Indeks Gini Indonesia menunjukkan perbaikan dalam dua tahun terakhir, bahkan telah berada di bawah 0,4 sehingga masuk kategori ketimpangan rendah. Antara 0,4 sampai 0,5 masuk kategori ketimpangan sedang dan di atas 0,5 tergolong ketimpangan tinggi.

Dilihat dari distribusi pengeluaran (sebagai proksi dari distribusi pendapatan), penguasaan 20 persen penduduk terkaya selama kurun waktu 1963-2009 tidak mengalami perubahan mencolok, hanya berubah di kisaran 40,20 persen hingga 44,77 persen. Sejak 2010 mengalami peningatan relatif tajam hingga mencapai tingkat tertinggi sebesar 49,04 persen pada tahun 2013. Setelah itu sampai 2016 menurun ke aras 47 persen.


Penurunan pangsa 20 persen terkaya beriringan dengan peningkatan pangsa kelompok 40 persen menengah. Sementara itu, 40 persen kelompok termiskin praktis tidak mengalami perubahan berarti sejak 2014, bahkan cenderung sedikit menurun. Pangsa atau perolehan tertinggi kelompok 40 persen termiskin terjadi tahun 1999 yaitu sebesar 22 persen. Krisis parah tahun 1998 sudah barang tentu sangat memukul kelompok terkaya, sehingga pangsa kelompok termiskin otomatis naik walaupun kesejahteraan mereka juga turun.
Jadi, masalah paling berat untuk mengurangi ketimpangan adalah bagaimana mengangkat kelompok pendapatan 40 persen termiskin. Titik berat kebijakan harus menyasar ke kelompok termiskin ini, karena nasib mereka paling rentan. Kebanyakan mereka mengandalkan hidup dari sektor pertanian di pedesaan. Harga gabah yang belakangan ini anjlok hingga mencapai Rp 2.000 per kg merupakan contoh terkini. Harga produk-produk yang dihasilkan petani naik lebih lambat ketimbang harga barang dan jasa yang dibeli petani sehingga indeks nilai tukar petani menunjukkan kecenderungan menurun dalam dua tahun terakhir. Demikian pula dengan upah riil buruh tani.


Upah riil pekerja secara keseluruhan juga turun, yang menunjukkan kaum miskin di perkotaan juga kian sulit meningkatkan kesejahteraannya.

Indikator terkini yang memperkuat konstatasi bahwa kelompok berpendapatan terendah semakin tertekan adalah kemerosotan cukup tajam penjualan sepeda motor dalam dua tahun terakhir. Kelompok miskin semakin sulit membeli sepeda motor baru, namun mereka tetap membutuhkannya. Mereka pindah membeli sepeda motor bekas. Informasi dari kalangan pelaku usaha memang menunjukkan peningkatan penjualan sepeda motor bekas.

Sebaliknya, nasib kalangan menengah ke atas tampaknya mulai menunjukkan perbaikan, antara lain terlihat dari penjualan mobil pada tahun 2016 kembali meningkat (sebesar 4,8 persen). Dua tahun berturut-turut sebelumnya penjualan mobil mengalami penurunan.
