Lanjut ke konten

faisal basri

  • About
  • Contact
  • Contact

Tag: balance of payments

5 Sep 201829 Jan 2019 faisal basri Ekonomi Internasional, Makroekonomi, Monetary Policy

Jurus Meredam Pelemahan Rupiah Lewat Pemahaman Akun Lancar (Current Account)


Screen Shot 2018-09-05 at 00.58.10

Neraca pembayaran (balance of payments) adalah ringkasan seluruh transaksi ekonomi suatu negara dengan luar negeri yang disusun secara sistematis selama kurun waktu tertentu (setahun atau satu triwulan atau satu semester). Neraca pembayaran Indonesia disajikan dalam dollar AS. Ada juga negara yang menyajikannya dalam mata uang lokal. Setiap transaksi yang menghasilkan valuta asing (dalam tulisan ini dollar AS) dicatat dengan tanda + (plus/positif), sebaliknya transaksi yang menguras devisa dicatat dengan tanda – (minus/negatif).

Secara sederhana, neraca pembayaran terdiri dari dua kelompok besar. Pertama adalah akun lancar (current account) yang di Indonesia–entah mengapa–lebih dikenal dengan istilah transaksi berjalan. Akun lancar terdiri dari ekspor dan impor barang dan jasa, baik jasa faktor produksi (upah/gaji untuk balas jasa tenaga kerja, bunga untuk balas jasa modal, dan laba atau repatriasi laba untuk balas jasa pengusaha atau pemilik perusahaan), serta selebihnya adalah jasa non-faktor produksi seperti transportasi, asuransi, dan turisme.

Jika akun lancar surplus, berarti suatu negara lebih banyak menjual barang dan jasa ke luar negeri ketimbang membeli barang dan jasa dari luar negeri. Dengan kata lain, di dalam “saku” negara itu ada kelebihan valuta asing. Sebalikya, jika akun lancar defisit, berarti di “saku” negara itu tidak ada valuta asing tersisa, malahan tekor. Ketekoran terjadi karena membeli barang dan jasa dari luar negeri (impor) lebih banyak daripada menjual barang dan jasa ke luar negeri (ekspor).

Indonesia jarang sekali menikmati surplus akun lancar. Pada peraga di bawah, surplus akun lancar terjadi pada tahun 2010 dann 2011. Setelah itu selalu mengalami defisit (tekor).

Mirip dengan kondisi keuangan rumahtangga, khususnya keluarga muda, sesekali tekor atau defisit keuangan adalah hal biasa. Jika pengeluaran rumahtangga lebih besar dari pendapatan, kekurangannya bisa ditutupi dari tabungan, pinjaman dari bank, pinjaman tanpa bunga dari orang tua, atau menjual harta warisan.

Suatu negara mengalami defisit akun lancar juga lazim asalkan terkendali atau tidak kronis. Negara berkembang bisa mengimpor barang modal dan teknologi yang belum mampu dihasilkan di dalam negeri walaupun tidak memiliki cukup dana. Ketekorannya dituutp dengan berutang ke luar negeri atau mengundang modal asing membangun pabrik. Berutang ke luar negeri bisa dalam bentuk utang bilateral dan multilateral ataupun menerbitkan surat utang (obligasi).

Kelompok kedua adalah capital account dan financial account, yang berfungsi untuk menutup defisit akun lancar. Jumlah capital account sangat kecil. Untuk menyederhanakan analisis, bisa kita abaikan.

Jika defisit akun lancar lebih besar dari surplus akun finansial, maka neraca pembayaran mengalami defisit dan defisit itu ditutupi oleh cadangan devisa. Untuk mengetahui neraca pembayaran mengalami surplus atau defisit, langsung saja tengok pos Reserves and Related Items. Jika pos ini bertanda positif berarti neraca pembayaran mengalami defisit dan sebaliknya jika bertanda negatif berarti neraca pembayaran menikmati surplus.

Pos Net Errors and Omissions berfungsi menampung transaksi luar negeri yang tak terlacak dan kesalahan pencatatan.

Screen Shot 2018-09-04 at 23.21.53

Mari kita fokus ke akun lancar yang dipandang sebagai akar masalah pelemahan rupiah belakangan ini.

Sejak 2012 Indonesia mengalami defisit akun lancar. Pada 2018 sampai semester pertama, defisit akun lancar membengkak dua kali lipat dibandingkan semester pertama tahun sebelumnya.

