Berita Tribunnews.com bertajuk “Demi Rupiah, Moeldoko Siap Jual Dollar Simpanan” (http://wp.me/p1CsPE-vt) cukup menyejukkan. Jenderal Moeldoko dengan lugas menyatakan siap menjual dollarnya demi penguatan rupiah.
Semoga niat luhur ini segera direalisasikan dan diikuti oleh seluruh jajaran TNI/Polri dan juga memantik kesadaran moral para pejabat tinggi untuk berbuat serupa.
Ada baiknya langkah bakal Panglima TNI menjual dollar diberitakan secara meluas agar rakyat mengetahui tindakan nyata yang dilakukan para petinggi negeri dan menimbulkan rasa malu bagi para pejabat tinggi sipil yang belum tergerak mengikuti langkah tersebut.
Jenderal Moeldoko secara jujur mengatakan akan menyisakan dollarnya untuk kebutuhan sekolah anaknya di luar negeri. Tak mengapa. Namun, alangkah lebih elok kalau tak kepalang tanggung, jual semua kekayaan dollar yang ada secepatnya. Kalau tiba kebutuhan mengirim uang bulanan atau uang kuliah, kala itulah membeli dollar.
Dengan sikap tegas begitu, Jenderal Moeldoko memiliki landasan moral yang kuat untuk mengajak anak buahnya berbuat serupa. Kalau perlu perilaku beternak dollar dijadikan salah satu unsur penilaian kondite prajurit. Rasanya ini selaras dengan nilai-nilai inti Sapta Marga, tak akan sedikit pun mencederai Ibu Pertiwi kapan pum apalagi ketika sedang bermuram durja karena hantaman krisis. Nilai-nilai inti abdi negara pun harus begitu.
Ada juga yang beralasan menyimpan dollar karena sering bepergian tugas ke luar negeri. Belilah dollar kala satu dua hari menjelang keberangkatan. Kalau melakukan tugas negara, bukankah negara sudah memberikan uang bekal dalam bentuk dollar.
Saya punya pengalaman berkesan tahun 1998. Kala itu saya menghadiri seminar di Tokyo. Setelah acara selesai saya mengajak rekan dari Korea ke toko buku. Kebetulan masih ada uang saku tersisa. Teman Korea mengatakan: “Dalam keadaan krisis begini, sedapat mungkin satu sen pun tak akan saya belanjakan di luar negeri.” Saya akhirnya mengurungkan niat beli buku, malu pada diri sendiri.
Semoga kepeloporan Jenderal Moeldoko cepat menular ke segenap anak bangsa, termasuk pengusaha.
Kalau bukan kita sendiri, kepada siapa lagi kita berharap bagi perbaikan nasib bangsa.