Indonesia merupakan produsen otomotif terbesar kedua di ASEAN.

Sejak 2014 penjualan otomotif di Indonesia terbesar di ASEAN, menyusul Thailand.

sebagian besar mobil yang terjual di Indonesia adalah passanger cars, sedangkan di Thailand dan Filipina yang dominan adalah commercial cars.

Komposisinya tidak mengalami perubahan berarti sejak 2007.
Di Indonesia, pengelompokan jenis mobil berbeda. Ini terkait dengan struktur insentif dan sejarah perkembangan otomotif di Tanah Air.

Sejarah industri otomotif di Indonesia cudah cukup panjang. Jatuh-bangun sangat dipengaruhi kebijakan.

Tahun lalu industri otomotif Indonesia memasuki sejarah baru dengan mencatatkan surplus perdagangan.

Menyukai ini:
Suka Memuat...
Diterbitkan oleh faisal basri
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
Pak FB, dari tabel terakhir terbaca bahwa sebelum tahun 2015, value dari neraca X-M bernilai negative (defisit), tetapi jumlah unit X-M justru mengalami surplus. (Sedangkan perbandingan komposisi dari passenger dan commercial vehicles yang diproduksi relative stagnan dari tahun ke tahun.) Apa penjelasannya, pak?
Juga, bagaimana menyikapi perjanjian transfer teknologi dari produsen, misalnya MIDEC – IJEPA (Indonesia – Jepang) yang belum sepenuhnya terealisasi juga?
Terima kasih.
Sangat boleh jadi nilai impor yang lebih besar dari ekspor karena mobil yang diimpor jauh lebih mahal ketimbang mobil yang kita ekspor.
Ikhwal tak banyak perubahan dalam komposisi passenger cars dan commercial car bisa dipahami karena tidak ada perubahan berarti dalam komposisi produksi mobil di Indonesia yang kebanyakan mobil penumpang. Kalau kita lihat komposisi berbasarkan perlakuan kebijakan juga tak banyak mengalami perubahan. Porsi sedan turun tapi muncul LCGC.
Saya tidak mengikuti perkembangan terakhir MIDEC-IJEPA. Namun tampak ada kemajuan, khususnya di grup Toyota. Mereka cukup gencar menambanh investasi dan untuk beberapa jenis mobil, kandungan lokal sdh tinggi. Ekpor pun makin ke banyak negara.
Btw, apakah X-M bisa di break down per brand?
Hallo pak, saya hanya bisa sedikit membaca kurva di atas, bahwa indonesia pernah menjadi pasar mobil terbesar asean di tahun 2013, saya kurang bisa membaca kurva, dan itu yang membuat nilai statistik saya jelek, hehe, saya berniat untuk meminta dukungan bapak untuk artikel Nissan X-trail Mobil SUV Tangguh dan Sporty Terbaik agar bisa setidaknya ikut memeriahkan kontes seo nissan dan bisa bertahan atau bahakan bisa menjadi pemenang. salam kenal pak
Pak, saya ada pertanyaan mengenai kendaraan 4×4. Kenapa mahal sekali ya? Padahal kita yg dipelosok sangat perlu kendaraan tsb karena infrastuktur yg jelek.
Karena produksinya relatif sedikit, jadi jauh dari economies of scale, sehingga unit costnya tinggi.