Sudah empat tahun nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan. Nilai ekspor tahun 2015 turun 26,1 persen dibandingkan tahun 2011. Memasuki tahun 2016 penurunan ekspor berlanjut. Pada Januari 2016 nilai ekspor tercatat sebesar 10,5 miliar dollar AS, turun dibandingkan bulan yang sama tahun lalu sebesar 13,24 miliar dollar AS maupun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,92 miliar dollar AS. Penurunan nilai ekspor terjadi untuk migas maupun nonmigas.
Indonesia maupun negara-negara tetangga ASEAN menghadapi lingkungan ekonomi dunia yang sama, namun kinerja ekspor Indonesia paling parah. Vietnam menunjukkan kinerja paling bagus, terus menerus naik dalam empat tahun terakhir.
Jangan bangga dengan transaksi perdagangan yang surplus kalau itu disebabkan oleh penurunan impor yang lebih cepat dari penurunan ekspor, apalagi surplusnya hanya 50 juta dollar AS pada januari 2016. Dua bulan sebelumnya (November dan Desember 2015) transaksi perdagangan mengalami defisit.
Karena sekitar tiga per empat impor berupa bahan baku dan penolong, penurunan impor mencerminkan kegiatan industri yang melemah. Ditambah kenyataan bahwa banyak produk ekspor manufaktur yang memiliki kandungan impor tinggi, sehingga pada gilirannya memperlemah ekspor.
Sudah saatnya pemerintah lebih memerhatikan sektor tradable, khususnya industri manufaktur, karena sektor ini menjadi tumpuan kebangkitan ekspor yang berkelanjutan.
Kemarin lihat metro tv tanaman karet pada ditebang di sumatra
Di masa lalu ada dana pemerintah untuk bantu petani meremajakan tanaman karet dengan pinjaman lunak.
Katanya harganya 5000 per kilo bang..ngak bisa buat makan..kalau di tebang terus eksport karet makin berkorang dong.apalagi kalau prediksi imf betul harga minyak 15$per barel janggan2 sawit juga ditebang