Jumlah orang dewasa di Indonesia yang memiliki akun di bank atau lembaga keuangan lainnya masih relatif sangat sedikit. Pada tahun 2011 hanya 19,6 persen. Pada tahun 2014 jumlahnya meningkat pesat menjadi 36,1 persen. Peningkatan ini terbantu oleh definisi yang lebih luas dengan memasukkan mobile account.
Penetrasi telepon genggam yang sangat tinggi dan tersebar sampai ke pelosok negeri, nyaris 100 persen, membuat pelayanan perbankan dapat merambah luas, jauh melampaui jumlah kantor bank umum yang hanya 18.114 dan bank perkreditan rakyat sebanyak 4.656 (per Oktober 2013).
Namun, financial inclusion index Indonesia masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan rerata Negara Asia Timur dan Asia Tenggara yang pada tahun 2014 sudah mencapai 69 persen. Yang tertinggi adalah Singapura (98,2 persen), disusul oleh Malaysia (80,7 persen), China (78,9 persen), dan Thailand (78,1 persen). Negara yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) seluruhnya memiliki indeks yang juga jauh lebih tinggi dari Indonesia.
Indonesia hanya unggul dibandingkan dengan Gilipina, Vietnam, dan Kamboja.
Penetrasi lembaga keuangan bias meningkat pesat jika bisa memanfaatkan teknologi komunikasi. Jumlah kantor cabang bank diperkirakan tidak bisa bertambah secara signifikan dalam jangka dekat dan menengah.
Faisal Basri is currently senior lecturer at the Faculty of Economics, University of Indonesia and Chief of Advisory Board of Indonesia Research & Strategic Analysis (IRSA). His area of expertise and discipline covers Economics, Political Economy, and Economic Development.
His prior engagement includes Economic Adviser to the President of Republic of Indonesia on economic affairs (2000); Head of the Department of Economics and Development Studies, Faculty of Economics at the University of Indonesia (1995-98); and Director of Institute for Economic and Social Research at the Faculty of Economics at the University of Indonesia (1993-1995), the Commissioner of the Supervisory Commission for Business Competition (2000-2006); Rector, Perbanas Business School (1999-2003).
He was the founder of the National Mandate Party where he was served in the Party as the first Secretary General and then the Deputy Chairman responsible for research and development. He quit the Party in January 2001. He has actively been involved in several NGOs, among others is The Indonesian Movement.
Faisal Basri was educated at the Faculty of Economics of the University of Indonesia where he received his BA in 1985 and graduated with an MA in economics from Vanderbilt University, USA, in 1988.
Lihat semua pos dari faisal basri
1 comments on “Financial Inclusion Index Indonesia Masih Sangat Rendah”
Index of Financial Inclusion ini cukup multidimensi ya, bang.
Tantangan bagi sektor keuangan/ finansial untuk melakukan ‘blusukan’. Idealnya, konsep layanan keuangan digital berpenetrasi ke zona yang sebelumnya termajinalkan. Sedikit ambigu, apakah indeks ini merepresentasikan daerah ‘over-banked’ atau ‘under-banked’. Dengan tujuan untuk memudahkan transaksi non tunai, suatu keharusan akan ketersediaan jaringan, sinyal kuat, edukasi, antisipasi terhadap crime-opportunity yang ditimbulkan, dsb.
Oya bang, cukup menarik in-casu Cambodia yang mengalami penurunan indeks, mengingat in-complexu hampir semua negara mengalami peningkatan. Kira-kira apa penyebabnya, agar menjadi pelajaran buat negara kita.
Terima kasih.
Index of Financial Inclusion ini cukup multidimensi ya, bang.
Tantangan bagi sektor keuangan/ finansial untuk melakukan ‘blusukan’. Idealnya, konsep layanan keuangan digital berpenetrasi ke zona yang sebelumnya termajinalkan. Sedikit ambigu, apakah indeks ini merepresentasikan daerah ‘over-banked’ atau ‘under-banked’. Dengan tujuan untuk memudahkan transaksi non tunai, suatu keharusan akan ketersediaan jaringan, sinyal kuat, edukasi, antisipasi terhadap crime-opportunity yang ditimbulkan, dsb.
Oya bang, cukup menarik in-casu Cambodia yang mengalami penurunan indeks, mengingat in-complexu hampir semua negara mengalami peningkatan. Kira-kira apa penyebabnya, agar menjadi pelajaran buat negara kita.
Terima kasih.