Untuk perdagangan barang, kita masih menikmati surplus. Sayangnya pada semester I-2018 surplus perdagangan terjun bebas menjadi 2,6 miliar dollar AS dari 10,5 miliar dollar AS pada semester I-2017. Lebih parah lagi, pada triwulan II-2018 surplus perdagangan terkikis hingga hanya 289 juta dollar AS, jauh lebih rendah dari triwulan I-2017 sebesar 4,8 miliar dollar AS.

Sementara itu, minyak (minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) kian menggerogoti akun perdagangan. Defisit minyak meningkat sebesar 2 mi,iar dollar AS lebih, dari 6,39 miliar dollar pada semester I-2017 menjadi 8,43 miliar dollar AS pada semester I-2018. Syukurlah surplus gas pada periode yang sama meningkat 600 juta dollar sehingga defisit migas lebih kecil dari defisit minyak. Defisit akun lancar juga sedikit terbantu oleh penurunan defisit jasa.

Screen Shot 2018-09-04 at 23.21.57

Pos yang paling menghantui defisit akun lancar adalah Primary income. Pos ini mencatatkan defisit32,8 miliar dollar AS pada tahun 2017. Tak terlihat tanda-tanda meyakinkan bahwa defisit Primary income bakal berkurang secara signifikan tahun ini.

Penyumbang terbesar dan dominan terhadap defisit Primary income adalah Investment income, terdiri dari: pendapatan penanaman modal asing, pendapatan investasi portofolio, dan pendapatan investasi lainnya.

Repatriasi laba perusahaan asing yang melakukan investasi langsung di Indonesia menyedot hampir dua pertiga dari Investment income. Besarnya laba yang dibawa pulang (repatriasi laba) investor asing ini tidak diimbangi oleh peningkatan ekspor karena semakin sedikit penanaman modal asing langsung yang berorientasi ekspor. Salah satu contoh adalah dominasi asing di perusahaan operator telepon seluler dan jasa-jasa lainnya. Mereka menikmati pertumbuhan tinggi di pasar domestik dan praktis sangat kecil sumbangannya terhadap devisa. Sebaliknya, hampir semua barang modal yang diperlukan didatangkan dari luar negeri.

Defisit pendapatan investasi portofolio terutama berupa pembayaran bunga utang luar negeri. Tak mengagetkan tentu saja, karena utang pemerintah naik pesat dalam 3mpat tahun terakhir.

Dari pemaparan di atas terlihat dengan jelas prioritas untuk membantu penurunan defisit akun lancar. Pertama, pemerintah perlu berupaya keras membujuk perusahaan asing untuk menahan sebagian labanya dan diinvestasikan kembali di Indonesia. Tentu pemerintah perlu secepat mungkin menyusun skema insentif yang membuat mereka tertarik menanamkan kembali sebagian keuntungannya di sini. Kata kuncinya adalah tingkat laba yang lebih tinggi dari alternatif investasi di negara asalnya dan di negara tetangga serta kepastian usaha. Sepertiga saja yang diputarkan kembali di Indonesia akan sangat membantu penurunan defisit akun lancar.

Langkah-langkah lain telah mulai dijalankan oleh pemerintah, semisal mencampur solar dengan 20 persen biofuel (B20) dan memajukan pariwisata.

Semoga kita segera terlepas dari tekanan berat. Krisis finansial global tahun 2008 berhasil kita lalui. Kita juga cepat pulih dari gejolak 2013 dan 2015. Jika segala potensi yang sejauh ini masih berserakan berhasil kita himpun dan mobilisasikan, tekanan yang kita hadapi sekarang pun rasanya bisa kita lewati.

***

16 Agu 201323 Agu 2013 faisal basri Ekonomi Internasional, Makroekonomi

Neraca Pembayaran Memburuk dan Strukturnya Kian Rentan


Kita semakin memahami lebih mendalam mengapa nilai rupiah kian melemah selama dua tahun terakhir dengan dipublikasikannya data neraca pembayaran (balance of payments) triwulan II-2013 pada 16 Agustus 2013.

Neraca pembayaran terdiri dari dua bagian. Pertama, akun semasa (current account) yang terdiri dari ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa. kedua, transaksi modal dan finansial yang terdiri dari investasi langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portfolio investment). 

