Pertumbuhan ekonomi hanya mampu menjelaskan kemajuan perekonomian secara material dan agregat. Besaran pertumbuhan tidak bias menjelaskan apakah hasil dari pertumbuhan itu dinikmati oleh mayoritas masyarakatnya. Bisa saja pertumbuhan ekonomi menghasilkan ketimpangan yang makin buruk.
Makalah yang ditulis oleh Montfort Mlachila, René Tapsoba, dan Sampawende J.A. Tasoba berjudul ” A Quality of Growth Index for Developing Countries: A Proposal (IMF Working Paper No. WP/14/172, September 2014) menawarkan ukuran yang lebih inklusif dengan mengedepankan tidak hanya pengukuran pertumbuhan konvensional melainkan juga memasukkan dimensi sosial.
Pengukuran kualitas pertumbuhn yang mereka tawarkan masih jauh dari sempurna karena hanya memasukkan unsur pendidikan dan kesehatan dasar dalam dimensi sosial.
Namun, setidaknya kedua indikator itu tergolong yang utama yang menentukan kualitas hidup manusia. Jika suatu negara memiliki indkator kesehatan dan pendidikan yang baik dan merata, sudah barang tentu akses masyarakat untuk menikmati hasil pertumbuhan bakal lebih terbuka.
Kajian Mlachila, dkk. menggunakan sampel 93 negara dengan kurun waktu observasi 1990-2011.
Secara keseluruhan posisi Indonesia cukup baik. Sempat terpuruk di urutan ke-28 pada kurun waktu 2000-04, Indonesia menyeruak ke posisi lima besar dengan peningkatan indeks dari 0,728 menjadi 0,800. Pada kurun waktu 2005-11, Indonesia menyusul Malaysia, tetapi masih tertinggal satu peringkat dari Vietnam. Sejak 1995 Vietnam selalu bertengger di posisi lima besar.
Posisi lima terbawah selalu ditempati negara-negara Afrika.
Bagaimana kira-kira posisi Indonesia sekarang? Semoga lebih baik.
Masih kalah jauh dengan Indonesia., Kotanya jorok dan masih banyak orang miskin