Pada 5 Januari 2014, saya menayangkan tulisan di sini berjudul “Timor-Leste Sudah Menyusul Indonesia?” (http://wp.me/p1CsPE-HP). Banyak teman yang meragukan kenyataan ini. Memang, indikator yang jadi acuan sangat bersifat makro, namun indikator pendapatan per kapita paling lazim digunakan untuk melakukan perbandingan antar negara. Indiaktor yang sudah ada dalam tulisan sebelumnya sengaja ditampilkan lagi di sini supaya bisa memperoleh gambaran yang lebih lengkap.
Indonesia tergolong cukup lama bertengger di kelompok negara berpendapatan rendah. Baru pada tahun 2004 Indonesia memasuki kelompok Negara berpendapatan menengah-bawah.
Berdasarkan indikator Gross National Income per capita, Atlas method, Indonesia menduduki urutan ke-137 di dunia, sedangkan Timor-Leste di urutan ke-133.
Indonesia lebih jauh tertinggal dari Timor-Leste jika menggunakan indikator Gross National Income per capita berdasarkan purchasing popwer parity (PPP) dalam international US dollar. Indonesia di posisi ke-146, sedangkan Timor-Leste di urutan ke-130. Indikator ini telah memperhitungkan perbedaan daya beli dalam US$, sehingga semakin kerap digunakan untuk lebih mencerminkan perbandingan daya beli penduduk antarnegara. Satu dollar AS di Indonesia bisa lebih banyak barang ketimbang satu dollar AS di London, misalnya.
Timor-Leste menyusul Indonesia pada tahun 2007 dan setelah itu selalu berada di atas Indonesia, baik berdasarkan indikator Atlas method maupun PPP.


Sejak tahun 2002 pertumbuhan ekonomi Timor-Leste hanya empat kali lebih rendah dari Indonesia. Bahkan, sejak tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Timor-Leste selalu lebih tinggi dari Indonesia. Sejak tahun 2007 pula pertumbuhan ekonomi Timor-Leste hamper selalu mencapai dua digit.
Timor-Leste merupakan salah satu negara yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi di dunia.
Beberapa komentar atas tulisan terdahulu mengatakan tidak fair membandingkan Indonesia dengan Timor-Leste, karena negara tetangga dekat ini penduduknya sangat sedikit. Kenyataannya, dibandingkan dengan penduduk yang cukup besar atau lebih banyak pun, kita tertinggal. Contohnya dengan China. Pakai ukuran GDP per capita pun hasilnya sama. Kita cukup lama selalu di atas China. Akan tetapi, sejak 2007 China menyusul Indonesia dan kian hari kesenjangannya semakin lebar.
Sebetulnya, posisi negara-negara berkembang di Asia Timur relatif setara pada awal era pembangunan setelah memperoleh kemerdekaan. Satu-satunya negara Asean yang kita susul adalah Filipina yang sengaja datanya tak ditampilkan pada peraga di bawah. Peraga itu menunjukkan memang Indonesia yang perkembangannya paling lambat.

Kita memiliki faktor pendukung lebih dari cukup untuk bangkit, lebih cepat menghapuskan kemiskinan, memajukan kesejahteraan rakyat, dan berkeadilan. Bangkitlah Indonesiaku.
Dari semua grafik tersebut,dalam dekade terakhir grafik selalu menanjak. Kita mesti optimis untuk jaga tren tersebut tren kenaikannya menjadi lebih tajam lagi..
Kita memiliki potensi luar biasa untuk mengakselerasikan pembangunan, mempercepat hapusnya kemiskinan, dan menyejahterakan rakyat yg berkeadilan.
Reblogged this on satutimor.com.
Wah .. nggak nyangka… gimana 10 tahun lagi…?
Ada secercah harapan, saya optimistik di tangan generasi baru yg tak punya beban sejarah, kita bakal lebih cepat maju.
Mohon ijin di share ke FB , pak.
Terima kasih.
Dengan senang hati.
Dear Mr Faisal, May I ask to publish in my own blog?? Waiting for your response.. Thanks
My pleasure. Thank you.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/03/12/indonesia-tidak-lebih-buruk-dari-timor-leste-640916.html