Selain kedua kelompok itu, ada pos yang bukan merupakan transaksi. Pertama, selisih perhitungan bersih (net errors and omissions) yang menampung kesalahan pencatatan maupun ketidakcocokan perhitungan. Kedua, cadangan devisa dan yang terkait (reserves and related items) yang merupakan pos penyeimbang, sehingga jika keseluruhan pos neraca pembayaran dijumlahkan maka nilainya sama dengan nol. Pos terakhir ini sekaligus menunjukkan surplus/defisit neraca pembayaran atau pertambahan/pengurangan cadangan devisa. Jika angka pada pos reserves and related items bertanda negatif, berarti terjadi surplus neraca pembayaran dan cadangan devisa bertambah sebesar angka yang tercantum. Sebaliknya jika bertanda positif.

Image

Pertama, transaksi perdagangan semakin memburuk, bahkan untuk pertama kali dalam sejarah menderita defisit pada triwulan II-2013. Sebetulnya ekspor mengalami peningkatan, namun impor meningkat lebih cepat. Peningkatan terjadi pada impor nonmigas. Akibatnya, surplus transaksi perdagangan nonmigas tergerus, tinggal sebesar 1,7 miliar dollar AS. Gas juga menyumbang surplus perdagangan barang sebesar 3 miliar dollar AS. Sumbangan gas menurun sejalan dengan makin banyak porsi produksi gas digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada triwulan II-2013, surplus perdagangan nonmigas dan gas sebesar 4,7 miliar dollar. Jadi mengapa transaksi perdagangan total mengalami defisit? Apa lagi kalau bukan minyak. pada periode yang sama perdagangan minyak mengalami defisit sebesar 5,3 miliar dollar AS. Maka jadilah sekcara keseluruhan transaksi perdagangan menderita defisit sebesar 0,6 miliar dollar AS.

Kedua, defisit jasa-jasa non-faktor (bukan faktor produksi) menunjukkan peningkatan, dari 2,5 miliar dollar AS pada triwulan I-2013 menjadi 3,1 miliar dollar AS pada triwulan II-2013. Penyumbang defisit terbesarnya adalah jasa transportasi, yaitu sebesar 77 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar barang yang diekspor maupun yang diimpor menggunakan kapal berbendera asing.

Ketiga, jasa-jasa faktor (faktor produksi). Penyumbang terbesar dari defisit ini adalah repatriasi laba perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Pada triwulan II-2013, repatriasi laba menyumbang 56 persen dari defisit  di pos pendapatan (income).

Satu-satunya yang memberikan sumbangan positif bagi transaksi jasa faktor (factor services) adalah remitansi (remittances). Tenaga Indonesia yang bekerja di luar negeri yang pada triwulan II-2013 berjumlah 4 juta orang menyumbang devisa masuk sebesar 1,9 miliar dollar AS, sedangkan tenaga kerja asing di Indonesia mengirimkan pendapatnnya keluar negeri sebesar 626 juta dollar AS, sehingga surplus 1,2 miliar dollar AS.

Karena tekanan dialami hampir semua pos, akibatnya transaksi akun semasa mengalami lonjakan defisit, dari hanya 5,8 miliar dollar AS (2,6 persen terhadap PDB) pada triwulan I-2013 menjadi 9,8 miliar dollar AS (4,4 persen terhadap PDB) pada triwulan II-2013. Ini merupakan defisit selama tujuh triwulan berturut-turut.

Walaupun akun semasa mengalami tekanan berat, defisit neraca pembayaran jauh lebih kecil dari defisit akun semasa. Defisit neraca pembayaran turun tajam dari 6,6 miliar dollar AS pada triwulan I-2013 menjadi 2,5 miliar dollar AS pada triwulan II-2013.

Pos yang membantu adalah transaksi keuangan dan finansial. Tak tanggung-tanggung, pos ini melonjak dari defisit sebesar 0,3 miliar dollar AS pada triwulan I-2013 menjadi surplus sebesar 8,2 miliar dollar AS pada triwulan II-2013.

Di pos ini ada investasi langsung dan investasi portofolio. Investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia naik tipis dari 4,1 miliar dollar AS pada triwulan I-2013 menjadi 4,2 miliar dollar AS pada truwulan berikutnya. Sedangkan investasi langsung perusahaan Indonesia ke luar negeri terjadi kenaikan dari 206 juta dollar AS dan 902 juta dollar AS. Akibatnya investasi langsung bersih, walaupun cukup besar tetapi turun dari 3,9 miliar dollar AS menjadi 3,3 miliar dollar AS.

