faisal basri

wear the robes of fire — kesadaran nurani dan akal sehat


Tak sedikit para ahli sekalipun yang meyakini keharusan untuk mengolah sumber daya alam yang kita miliki. Semakin diolah ke industri hilir, semakin besar nilai tambah yang bakal tercipta dan semakin besar kuentungan yang didapat.

Lalu muncul hitung-hitungan yang fantastik. Kalau semua diolah dengan membangun industri pengolahan hasil laut, betapa besar nilai tambah yang bakal tercipta dan berapa banyak lapangan kerja baru bermunculan.

Kita tak bisa menyamaratakan perlakuan terhadap kekayaan alam laut kita itu. Misalnya lobster. Foto di bawah saya unduh dari news.nationalgeographic.com.

lobster-02

Lobster hidup harganya paling mahal. Jika kita bersantap di kedai yang menyediakan lobster hidup dan kita memilih sendiri, maka kita harus membayar mahal. Jika lobsternya sudah tak bernyawa, harganya akan jauh lebih murah. Dan jika diolah lebih jauh, dikuliti sehingga tinggal dagingnya saja serta dikemas dalam kaleng, maka harganya akan lebih jatuh lagi.

Berbeda halnya dengan mutiara. Jika diolah secara modern dengan teknologi tinggi, lalu bersertifikat, maka harganya akan selangit.

Sebagai negara maritim, kita harus menguasai teknologi kelautan dan bisnis khas maritim. Tak semua bisa gunakan pendekatan dan cara pandang berbasis darat.

Posted in

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.