Teman-teman podcast Asumsi Bersuara mengundang saya untuk ketiga kali pada 24 Januari 2022. Kami berdiskusi tentang ibu kota baru.
Diskusi lengkap bisa didengarkan di sini.
Bahan pendukung tersedia dalam bentuk pdf di bawah ini:
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Diterbitkan oleh faisal basri
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
Saya baca pdf nya ringkas, padat, dan jelas. Di kesempatan sebelum-sebelumnya, Bang Faisal sudah melengkapi dengan beberapa data. Saya berpikir, “Bukankah pemerintah pasti punya data pendukung yang berbeda?” Sehingga, rakyat bisa berdiskusi berdasar data dan analisis. Apakah sulit hal semacam itu dilakukan oleh Indonesia?
Terima kasih.
Kalau saya sih terserah IKN pindah atau tidak, tetapi Jakarta jangan dibiarkan tenggelam. Pemerintah pusat dan pemprov DKI bahu membahu please bikin program “Save Jakarta” dari sekarang. Kalau perlu diadakan Menteri Khusus Penyelamatan Jakarta. Mau Pak Luhut (sahabat Pak Jokowi) atau Pak Fadli Zon (kritikus Pak Jokowi) atau Profesor antah berantah yang ditunjuk sebagai menterinya, saya tidak peduli. Bagi saya yang rakyat kecil bukan cebong bukan kadrun, yang penting orang yang ditunjuk mengesampingkan ego, mau bekerjasama dengan Gubernur DKI dan mau dibantu Tim ahli yang jago tata air dan tata kota bekerja menyelamatkan Jakarta. Kalau perlu sekalian hire beberapa ahli/insinyur dari Belanda yang negaranya terkenal bisa survive di bawah permukaan laut di dalam Tim itu. Terlepas dari apakah nantinya Jakarta masih IKN atau bukan, dosa besar kalau pemerintah membiarkan Jakarta tenggelam ketika masih ada usaha yang bisa dilakukan untuk Jakarta mulai dari sekarang.
Kongkrit
Saking penasaran baca 45 tokoh menolak IKN di laman kompas.com, akhirnya sy mencari tahu lebih lanjut sosok Pak Faisal Basri.
Saya menemukan artikel ini dan membaca laman pdf nya.
Mungkin saya melihat megaproyek dan bisa dikata proyek ambisius Pak Jokowi menjadikan IKN Nusantara ini opsi untuk meratakan perekonomian Indonesia, juga selain menjadi salah satu solusi “bola bundet” Jakarta yang tiap kali berganti gubernur permasalahan yang dihadapi sama. Jakarta singkat kata “hampir tenggelam” dalam arti sesungguhnya.
Secara hitung-hitungan pastilah, dalam memulai sesuatu usaha besar dan ambisius belum bisa untung di awal, namun target untuk mencapainya pastilah harus diusahakan. Justru ini tantangan untuk pengganti Jokowi nantinya, bukan malah dikatakan Jokowi jadi 3 periode utk selesaikan masalah ekonomi yg lebih melebar karena IKN Nusantara terus dibangun.
Presiden berikutnya justru harus bisa menyamakan kedudukan dengan Jokowi, atau justru harus mengungguli kreativitas Jokowi untuk bisa mewujudkan Indonesia yang jauh lebih maju. Harus itu. Bagaimanapun juga Presiden berikutnya harus lebih hebat dari Jokowi. Karena keadaan saat ini pembangunan sudah dilaksanakan Jokowi, pekerjaan presiden selanjutnya harus mampu memenuhi pundi-pundi keuangan dengan cara yang inovatif dan kreatif.
Mungkin presiden selanjutnya berangkat dari pakar ekonomi seperti Pak Faisal Basri yang paham ekonomi dan bisa menghasilkan banyak pundi-pundi keuangan negara dan justru bisa lebih unggul kemampuan manajemennya dari Pak Jokowi dan jajarannya? Toh teori sudah di luar kepala, cara meningkatkan ekonomi negara, ekonomi rakyat juga sudah memiliki bayangan seharusnya bagaimana dan strateginya apa, arahnya kemana.
Jadi bagaimana jika Pak Faisal Basri dan 44 tokoh lain yang meneruskan kemajuan Indonesia?