Investasi portofolio juga memberikan sumbangan positif, yaitu secara bersih sebesar 2,5 miliar dollar AS pada triwulan II-2013, sedikit turun dibandingkan triwulan I-2013 sebesar 2,8 miliar dollar AS. 

Dari gambaran di atas tampak neraca pembayaran Indonesia semakin tertekan dan faktor-faktor penyebabnya cenderung bersifat struktural. Selain itu terlihat pula struktur neraca pembayaran Indonesia semakin rentan terhadap gejolak eksternal, karena bertambah besarnya peranan modal asing masuk (capital inflows) dalam menopang neraca pembayaran sehingga tidak mengalami pemburukan yang lebih drastis. Tanpa kehadiran capital inflows ini tak terbayangkan bakal seperti apa nilai rupiah.

Catatan: Data rinci neraca pembayaran terbaru bisa diunduh di website Bank Indonesia: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0AF44705-EA06-42EE-9F2E-3A14AF2E0D0B/29772/LaporanNPITwII2013.pdf.

Tulisan Terakhir

  • Hampa
  • Refleksi Tahun Pandemi
  • Asa untuk Menteri Kesehatan yang Baru
  • Sosok IR. Djuanda di Balik Hari Nusantara
  • Sesat Pikir Program Biodiesel

Komentar Terbaru

Bambang Prasetia pada Hampa
Tim Aryawan pada Hampa
Tim Aryawan pada Hampa
Tim Aryawan pada Hampa
faisal basri pada Asa untuk Menteri Kesehatan ya…

Arsip

  • Januari 2021
  • Desember 2020
  • November 2020
  • Oktober 2020
  • September 2020
  • Agustus 2020
  • Juli 2020
  • Juni 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Desember 2019
  • November 2019
  • Oktober 2019
  • September 2019
  • Agustus 2019
  • Juni 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Februari 2019
  • Januari 2019
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juni 2018
  • Februari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Maret 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • November 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015
  • November 2015
  • September 2015
  • Agustus 2015
  • Juli 2015
  • Juni 2015
  • Mei 2015
  • April 2015
  • Februari 2015
  • Desember 2014
  • November 2014
  • Oktober 2014
  • September 2014
  • Agustus 2014
  • Juli 2014
  • Juni 2014
  • Mei 2014
  • April 2014
  • Maret 2014
  • Februari 2014
  • Januari 2014
  • Desember 2013
  • November 2013
  • Oktober 2013
  • September 2013
  • Agustus 2013
  • Juli 2013

Kategori

  • Agriculture
  • Analisis Ekonomi Kompas
  • Audio
  • Automotive
  • Bank Century
  • Books
  • Buku
  • Capital Market
  • Cokro TV
  • corona virus COVID-19
  • coronavirus covid-19
  • Corruption
  • Culture
  • debt
  • Development
  • Education
  • Ekonomi Internasional
  • Ekonomi Politik
  • Employment
  • Energi
  • English
  • Environment – Green Economy
  • faisal basri
  • FDI
  • Financial Sector
  • fintech
  • Fiscal Policy
  • Food
  • Food & beverages
  • Gerakan Petani
  • Goresan
  • Health
  • Humaniora
  • Humor
  • ICT
  • Indonesian Economy
  • Industri
  • Inequality and Poverty
  • Infrastructure
  • Institutions
  • International
  • Interview
  • Investment
  • investment
  • JSS
  • Ketenagakerjaan
  • Lecture
  • Makroekonomi
  • Manufactures
  • Maritim
  • Migas
  • minerba
  • Mining
  • Monetary Policy
  • News
  • Oil and Gas
  • Omnibus Law
  • Perjalanan
  • Pilpres 2014
  • Podcast
  • Political Economy
  • Politics
  • Politik
  • poverty
  • Public Policy
  • R&D
  • Regional Development
  • Salah Kaprah
  • Services
  • Sesat Pikir
  • SJSN
  • SOEs
  • Sosok
  • Tata Niaga
  • Taxation
  • TKI
  • Tokoh
  • Tourism
  • umkm
  • Uncategorized
  • Urban Development
  • Utang
  • Video

Meta

  • Daftar
  • Masuk
  • Feed entri
  • Feed Komentar
  • WordPress.com
Buat situs web atau blog di WordPress.com Tema: Ixion oleh Automattic.
Batal