas tak bergaris

Dengan kata-kata penuh asa

***

Lalu, tahun berganti

Harapan tinggal harapan

Diseret rantai besi untuk dikapalkan

Lalu ditenggelamkan di tengah Samudra

*

Ucapan asal diucapkan

Kata-katanya jadi petuah

Diiyakan semua bawahannya

Pusing, bagaimana nantilah

*

Dia berceloteh

Dari mimpinya semalam

Tak perlu lagi memanggil penafsir mimpi

Mimpinya adalah kebenaran

*

Segerombolan kutu merayap satu-satu

Tak disadari telah menyerang keempat kaki kursi

Menyamar serupai warna kursi

Membisikkan hikayat seribu satu malam

*

Tetua negeri menepi

Kuatir kena hardik 

Disenyapkan

Diasingkan

*

Tak perlu dikaji

Tutup mata …

Laksanakan saja

Jadi maka jadilah

*

Batas itu ia terabas

Padahal ia tahu konsekuensinya

Bakal memangsa apa saja

Membawa gelombang derita

*****

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.